30.1.12

Kepada Bayu, Perangkai Waktu


Hai,
Gimana Bay? Cukup puas? Atau masih kurang? Nggak nyangka aja lo bisa setega itu. Dua hari bahkan. Mungkin lo ingin menambahkan angkanya, menjadi 30, atau 100? Masih butuh uji kadar buat gw? Ah, cukup Bay!

Gw tercekat hanya karena ilusi lo yang ajaib itu. Tiba-tiba, tanpa ada kode apa pun. Jangan-jangan lo memang belum pernah diajari tatakrama ya? Masuk, lalu seenaknya menyayat separuh otak siang-siang. Ini nggak lucu, Bay! Mungkin ini terapi kaget terdahsyat yang pernah gw dapet. Ya Tuhan..

Oke. Mungkin gw dan lo sama-sama punya senjata ampuh untuk meluluhlantakkan otak, juga hati—terutama. Anehnya, entah kenapa bagi lo terlalu mudah bermain dengan waktu. Bahkan mempermainkan waktu. Hebat! Lo sungguh luar biasa, Bay! Bisa menancapkan seluruh paku di separuh otak gw. Bisa membuat mata gw tak berhenti menatap bayangan-bayangan lo di seluruh sudut. Semua ingatan-ingatan tentang kita dahulu, Bay, hampir semuanya lengkap. Lo menciptakan sosok lain pada dinding tubuh tak bernama itu, padahal semu. Gw sempat tertipu, Bay.

Terima kasih uji kadarnya, Bay. Lo pasti merasa menang di sudut sana. Terima kasih sekali lagi. Kali lain, izinkan gw mempermainkan waktu, biar lo juga tau betapa sembilunya rasa, yang membuat lo semakin semu. 

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...