Langsung ke konten utama

Cerita Papandayan (5): What Happens, Next?

Berhubung tulisan sebelumnya cuma sampai “touch down Terminal Guntur”, kali ini gw akan ngelanjutin terusannya. Pasti penasaran dong dengan What Happens berikutnya? Hahaha. Ya kalau nggak penasaran, gampang, tinggal close aja tab nya. Kelar!

Kami bertiga sebenernya udah tau, apa yang mesti dilakukan setelah tiba di terminal: naik angkot menuju Cisurupan. Yang jadi masalah adalah, kami hanya bertiga. Sementara kapasitas angkot kurang lebih 10-12 orang. Maka dari itu dibutuhkan ‘kenalan’ demi perjalanan yang lebih lancar.

Gw, Dita, dan Wina lalu merapat ke samping Mesjid sekitar. Kenapa? Karena dingin banget ternyata bok. Hahaha, bukan hanya itu, para pendaki lain juga ngaso di situ, jadi kami cukup aman dan lahan kenalan semakin lebar. Mulailah Dita ngajak ngobrol sepasang anak manusia yang kami curigai-mereka-sedang-pacaran. Maksudnya, mereka jalan kemari hanya berdua, sengaja untuk menghabiskan waktu bersama yayang. Huhuy!

Usut punya usut, teman Dita ternyata teman dari si Romi juga. Diketahui belakangan, namanya Romi. Cewenya bernama Vania. Yaudahlah kita saling menyebut nama dan bersalaman. Setelah kenal, Romi dan Yuli mengenalkan tiga temannya pada kami. Ternyata, mereka baru kenal saat itu juga. Lucu deh! Nggak ketebak amat. Kami berdelapan sekarang. Asyik, rame! Tiba-tiba salah seorang—yang bernama Rudin—mempersilakan kami loading barang bawaan ke angkot. Wow, syukurlah, kita nggak usah repot-repot ngelobi abang angkot plus nawar harganya.

Begitu naik, dan duduk di sebelah sopir, gw buka daypack. Ngecek hp, lalu merasa ada yang janggal. Iya, hp gw cuma satu. Harusnya ada dua. Gw langsung minta tolong Dita dan Wina untuk missed-call-in. Kata mereka masih aktif nomornya. Oke, stay positive, semoga hp gw jatuh di dalam carrier pas gw ngambil jaket tadi. Beberapa menit angkot jalan, tiba-tiba menepi. Yap, tepat. Angkotnya mogok.

Begitu turun, gw langsung ngubek-ngubek daypack, dan hasilnya masih nihil. Gw nggak bisa ngubek-ngubek carrier karena masih diikat di atap angkot. Pasrah. Pas ditelepon masih aktif padahal. Huft!

Angkot mogok parah, jadi kami diminta menunggu mobil pick-up yang akan menjemput dan mengantar kami sampai ke basecamp. Sembari menunggu, kami bertiga jalan-jalan, beli ini itu di dalam pasar. Telor, mi instan, tempe, sayur, berbagai bumbu, dan kudapan pun dibeli untuk bekal selama camp nanti.

Dingin terus menusuk tulang-tulang kami di atas mobil pick-up. Namun, indahnya lanskap dini hari membuyarkan semuanya. Sekeliling kami memang sangat gelap, tapi bintang-bintang di langit rela menjadi atap. Azek! Kalau nulis beginiannya makin malam, kadang memang makin jadi. Jadi bagus. Hahaha.

Langit dan sekitarnya semakin mengagumkan ketika jarum jam menunjuk angka 5. Ya, pukul 5—6 pagi adalah pemandangan luar biasa. Kita bisa melihat dengan jelas Gunung Cikuray, lanskap Kota Bandung, dan garis-garis oranye cokelat melintang di antara pegunungan. Subhanallah!

Sekitar pukul 6 pagi, kami sampai di basecamp Gunung Papandayan. Registrasi, istirahat sejenak, sarapan, foto-foto, berdoa, dan berangkaaaaat! Akhirnya kami sampai juga di sini. Gw—khususnya—super speechless karena wishlist bulan ini tercapai :’)

FYI, kami jalan berenam saja menuju Pondok Seladah. Yang dua orang pacaran tadi udah duluan soalnya. Okelah, no probs. Dengan mengucap bismillahirrahmaanirrahiim, kami pun memulai perjalanan menuju camp di Pondok Seladah. Semoga lancar perjalanannya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk