30.1.12

Bagaimana Cara Membantu Orang Skripsi?


Malam guys,


Pagi ini *loh, kan di atas ceritanya udah malam*, oke. 
Malam ini, gw ingin berbagi tentang bantu-membantu. Hahaha. Lucu ya?! Jitak aja nih kalo nggak lucu.

Dulu, pas gw masih lugu, polos, unyu, dan cerumut, setiap ada kakak kelas atau teman yang sedang skripsi, pasti gw latah banget bilang "Kak, semangat ya skripsinya! Ada yang bisa aku bantu nggak?". Lalu si kakak biasanya membalas "Makasih banyak ya, nggak usah repot-repot kok, hehehe. Insya Allah bisa sendiri". Kemudian ekspresi yang muncul di wajah gw adalah (yah, kok nggak mau dibantuin sih?!@#$).

Nah, sekarang gw udah tau jawabannya, mengapa bisa demikian. Lo pengin tau caranya bantuin orang yang sedang skripsi? Nih:

diam seribu bahasa, lebih baik sih nggak usah sok-sokan mau bantuin atau sekadar tanya perkembangannya udah sampai mana, atau ada hambatan apa, makanya lo mau bantuin. Cuih cuih! Mungkin ada sih yang nggak bikin 'cuih-cuih', tapi ya mungkin tiga banding seribu lah.

Kecuali lo sejurusan, sepertemanan dekat, sepersahabatan life happily together, atau sehati. Aiiih.. *lebaaay!*

Selamat Datang, Pacar Baruku


Dear my new boyfriend,
:')

Semoga kita bisa selalu berdampingan. Gw nggak berharap untuk selalu sejalan, karena buat gw, kita juga punya pilihan dan pola pikir sendiri-sendiri. Jadi, berdampingan nggak harus selalu sejalan. Sederhana banget. Gw akan tetap mendampingi lo, ketika lo memilih utara, meskipun gw memilih selatan sebagai pedoman perjalanan gw. Kita harus sama-sama yakin dengan ‘kompas’ di tangan masing-masing. Apabila nanti, di tengah—naudzubilah min dzalik—pengembaraan, bukan solusi yang kita temui, maka kita harus saling janji untuk sedikit bersabar, lalu menengadahkan kepala, setelah itu bersimpuh pada Tuhan. Janji ya! *kaitin jari telunjuk*

Oh iya, satu hal lagi. Ini sangat penting. Pengertian, dan saling menyemangati. Di antara kita, suatu saat, pasti ada rasa jengah. Gw hanya minta agar kita nggak lupa tujuan awal yang pernah kita rajut bersama. Mengapa? Karena menurut gw, ini merupakan salah satu lintasan yang cukup rentan. Hanya kepercayaan kita berdualah yang bisa mengokohkan pendirian. Maka dari itu, ingatlah saat-saat kita nekat membangun sebuah tekad yang cukup berat. Semoga kita selalu berdampingan bersama sesuai masa yang telah ditentukan Sang Pencipta. Aamiin.

                                           
Untukmu—yang saat ini harus ku tumbuhkan benih cinta: skripsi

Kepada Bayu, Perangkai Waktu


Hai,
Gimana Bay? Cukup puas? Atau masih kurang? Nggak nyangka aja lo bisa setega itu. Dua hari bahkan. Mungkin lo ingin menambahkan angkanya, menjadi 30, atau 100? Masih butuh uji kadar buat gw? Ah, cukup Bay!

Gw tercekat hanya karena ilusi lo yang ajaib itu. Tiba-tiba, tanpa ada kode apa pun. Jangan-jangan lo memang belum pernah diajari tatakrama ya? Masuk, lalu seenaknya menyayat separuh otak siang-siang. Ini nggak lucu, Bay! Mungkin ini terapi kaget terdahsyat yang pernah gw dapet. Ya Tuhan..

Oke. Mungkin gw dan lo sama-sama punya senjata ampuh untuk meluluhlantakkan otak, juga hati—terutama. Anehnya, entah kenapa bagi lo terlalu mudah bermain dengan waktu. Bahkan mempermainkan waktu. Hebat! Lo sungguh luar biasa, Bay! Bisa menancapkan seluruh paku di separuh otak gw. Bisa membuat mata gw tak berhenti menatap bayangan-bayangan lo di seluruh sudut. Semua ingatan-ingatan tentang kita dahulu, Bay, hampir semuanya lengkap. Lo menciptakan sosok lain pada dinding tubuh tak bernama itu, padahal semu. Gw sempat tertipu, Bay.

Terima kasih uji kadarnya, Bay. Lo pasti merasa menang di sudut sana. Terima kasih sekali lagi. Kali lain, izinkan gw mempermainkan waktu, biar lo juga tau betapa sembilunya rasa, yang membuat lo semakin semu. 

29.1.12

Bersama Udara


Bagaimana aku lega bernapas, jika tak ada satu pun sore yang memberikan ruangnya?
Bahkan, aku tetap setia menunggu malam, meski ia belum tentu datang.

Bagaimana bisa, aku setega itu pada dingin, jika memang panas lebih ingin memilikinya?
Sedangkan aku, aku hanya bongkahan es yang keburu cair sebelum kau tuang.

Lalu, bagaimana jadinya, jika aku terlalu pagi menyalami kabut, sementara ia masih ragu membalasnya?
Padahal, aku dan dia selalu punya waktu beberapa menit sebelum subuh tiba. Menurutku, itu cukup bagi kami saling meredam sunyi.


                                                                
                                                                                                  kehabisan Januari tahun ini

Tentang Kepastian


yang kutahu pasti,
kubenci ‘tuk mencintaimu…

Naif - Benci Untuk Mencinta

Udah, sekadar trashing itu aja. Tau kan artinya apa? Baguslah kalo gitu :) sengaja gw tulis khusus untuk orang-orang yang sedang merasakan aja. Galau maksud lo? Bukan, bukan sama sekali. Ini namanya Romantisisme. Uhm, we can called—romantisisme ringan, maybe..

Selingkuh


Bismillah,

Rasanya udah lama gw berselingkuh dengan yang lain. Setelah gw tau seperti apa rasanya berselingkuh, ternyata gw lebih memilih lo lagi untuk menjadi pendamping setia gw di sini. Thanks, minilife!

Hmm, mengawali perbaikan hubungan gw dengan lo, Min, ada yang mau gw sampaikan. Sekecup terima kasih, spesial pakai embel-embel sayang, untuk seseorang yang telah mendoakan. Gw udah baca kok tanpa lo kasih tau, terima kasih banyak ya, doanya. Semoga Allah adalah benar-benar saksi utama kita. Sungguh, berjuta, dan bermilyar terima kasih. Maaf, gw kehilangan kata-kata sekarang ini.

Baiklah, nanti kita rajut pelan-pelan ya, yang terpenting adalah bahwa kita masih saling mengerti apa artinya setia. Setia kepada diri sendiri dulu, setelah itu barulah setia kepada orang lain.

Seneng banget, bisa bareng-bareng lo lagi, Min.
*kaitin jari kelingking*

Kepada Pemilik Rasa


Bagaimana? Sedang merasakan apa saat ini? Senang karena segalanya terbayar, ataukah hambar karena ada sedikit penyesalan? Sudahlah, nikmati saja, toh hanya aku yang tau. Kadang, nggak semuanya baik untuk dipendam, atau dibuang. Anggap saja dua hal ini hanya lalu-lalang bumbu kehidupan.

Lalu, sekarang kau mau apa? Gelantungan di bawah jembatan, pasang tali tambang untuk menutupi pencitraan, atau bahkan mengenyahkan diri dari peradaban? Semua ini hanya pertanyaan-pertanyaan kosong yang mungkin benar-benar tak punya arti.

Sejujurnya, aku sama sekali tak mengharapkan episode-episode lama ini terulang lagi oleh kecerobohan yang sama. Aku manusia biasa yang hanya sanggup menuangkan rasa. Biarlah sisi lain ini muncul di waktu-waktu tertentu saja, meskipun aku harus selalu menengadahkan kepala, demi sejumput rasa. Lebih baik aku meninggalkan jejak yang terlanjur kubuat, walaupun cuma sejenak. Aku pikir, setidaknya si pemilik rasa bisa sedikit bernapas lega.

Urusan sampai kapan akan kutinggalkan? Lihat nanti saja ya..

28.1.12

Kepingan Kisah yang Hampir Senja


Hey, my partner in crime, wilujeng sonten, hahaha.

Sist, sumpah kangen banget! :(
Nanti kalo para ilmuwan udah ada yang bikin teknologi ‘pintu ke mana saja’, mungkin gw akan beli.  Buat gw, ketemu langsung itu nggak bisa dibayar dengan apa pun: telpon, sms, email, YM, chat, bbm (yaelah, kayak punya aja kita, haha). Shit semuanya! Apalagi di saat-saat kayak gini. You know what I mean.

Di sini, di kesempatan emas ini, gw mau nyampein beberapa momen termewek gw kalo misalnya nggak ada lo, Ke. Lo masih ingat kan, kenapa dulu kita bertiga pada akhirnya daftar MBUI? Waktu itu kita cuma pengin ke luar negeri. Titik. Tanpa embel-embel apa pun. Meskipun kita nggak punya basic MB dari awal, dan cuma bisa ngiler liat selebaran yang dibagiin sama kakak-kakak unyu itu, yang isinya “mau ke luar negeri?gabung yuk sama MBUI” ah.. in memoriam banget, Ke. Sampai pada akhirnya hanya gw dan rainy yang tersisa waktu itu.

Well, thanks a lot untuk awalan yang sangat manis waktu itu. Gw lagi benar-benar merindukan saat kita hidup di jaman jahiliyah pas masih di asrama. Oh my, oh my, bisa gila kali gw setelah lulus nanti. Huaaaaa, Yuke! Gw sadar, gw nggak akan nemu sosok yang kayak lo lagi di mana pun, tapi mungkin lebih baik dari lo, hahahaha.. *ngerusak momen yang harusnya terharu* maap ya sist. Makasih banyak ya Ke, untuk bareng-barengnya hampir 4 tahun ini, hah? 4 tahun? Ah, sebentar lagi mungkin kita harus mengakhiri, untuk mengawali kehidupan baru lagi. Entah, harus seneng atau sedih. Lo kan yang selalu gw perdaya, dan gw mintain tolong kalo ada apa-apa di kuliah. Ngerjain tugas bareng, ngumpulin tugas telat bareng, ngeloyor bareng kalo bete masuk kelas, bolos berjamaah, mandi bareng doang nih yang belum terlaksana :P

Ke, makasih ya atas pertolongan lo selama ini yang tak terhingga. Hmm, yang lebih sering sih bantuin translate Indonesia ke Inggris. Entah di kuliah, maupun luar kuliah (a.k.a ngirim sms bahasa Inggris untuk gebetan). Hihihi, ketauan dodolipetnya ya gw. Makasih lagi buat kesabaran lo yang tak terhingga. Ah, oke! Gw kehabisan kata-kata, mengulang kata ‘terhingga’ lebih dari sekali. Andai aja, ada kata selain ‘terima kasih’ yang artinya lebih mulia dari terima kasih, pasti gw tujukan ke lo, Ke.

Btw, maaf ya, belum bisa jadi temen baik lo selama ini. Gw nggak selalu ada di saat lo butuh. Gw nggak sesabar lo menghadapi sesuatu yang mungkin bermasalah. Jujur, kadang gw suka agak kesel karena gw nggak bisa setegar dan sesabar lo, tapi gw bersyukur, setidaknya gw bisa belajar dari lo, Ke, untuk beberapa hal ini.

Oh iya, salam buat mama ya, Ke. Maaf, belum pernah main ke rumah. Semoga selalu sehat ya, nyokap lo. Eh, lo juga tuh, jangan sampe sakit-sakitan lagi. Lo udah cinta air putih kan sekarang? Coba, tehnya lo selingkuhin dulu, jadiin istri kedua. Kasian mas ginjal, Ke, butuh belaian air bening, hehehe. *analoginya seru ya, ini :D*
Semoga kita bisa foto pake toga bareng ya tahun ini, aamiin. Satu lagi yang nggak boleh kelupaan, pendamping wisuda, bok! Huakakakakak *langsung galau maksimal deh lo* eh, gw juga ding! Oke, mari kita berdoa, semoga pendamping telah tersedia dengan sendirinya saat wisuda tiba. Aamiin. Ah, kenapa sih Tuhan mempertemukan dan menyatukan kita di saat terakhir gini? Kata Tuhan “why not?

Semoga, yang semoga-semoga nggak hanya sekadar semoga ya, Ke. Aamiin. Sebenernya ini surat cinta apa kumpulan doa sehari-hari ya?! Doa mulu dari tadi isinya. Udah ah, ntr keburu tisunya abis kalo kepanjangan, hehehe. See you on our last year of being an Indonesian literature undergraduate student. Bener kagak nih Inggrisnya? :P   

Sampai jumpa di tahun terakhir kita, mari kita buat lebih manis dari gula :)

                                                                                                                                        your partner-in-crime

26.1.12

Rekan Stalker, Apa Kabar? (3)


Hai..

Are you OK? Linimasa gw akhir-akhir ini hambar. Bukan karena sepi orang berlalu-lalang, tapi karena ada sesuatu yang hilang. Cuma lo yang biasanya berkicau-kicau aneh bin ajaib ala player yang haus belaian. Hahaha. Maaf ya, agak bongkar kartu nih jadinya. Mau nggak mau, memang harus kita akui lah ya, kalo kita sama-sama player. CMIIW.

Apa kabar kuliah lo? Semoga segera diberi petunjuk, biar kebingungan lo berujung damai. Jangan tanya kuliah gw apa kabar ya. Ikut doain aja biar tengah tahun ini bisa wisuda, aamiin. Hmm, satu lagi, mari kita sama-sama minta sama Tuhan, biar dikasih momen yang tepat untuk ketemu selanjutnya.

Anyway, thanks ya, udah menepati janji untuk dateng Minggu lalu. Meskipun hanya beberapa menit, bahkan nggak lebih dari 10 menit, gw udah bersyukur bisa liat lo lagi. Terima kasih juga atas kiriman seuntai semangatnya di siang bolong waktu itu. Terima kasih lagi untuk segala percakapan tengah malam berjam-jam demi menghibur gw setahunan ini. Oh iya, lupa, terima kasih juga karena nggak pernah bosen mencet-mencet keypad ponsel hanya untuk ngasih kabar dari jauh kemari. *PD banget gw ya, hahaha*

Jaga diri baik-baik ya, di sana, karena gw jauh dari lo.
*oke, anggap aja ini angin lalu, abaikan!*
Maaf ya, kalo gw bawel kayak emak-emak pasar yang jualan bawangnya nggak laku-laku :P
Agak khawatir aja kalo lo terlantar di sana, trus tiba-tiba lo ngamen dari warung ke warung sampe terminal gara-gara kehabisan uang jajan, wuahahahha.
Semoga persahabatan stalker kita ini nggak habis dimakan masa ya, aiiih. Kabar-kabarin kalo udah punya pacar, aw aw! Udah ah, gw nggak mau disidang lo abis-abisan setelah awal per-bully-an ini. Sampai jumpa di wisuda. 

25.1.12

#Best.Moment.of.MBIC

Salam huba-huba! *dikira lagi rapat suku Indian apa?* Salam Konser! Nah, ini yang bener :)

Halo para galauers, yang lagi post project syndrome. Apa kareba? Apa kabare? Meskipun udah H+4 Madah Bahana in Concert, gw rasa pasukan atau penonton masih ada yang terngiang-ngiang di beberapa scene. Begitu juga dengan gw. Eh, emang gw siapa? Lalala, nggak usah dibahas. Well, kalo kemarin gw trashing beberapa larik yang bisa disebut doa, kali ini insya Allah bukan trashing kok. 

Beberapa hari yang lalu, di twitter santer banget mainan tagar #Mbic2, #bestsceneMBIC, lalu diikuti #bestmomentMBIC, #momentMBIC, juga tagar-tagar lain yang belum sempat terkenal. Hahaha. Yuk mari, nggak pake lambreta. Di bawah ini adalah soal-soal yang harus dijawab menggunakan pensil atau pulpen, atau crayon juga boleh. Apabila anda tidak memiliki ketiganya, sila pinjam tetangga.
*apaan sih Dha, nggak lucu!
*..lari menuju matahari terbenam..* 
eh, ini kan percakapan waktu sama... please jangan memulai candaan yang sangat lokal, Dha! Baiklah. Maaf.

Nah, buat gw pribadi, ada beberapa best moment di MBIC. Ruang lingkupnya dipersempit aja ya, antara GR sampai dengan hari H pukul 24.00. Dengan begitu, tulisan gw nggak akan keluar jalur.

#Best.Moment.MBIC versi Idha Umamah:
© Setelah pertunjukan selesai, pada foto-foto, salaman, pelukan, dll. Gw nggak sengaja ketemu manajer humas gw, dan kami langsung nyamber buat pelukan erat. Beberapa saat kemudian, jeng..jeng..jeng..! ada satu manajer datang lagi, akhirnya kami bertiga pelukan. Oke, gw buka kartu, kali ini kelopak mata gw nggak bisa nahan tampungan air di dalam mata, finally jatuh juga. Pas kami bertiga lagi pelukan, datanglah seseorang yang sangat berarti di dunia per-MB-an. Sebut saja Bambang, tentunya bukan nama asli ya, sodara-sodara! (bayangkan si Bambang ini bisa cewe, bisa cowo, atau bahkan setengahnya). Entah kenapa, kami bertiga sontak melepas pelukan erat tadi. Lalu si Bambang langsung memeluk gw erat-erat, sembari ngomong sesuatu yang sama sekali nggak gw duga sebelumnya. Gw dipeluk si oknum berarti itu, disaksikan dua manajer jempolan gw. Oh, My God! Gw bahkan nggak hanya nangis saat itu, tapi bener-bener tercekat nggak bisa keluar sehurufpun. Tenggorokan gw rasanya ada yang nahan. Padahal gw pengin ngomong sesuatu ke Bambang—entah sekadar terima kasih, atau maaf, atau apalah—tapi nggak bisa. Bahkan, gw berusaha menghentikan tangis sesenggukan gw berkali-kali, tapi belum berhasil juga. Ya Tuhan, baiklah. Gw menyebutnya sebagai anugerah. Speechless..

© Pas GR, gw sok-sokan ke balkon tengah, gw ingin memosisikan diri sebagai penonton yang bayar 50 ribu. Dalam hati “ini lighting-nya kampret banget sih! Masih bagusan Pagupon, yang ditonton dengan HTM 5000, masih bagusan PK, yang ditonton tanpa HTM, lha ini 50 ribu, mameen!” gw langsung turun tangga, tapi nggak tau harus ngomong ke siapa. Ah, kacung kampret!! Sabtu paginya, gw diem-diem masuk ke lighting room, dan jadilah gw menemani Mas Aang ngecekin lampu. Dimulai dari nanya-nanya yang basa-basi, sampai akhirnya menjurus ke pertanyaan penting. Tiba-tiba, Mas Aang-nya bilang kalo mau ke toilet, kebelet pipis. Lalu doi ngomong gini: “Neng, saya mau ke toilet bentar, nanti Neng yang gantiin bentar ya, tinggal dicek aja satu-satu sesuai instruksi Mas Budi, okeh Neng? Kebelet nih saya..”, Gw: (super bengong), “eh, e, i..iya deh Mas, sip”. HT lighting gw pegang, akhirnya gw yang konek-konekan sama Mas Budi di stage. Seruuuuuu bangeeeeeet! Sumpah! Gw nggak boong. Gw rasa, gw jatuh cinta sama job dadakan ini. Kalo #Mbic2 beneran ada, PLEASE! Pake gw buat ngoprasiin lighting-nya.

© Begitu pukul 11.40, gw, Galih, Mba Har, Farhan, duduk di tangga kursi C. Diskusiin lighting, slide, sama spotlight. Tiba-tiba aja Mba Har tanya, “nanti orang MB yang di lighting room siapa?”, Galih menjawab, “Abi, Mba Har, tapi dia sibuk properti juga”. Lalu Mba Har ngomong lagi, “kalo lo aja yang lighting gimana?” (Mba Har nengok ke gw, dan tangannya ditempelin di dengkul gw) sembari bilang “Please..”. Gw (tampang bingung+bengong)“tapi gw udah di bagian touch-up, Mba”, “gampanglah, nanti cari orang lagi aja, soalnya lo yang tau suasananya harus gimana, dan toh lo juga udah tau kan lighting kayak gimana tadi”. Gw hanya bisa mikir ‘kalo gw tolak, trus hasilnya segagal kemarin pas GR, gw akan sangat bersalah banget, dan nggak akan maafin diri gw sendiri sampai kapan pun, tapi kalo gw terima, masih fifty-fifty juga, bahkan gw sendiri nggak yakin..’, lalu gw pun memutuskan untuk ‘IYA’, ke Mba Har. Huuuuh, tarik napas dulu deh, biar tenang. Abis itu gw langsung cari cara gimana biar lighting-nya sukses. Finally.. this job, well done. Aaaaah, senyum gw melebar setelah konser kelar.

© Pelukan sambil ngomong sesuatu ke manajer-manajer gw. Unforgettable hug ever after lah yang ini. Nggak mau gw ceritain, mau gw simpen sendiri aja, huahhaha. Nanti kalo jadi bahan gosip, kan jadi murahan, nggak eksklusif lagi :p

© Dikasih bunga sama seseorang—yang nggak akan gw sebut namanya—di saat gw lagi berusaha ngelap airmata, bekas sesenggukan tadi. So sweet banget sih ini, gw berasa lebih ngartis ketimbang pasukan yang main di stage, hihihi.

© Setelah show selesai, pas Pak Ben lagi ngomong panjang lebar, kami—kru lighting—saling tos, ngucapin makasih, dan becandaan. Oh iya, tiba-tiba gw inget, ponsel gw apa kabar, dari tadi pagi nggak gw utak-atik. Ternyata banyak sms masuk, dari mulai beli pulsa, sampai beberapa sms spesial. Ada satu yang bikin gw senyum tersipu, plus muka merah, yaitu sms dari orang yang tadi siang ngasih semangat—dan gw baru baca smsnya. Setelah bales-balesan sms beberapa kali, akhirnya kami ketemu di depan gate VIP, persis di depan pintu masuk lighting room. Nggak usah gw ceritain lah ya setelah itu kami ngapain. Huakakakakak. Anyway, thanks :)

© Kalo yang ini, gw rasa lebih tepat disebut #superkhawatirmoment ever after. Tiba-tiba Farhan telepon ke ponsel gw, tanya “Dha, Nimon mana? Kok nggak ada? Udah di depan lo belum?”. Gw, “Hah? Apaan? Belum ada”. Farhan, “Cariin dong Dha, Nimon suruh ke depan kaca lighting room, sekarang ya, plis plis! Gw nggak bisa liat apa-apa, gelap banget di atas sini”. Gw, “gimana nyarinya? Ini lampu blackout semua, nggak keliatan cuy..”. Gubrak! Praaak! Apa tuh yang jatuh? Sabodo teuing lah, ini lagi rempong. Mana jedanya udah agak lama ini, aduh Nimon di mana ini? Ya Tuhan, help me, please! Begitu gw mau keluar dari lighting room, tiba-tiba silau. Spotlight udah nyorot Nimon di depan kaca lighting room. Huh! Alhamdulillah. Thank You, Allah :) legaaaa rasanya.
*****Gini ceritanya, HT lighting sengaja distel frekuensi yang beda dari panitia lain. Frekuensi HT lighting hanya disamakan dengan HT Farhan, si pengendali spotlight di pojok balkon. Tau kan ya kenapa? Nggak tau? Sumpah lo nggak tau, kenapa cuma disamain dengan HT Farhan? Nih gw beberin. Biar kalo HT gw dan HT Farhan lagi ngoprasiin lighting, panitia lain nggak keganggu, begitu pula panitia lain, biar mereka nggak keganggu dengan percakapan kru lighting. Bentar, kedua kalimat ini sama aja deh kayaknya, hahahaha. Ya intinya itulah.*****

Huaaa, udah panjang banget. Baiklah, mari kita akhiri dengan bacaan hamdalah. Makasih banget udah mau baca. Semoga yang baca termasuk ahli Surga, aamiin :')

24.1.12

Terlanjur Cinta

Hai Bandung,

Pasti banyak deh yang ngirim surat cinta buat lo, dan gw adalah satu di antara ratusan kepingan cinta yang ditujukan khusus buat lo. Anyway, gw kangen. Rindu berat. Padahal gw sempet tahun baruan sama lo di awal 2012 lalu. Kalo diitung-itung, gw udah bolak-balik bercengkerama dengan lo tepat tiga kali di tahun 2011. Awal 2011, gw memutuskan untuk menghabiskan liburan gw bersama lo. Waktu itu dalam rangka melepas rindu, karena memang udah sejak lama gw ngidam pengin ke Bandung. Kali pertama dan terakhir gw ke Bandung tuh saat gw berusia delapan tahun, dalam rangka piknik keluarga besar lembaga pendidikan. Betapa masih melekatnya ingatan gw ketemu temen baru selama tiga hari itu. Sekarang dia apa kabar ya? Sempet dapet info kalo dia udah menikah dan punya anak. Wah, selamat ya! Kangen banget deh pengin ketemu, setelah terpisah sekitar 14 tahun lalu.

Gara-gara itu, gw punya impian untuk bisa ke Bandung lagi—kota yang gw cintai. Beruntungnya gw, Tuhan ngasih kesempatan sehingga gw bisa ke sana lagi. Kali ini gw bertemu lo di saat usia gw 21 tahun. What a beautiful memories? Bahkan, ini adalah kali pertama gw pergi ke luar kota sendirian, nekat, karena tujuan gw hanya bertemu Bandung. Seneng tak terhingga karena gw sampai dengan selamat. Sempet hampir nyasar sih, tapi tetep seru lah.

Well, tengah tahun 2011, ada aja alasan yang membuat gw ke sana. Sesuatu yang sangat gw kagumi. Kopdar. Aneh memang, tapi inilah kehidupan. Mari kita buat lebih seru! Yeah! Hanya satu alasan mengapa gw ke sana: ketemu seseorang. Namun, niat hati ngasih kejutan, orang yang ingin gw temui justru pulang. Ah, belum jodoh kali ini. Meski begitu, gw tetep punya cadangan, hahaha. Malam Minggu di kampus itu, terima kasih ya ‘kamu’, Bandung juga. Entah apa yang bikin gw tambah cinta. Sungguh. Banyak hal tak terduga terjadi di sana. Asmara. Ya, apalagi kalau bukan itu. Sampai sekarang pun masih. Baiklah, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya.

Liburan akhir tahun 2011 datang, gw nggak mau melewatkan begitu saja. Hanya karena gw cinta dengan salah satu acara komedi yang sedang hangat di media, gw rela mengejar off-air sampai ke Bandung. Akhirnya, gw memutuskan untuk menghabiskan momen tahun baru di sana. Ah, manisnya. Gw nggak tau kenapa bisa secinta itu. Gw nggak bisa nyebutin apa alasannya. Bahkan, setelah gw lulus nanti, gw pengin banget menetap di sana. Bukan di tempat gw menuntut ilmu sekarang, atau belahan negara lainnya yang lebih terjamin. Gw hanya butuh lo. Semoga kita bisa bertemu lagi kapan-kapan ya, merenda kehidupan bersama di sana.   

Aku masih menunggu dengan cinta, see you ya :)

Hanya Sekadar Larik

Bismillah, 
Udah lama ya, nggak trashing di sini. Maklum sibuk sih #aiih
Hari ini gw hanya ingin menuliskan beberapa larik yang nyumpel di otak gw. Entah kenapa, pengin aja. Biar orang-orang baca juga, dan insya Allah cepet sampai ke Allah :)
aamiin,
  • yang sedang terbaring sakit, segera diangkat penyakitnya;
  • yang sedang riweuh sidang, dilancarkan prosesnya;
  • yang sedang disibukkan oleh banyak deadline, dijernihkan pikiran dan hatinya;
  • yang sedang skripsian, dimudahkan menuju sidang;
  • yang sedang bingung cari kerjaan, segera dipertemukan dengan kerjaan yang cocok;
  • yang sedang bingung cari topik skripsi, segera dipertemukan sebelum Februari;
  • yang sedang riweuh nyiapin pernikahan, semoga lancar pas hari H;
  • yang sedang bingung apa yang dibingungkan, nah ini yang bikin bingung, semoga nggak galau. Lebih baik gelisah. Kenapa? kalau galau cenderung menikmati lingkaran problema secara terus-menerus, tapi kalau gelisah cenderung mencari jalan keluar dari problema; (ini menurut Mario Teguh)
  • yang sedang bimbang memilih, semoga segera ditunjukkan mana yang harus dipilih;
  • yang sedang dilanda asmara, segera putuskan, akan disimpan saja atau segera disampaikan, biar nggak ada rasa sesal.
Terima kasih udah mau baca tulisan yang nggak penting ini. Semoga Allah senantiasa bersamaMu, aamiin :)

23.1.12

Bingkisan Buat Si Keriting

Helow Gayih Keriting..

Alhamdulillah ya, udah bisa napas kan sekarang? Huahaha, kan dari kemarin ngos-ngosan ditambah deg-degan mulu. Gimana? *pertanyaan yang selalu ditanyakan ke pengurus oleh alumni pengurus :p*
Rasanya adegan cerita di kantin asrama kemarin-kemarin masih ingin gw perpanjaaaang! Belum puas. Makasih banyak ya udah mau cerita, kapan lagi nih? *nagih* abisnya agak bosen juga sama curhatan-curhatan tentang percintaan.

Kalo mau looking at back sejenak, “manajer teknis gw ini dulunya karbitan tuba 2009 loh!” *pamer ke orang-orang* jangan salah sangka, meskipun agak-agak cungkring caur rada jangkis, kalo diliat agak lamaan dikit, tetep manis kok. “trus trus, pas 2010 jadi komandan alat tuba” hebat ya.. Eh, hebatan gw ding, jadi komandan pasukan, huahahaha *jumawa!* gini nih, kalo anak MB mah udah nggak ada tersinggung-tersinggungan, karena kita semua keluarga (peluk teletubbies), iya, keluarga yang tidak berencana, biar nggak repot-repot minum pil KB. Cus!

Tengkyu berat ya Gal, udah berhasil melewati proses di 2010 yang dahsyat. Komlat Tuba yang kadang lebih cerdas dari Kompasnya (ini kadang lho ya, bukan sering :p jangan GR!). Komlat yang serba tau sebelum dikasih tau, gw juga nggak ngerti ya kenapa bisa begitu, padahal waktu itu belum musim stalking loh.. Anak tuba yang bulu matanya jauh lebih lentik dari gw (Oh, GOD! Ini siapa yang perempewi sih?). Mahasiswa tuba yang penyabar, penyayang, pengertian, tau sekitar, dan udah punya pacar (eh, itu mah dulu, sekarang udah nggak) huahahaha. Ya pokoknya dia itu tipe setia lah. Nih ya, buat jomblo-girl yang baca tulisan ini, kenalan deh sama doi, nggak rugi. Tuh Gal, udah gw promosiin segala di media sosial. Jangan lupa transfer biaya iklan ke rekening ya abis ini! :D

Well, terima kasih banget udah sangat menolong gw di 2010 lalu, dalam hal apa pun. Gw nggak kesulitan ‘membentuk dan mengatur’ lo untuk ini itu, karena inisiatif lo cukup tinggi, tau kalo suatu hal baiknya diapain, digimanain biar adil. Komlat yang tanpa nanya apa pun, tapi tau gimana caranya harus gantiin kompas buat mimpin apel at the first time di depan pasukan. Gw juga banyak belajar dari lo. Apalagi saat kita di kepengurusan, hal-hal yang nggak dipikirkan oleh pengurus, justru muncul dari lo. Mungkin karena lo udah dididik mental karbitan, jadi kalo ada apa-apa, cepet tanggap. Oh iya, terima kasih juga kejutan ulang tahunnya waktu 2010. Maaf ya, waktu itu emang lagi sensitif-sensitifnya, eeee.. malah dikerjain. Gw tau kok, kalian sayang sama gw, and its just surprise, nggak ada maksud negatif apa pun. Gw masih inget, bahkan cuma lo yang waktu itu nggak setuju sama ide ‘ngerjain’ ini awalnya.

Hmm, maaf, karena gw belum bisa ngasih apa-apa ke lo. Gw lebih suka mendengarkan soalnya. Saat apa yang gw denger, menurut gw cukup bener, buat gw ya cukup. Tanpa harus bilang iya, setuju, atau menunjukkan gestur apa pun. Maaf, karena gw nggak selalu bisa ngasih solusi yang solutif buat setiap problema yang muncul. Intinya, semua ini emang anugerah dari Tuhan, keberhasilan apa pun.

Maaf ya Gal, mungkin gw sering ngeselin di sembilan bulan 2011, nambah-nambahin kerjaan lo yang harusnya kerjaan gw. Makasih, masih mau menghargai gw sebagai PO, meskipun gw ‘bolong di mana-mana’. Makasih banget juga udah sering ngingetin kalo gw udah dirasa ‘kebablasan’. Maaf lagi, karena gw nggak sesempurna itu, nggak sesempurna yang lo inginkan sebagai seorang pimpinan. Makasih udah mau berjuang hingga tetes darah terakhir buat the first project kita. And.. well done! Terlepas dari apa pun itu yang namanya kekurangan. Gw bangga dan beruntung punya mentek kayak lo. Proud of you lah pokoknya.

Lanjutkan setahun terakhir ke depan, pasti bisa lebih sukses dari ini. Setahun kemarin banyak yang bisa dijadikan pelajaran buat lo dan para manajer lainnya, apalagi gw. Kadang ya, sepahit apa pun harus tetep ditelan, gimana pun caranya, mau sukarela atau dipaksa. Gw emang nggak tau gimana rasanya di posisi lo, apalagi saat-saat genting waktu itu. Namun, yakinlah doa gw nggak pernah putus buat kalian. Memang, nggak cukup membantu, terlalu abstrak, tapi setidaknya gw sempet-sempetin ngobrol sama Tuhan, biar dimudahkan segala urusan.

Udah dulu ya, Gal, gw nggak mau ngabisin tisu. Global warming katanya, hahaha.
Kalo tempat sampah alias trash bag persediaan manajer perlap abis, gw siap sedia jadi ‘tempat sampah’ selanjutnya.
Mungkin gw hanya bisa jadi PO lo sembilan bulan, tapi untuk jadi temen, gw rasa Tuhan akan ngasih bonusan yang lebih dari sekadar sembilan bulan :')


Salam hangat,
dari gw,
buat @gsundana

22.1.12

Kado Kecil Buat Tepi

Halo Tep, kali ini gw nggak akan nanya kabar, karena gw tau pasti, kalo lo baik-baik aja :D

Anyway, mumpung masih dalam suasana ke-euphoria-an post project syndrome, tetep mau nyalamin, ngucapin, cipika-cipiki, meluk lo erat-erat—tapi nggak sambil mewek, kali ini ya—juga mau ngasih big proud atas one of the biggest innovation yang lo impikan setahun lalu.
CONGRATULATION, CONGRATULATION, AND CONGRATULATION!
Kalo gw udah nemu kosakata yang lebih dari ‘congratulation’, nanti gw sampein lagi kali lain :p, meskipun gw sastra Indonesia, gw nggak pandai berkata-kata, karena gw hanya bisa menyampaikan sesuatu apa adanya, sesuai dengan apa yang gw rasa.

Well, kalo kita mau looking at back, gw nggak heran lah kalo proyek ini cukup berhasil—terlepas dari faktor abcd xyz and others shithappened apa pun itu—karena lo emang tangguh. Ini bukan gombal, bukan pula rayuan, hanya sekadar ungkapan. Gw nggak tau, lo minum vitamin apa setiap hari sampe-sampe lo tahan dibanting-digebuk sana-sini. UDAH GILA LO EMANG! *peluk lagi*

Makasih ya Tep, lo turut menciptakan jenis warna baru dalam hidup gw dari 2009, bukan mejikuhibiniu, tapi warna baru di luar itu, nggak tau apa nama warna baru itu, gw belum nemu. Dompet oranye dan surat romantis kertas ungu dari lo, masih gw simpen. Sengaja gw arsipin biar bisa dikenang, dan biar gw selalu inget kalo proyek Dancing in Jazz 2009 masih berkesan sampe sekarang.

Terima kasih lagi atas perjuangan jatuh bangunnya lo bertahan di 2010 dan baritone satu, hingga akhirnya kita divonis kalo MBUI juara satu. Proud of you! Semua ini pembuktian atas lo, yang kemudian dipercaya banyak orang untuk megang unit ini. Lets see, lo cukup nekat untuk bikin imajinasi nggak cukup cuma di mimpi, melainkan harus ditindaklanjuti. If you dream it, you can do it! à kalo ini mah motto gw :D tapi kenapa jadi lo yang mewujudkan ya? Hahaha. Hidup itu kadang kebolak-balik. Soalnya kalo lurus-lurus aja, bukan hidup namanya.

Terima kasih ya Tep, udah ngelarin satu. Tinggal satu lagi nih rupanya, nggak kerasa ya..

Gw bersyukur ketemu orang seperti lo, beruntung karena bisa belajar dari lo, orang yang lebih muda dari gw, tapi kadang-kadang justru bisa lebih bijaksana. Kalo kata orang-orang, penyesalan selalu datang terakhir. Namun, dalam kamus gw nggak ada yang namanya penyesalan, yang ada cuma pelajaran. Sesimpel itu, karena hakikatnya hidup itu cuma buat belajar, tapi bukan untuk belajar merasakan yang namanya sesal.

Meskipun raga gw nggak di tengah-tengah kalian, insya Allah doa gw nggak akan putus buat unit tersayang. Semoga ini, semoga itu, selalu gw sampaikan ke Tuhan. Alhamdulillah, apa yang gw panjatkan ya, selalu dikabulkan. Anugerah emang nggak ada habisnya. Tuhan nggak pernah ninggalin orang-orang yang banyak dosa hanya karena ‘kesalahan’. Mudah-mudahan setahun ke depan anugerah Tuhan selalu nyampe ke kalian. Entah apa sebutannya, ‘masih panjang perjalanan’, atau ‘tinggal setengah perjalanan lagi’, apa pun namanya, yang terpenting adalah nikmatnya kebersamaan selama setahun ke depan. Ini yang nggak bisa diulang setelah selesai nanti. Keep dreaming everyday, and we will get the way.

Maaf, gw se-nggak sempurna-itu, Tep. Kerjaan tetep kerjaan, teman tetep teman, bodo amat mau kerjaan udah kelar, tapi temenan nggak akan bubar.

Huwaaaah! Tetap tangguh ya, Tep. Semoga telepati-telepati positif gw selalu nyampe tiap hari. I miss you, all. But, I love you more..
:)

Salam hangat,
dari gw,
spesial untuk @tepikirpikir

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...