Perjalanan ini pun
dimulai. Yaelah dari kemarin juga udah dimulai sih, haha. Eh, tapi kali ini
menurut gw perjalanannya bener-bener dimulai. Menurut orang-orang kebanyakan,
dari basecamp menuju Pondok Seladah itu cuma 2 jam. Okelah, deket nih brarti,
pikir gw.
Nah, seperti apa kelanjutannya? Ada di tulisan berikutnya. See you!
Baru beberapa meter
jalan, udah jepret sana-jepret sini. Biasa, kelakuan orang kota liat
pemandangan alam dikit aja bawaannya pengen foto, trus upload di socmed. Yeahahaha. Btw, jangan harap di sini ada sinyal. Setjanggih
apa pun ponsel lo, kalo baterainya penuh tapi nggak ada sinyal mah, jadi nggak
asjik. Soalnya nggak bisa upload. Ya
memang cuma itu permasalahannya :D
Meskipun jalur awal
termasuk jalur yang mudah, medannya tetep nanjak lho ini. Yang jarang olahraga,
yang berumur dan jarang olahraga siap-siap aja mulai ‘capek’. Gw aja agak
ngos-ngosan—tapi gw tahan, gengsi mak!
Beberapa ratus meter
pertama, kita melewati sedikit pepohonan di kanan kiri jalan, bebatuan, dan
kawah. Nah, ini yang paling menarik. Kawahnya masih aktif, jadi belerang pun
setiap saat mengepul di udara. Makanya kita sangat butuh masker di sini. Masker
atau slayer atau kain apa pun untuk menutup hidung. Masker bengkoang boleh
nggak Kak? Boleh sih, abis itu lo meninggal pelan-pelan tapi :/
Ritual wajib tak pernah
ketinggalan. Foto-foto. Sembari kami beristirahat, minum, ngemil cokelat, dan
atur napas, kami juga aktif mengecek sinyal. Dan, di antara kawah belerang ini
ada sinyal pemirsa, ada sinyaaaaaal! Kesempatan buat upload banget. Gila juga ya ini anak-anak modern. Mungkin kelak
bakal ada perumpamaan: aku nggak butuh apa
pun, aku cuma butuh sinyal -__-
Tantangan di jalur ini
adalah, kita nggak bisa istirahat dan berdiam terlalu lama karena aroma
belerangnya sangat menyengat. Sayangnya gw kelewat ngos-ngosan, jadi gw sering break sendirian, duduk di bebatuan
sekadar minum dan narik napas panjang. Sedangkan, temen-temen yang lain udah
kepalang duluan. Untungnya ada satu lelaki yang notice ke gw. Mungkin dia
kasihan ngliat gw engap. Jadi, selama jalan dia membiarkan gw berjalan di
depan, dia belakangan.
Bahkan, gw sempat iseng
menawarkan carrier gw ke Bang Rud. Maksudnya biar dia bawain carrier gw. Hahaha.
Tujuan gw mah awalnya bercanda, tapi dia nanggepin serius. Pas ditimbang-timbang
carrier gw dengan tangannya, sepertinya doi nggak sanggup. Ya iyalah, orang belasan
kilo. Akhirnya gw cuma menawarkan tenda gw dipindah ke tasnya. Fuh, mayan sih
agak entengan. Namun, lagi-lagi gw bertanya ke doi, yakin nggaknya bawain tenda
gw. Abisnya nggak enak juga kan, gimana pun ini tetep tanggungan yang mesti gw
bawa sampai tujuan.
Namanya cowo, biasanya
kan kebanyakan gengsi, jadi ya tenda gw akhirnya dibawain. Alhamdulillah. Thank you, Bang!
Setelah melewati kawah
belerang, kami menyebrangi sungai kecil, juga tanjakan batu yang cukup sempit
dan curam. Saran gw, nggak usah tergesa-gesa kalo pas di sini, selow aja. Yang paling
seru adalah, di medan ini kita bisa ngeliat lanskap hamparan hijau dan kawah
dari atas.
Nah, seperti apa kelanjutannya? Ada di tulisan berikutnya. See you!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar