Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Tunaikan, Tuntaskan!

Bismillah, Hmm, ini udah tanggal berapa pemirsa? Dua delapan-28-XXVIII. Namun, ini adalah bulan Desember. Mari tarik 4 buang 8, lalu tarik 8 buang 16, trus tarik selimut buat tutup muka. Semoga yang masih punya utang-piutang segera lunas ya, aamiin. Maksudnya bukan karena banyak yang utang ke gw, tapi memang begitu adanya. Utang apa pun. Dari utang materi, seperti uang receh, uang kertas, uang logam, uang plastik, uang monopoli, sampai uang dalam bentuk emas. Kemudian, utang buku, baik sebagai peminjam maupun yang meminjamkan, setidaknya saling mengingatkan aja lah. Seperti yang kita tau, manusia itu tempatnya lupa. Makanya, harus saling mengingatkan :) ah, betapa damainya hidup. Selesaikan tugas-tugas yang masih belum selesai * kalo gw sih masih ada makalah uas—tarik selimut, tidur * yang masih belum terpecahkan teka-tekinya, monggo kerso dipunrampungaken nggih . Serius nih gw, nyesek itu nggak enak. Hidup lo bagai dikejar cacing tanah. Mengapa? Lo sebenarnya sadar lagi dikejar

Seperti Inikah Kau dan Aku?

Lebih baik aku menyimpanmu dalam bagasi waktu, seperti aku menyimpan tulisantulisanku pada lorong biru, meskipun napas ini selalu merindukan rasa yang tak kunjung pilu, daripada aku harus memberi ruang pada  elemen lain untuk sekadar merasakan cintamu. Aku belum ingin mengenalkan sosokmu pada dunia-yang-masih-sensitif-dan-penuh-pecundang itu. Ini namanya tak sudi. Sungguh. Biarkan hanya napasku yang selalu menyelami aroma tubuhmu. Bahkan selama ini kau tak pernah mengeluhkan apa pun, dan meminta lebih bukan? Yang cukup itu, ya, yang sejauh ini telah berhasil kita ciptakan.  Kau dan aku sama-sama menyajikan kenyamanan dalam diri masing-masing. Menjalar ke setiap tubuh, lalu selebihnya semu. Hanya itu. Kau tidak terlihat sedang membuatku cemburu, begitu pula aku. Hakikatnya, kita melakukan sesuatu—yang tak bisa dirasakan bersama—saat itu juga, jadi untuk apa masih mengharapkan kebohongan-kebohongan lalu, dan menjadikannya sebuah nafsu?

Ada Masa yang Mengelabui Kita

Menulislah tentang apa yang kamu suka. Menulis bukan untuk ‘berharap dilihat oleh orang lain, kemudian mereka membaca tulisanmu, lalu mereka memujimu’, bukan. Luapan ekspresi yang tertahan di sela-sela otakmu itu, yang perlu diburu.   Pasti akan ada masanya —teman-teman yang kamu percaya dan selalu ada untukmu di saat kamu butuh itu, tak ada. Mereka belum hadir dalam kegelisahanmu untuk sedikit saja meredam amarah itu. Makanya, mungkin kamu bisa memulai berteman dengan lembaran-lembaran tak berhalaman, atau mungkin belajar memupuk cinta pada pena yang mulai kau korupsi waktunya. Sesederhana itu. : bercinta melalui rasa yang tak biasa dengan cara yang berbeda. Pasti akan ada masanya kau merasa terlalu nikmat dengan itu semua.

Dari Kailasa Untuk Bara (7)

“Hubungan kita cukup lama ya Bar, lalu apakah kau tak ingin kita…”, belum sempat kuselesaikan pengakuan ini pada Bara, ada seseorang yang kucintai—selain Bara—datang. Aku tak sanggup memaksa lidahku untuk berkata lagi. Masihkah kau ingat saat kali pertama pertemuan disengaja itu? Aku—lagi-lagi—hanya menanyakan lewat suara hati, perihal ini pada Bara. Mungkin aku belum benar-benar berani lebih dari itu. Barangkali aku tak cukup yakin jika kau memang pernah memanggilku, memanggilku sesuai namaku. Sekadar iseng sih waktu itu, menyebutmu Bara tanpa persetujuan darimu. Kalau aku tak salah, dua tahun sudah masa-masa sulit ini kita seberangi. Adakah kau merasa lelah? Hmm, jangan kau tanyakan hal ini padaku ya, tapi. Bahkan, jawabanku pun belum tentu memuaskanmu. Sudahlah, aku rela kau tinggalkan jika memang menurutmu aku belum cukup berhasil hadir dalam lini kehidupanmu. Hanya beberapa hal yang masih kental dalam ingatanku, Bar. Bagiku, di sampingmu saat kau terkapar tak berdaya

Bonus Akhir Tahun

Bismillah, Gimana kabar, bre? Masih asyik dengan bayangan dan kepingan hari-hari GPMB? Hihi. Ya! Lebaran umat marching band di Indonesia turut memeriahkan dan menutup minggu-minggu penghujung tahun 2011 gw dengan cukup apik. Fuhh, gimana nggak? Unit kesayangan gw tahun ini hanya berpartisipasi sebagai penikmat kompetisi persahabatan kemarin. Kenapa gw namakan kompetisi persahabatan? Karena di dalam kompetisi-yang-sangat-bergengsi-itu terselubung makna yang luar biasa dalam. Beuh! Bukan hanya persahabatan, tetapi juga memunculkan aroma percintaan di antara pasukan. Huahaha. Bayangin aja, biasanya setelah GPMB berakhir, jejaring sosial lebih rame, entah karena banyak yang mengunggah foto, bahkan sampai berkenalan-dan-dapet-temen-baru lewat media sosial. Mungkin di era 2000-an, salah satu jejaring yang cukup terkenal dan akrab di telinga adalah mIRC (bener nggak ya tulisannya gini? Cmiiw*). Media kenalan dan ngobrol dua arah atau lebih melalui internet. Serasa pulang sejenak ke

Jalur Istora, Betapa Cintanya!

Bismillah, Kali ini gw akan sedikit berbagi. Berbagi apa pun. Pengalaman hidup, asrama, eh, asmara, cinta, rindu, suka, duka, benci, dendam nyi pelet, misteri gunung merapi, tutur tinular versi 2011, hingga noktah merah perkawinan *Eaa, ketauan banget orang zaman dahulu kala* Berhubung tiga hari yang lalu gw bolak-balik, mondar-mandir Istora Senayan, muter-muter sampai berasa fly in the sky, gw akan berbagi tentang jalur yang sepatutnya dilewati/yang layak dilalui/wajar/galib, khusus gw persembahkan untuk orang-orang yang jarang ke Istora atau yang udah pernah ke sana beberapa abad yang lalu, kemudian mengidap penyakit lupa di abad ini. Yuk Mari!  Hmm, daaaaan inilah beberapa alternatipnya: **jeng..jeng..jeng..jeeeeeng! dudungcacas desss!* Pertama adalah by train , ini buat orang-orang yang mabokan, dan belum bisa menghalau mual di bus: # Naik dari Stasiun UI (kereta tujuan Jakarta Kota)-turun di Stasiun Cayang, eh, Cawang-lanjut TransJakarta arah Semanggi-turun di shelt

Kamis 'Sesuatu'

Bismillah, Kamis 22 Desember, Sasina dapet tawaran nampil di acara Petang Puisi Teater Sastra. Hmm, tempatnya di Audit terapung Perpus UI. Begini ceritanya, hujan, becek, dingin di sore itu terlalu akrab dengan kami—Sasina. Jadwal awal seharusnya pukul 4 sore udah mulai tuh acaranya, tetapi karena banyak hal yang dijadikan alasan, akhirnya acaranya mundur—entah sampai kapan, bahkan manajer kami pun belum tau kabarnya. Yaaa, oke, kami bisa memaklumi. Sembari menunggu kabar—ini acara jadi atau nggak—kami evaluasi. Dari awal tahun hingga sudah tiba di penghujung tahun 2011 ini, apa aja sih yang dirasakan selama ini, di antara kebersamaan kita? *sediih* Sampai petang menjemput, kami masih duduk manis di dekat danau ijo lumut nan bersinar itu (yaaah, jadi nggak indah deh ini). “mungkin, ini adalah penampilan kita yang terakhir, sebelum bertemu tahun 2012”  *sediiiih* Untungnya, gw belum sempet mewek sih ya. Penampilan malam itu dahsyat, sungguh! Gw nggak bohong, serius! Am

Dari Kailasa Untuk Cadatha (6)

Cadatha: apa yang kau rasakan tadi? Kailasa: a..aku..tadi? Cadatha: ya, tadi. Kailasa: aku bersyukur karena tak ada aral melintang, Cadatha: syukurlah. Aku tak sempat menengok sejenak tadi, maaf. Kailasa: tak apa, aku mengerti. Cadatha: terima kasih, Sa. Kailasa: bagaimana kabar nyambut gawemu, Mas? Lancar? Cadatha: (senyum) aku kira, semua masih baik-baik saja, bahkan aku mungkin sebentar lagi akan melanglang buana. Kailasa: baguslah kalau memang begitu adanya, Mas. Cadatha: (senyum—tetap memesona) Kailasa: …………         Aku bercerita panjang lebar dengannya, tanpa batas. Tuhan, kau tak sedang menidurkanku, bukan? Bukannya aku tak percaya dengan-Mu, tapi aku hanya berjaga-jaga agar aku tak terlalu khawatir jika ini memang belum nyata. Namun, rangkaian singkat-tapi-tak-juga-panjang tadi benar-benar hadir di depan asa yang selama ini membatasi. Terima kasih karena telah memberib   warna hari ini—di antara hitam-abuabu sejak pagi. 

Accident

Bismillah,         Biasanya kalo Ayah atau Ibu telepon pagi-pagi ke ponsel saya adalah untuk memastikan, saya udah bangun atau belum. Hmm, atau nggak, menanyakan kabar, dan semacamnya. Namun, tadi pagi Ayah saya telepon pukul 5. Berhubung ponselnya saya atur mode getar aja, jadi nggak kedengeran kalo ada telepon atau pesan singkat. Setelah terkonang oleh saya, ternyata ada panggilan tak terjawab dari Ayah di nomor utama. Saya pun langsung mengirim pesan singkat, dan menanyakan ke Ayah saya “ana apa Yah?” Setelah itu, Ayah saya telepon lagi. Kali ini saya angkat. F: “Assalamualaikum, Dha” M: “Waalaikumsalam, kenapa Yah?” F: “Ibumu kecelakaan semalem sama Azky, jatuh dari motor..” M: (masih berusaha mencerna kalimat yang diucapkan Ayah) “hhh..” F: “Iya, trus kaki kanannya nggak bisa buat jalan, makanya semalem langsung dibawa ke Sitanggal” M: (masih berusaha tetep narik napas yang panjang, biar nggak mbrebes mili) “Trus, sekarang di mana Yah?” F: “Barusan pulang da

Kembalikan Kami di Persimpangan

Beberapa bulan lalu, alam mencari tau tentang kau dan aku. Begitu pula prajuritnya, air, tanah, udara, dan api. Mereka diutus rajanya untuk menemukan celah yang dapat menyatukan kita. Saat ini, aku di selatan, sedangkan kau di utara. Sesungguhnya aku sama sekali tak memusuhi jarak, bahkan tentang apa pun yang melanda kita. Di penghujung tahun ini, alam baru saja menawarkan pilihan. Kemungkinan, kau dan aku akan dipertemukan di persimpangan utara-selatan. Aku cukup senang. Kau sendiri bagaimana? Demikian panjangnya upaya alam demi kita. Namun, semua ini rupanya tak sesederhana merangkai rencana demi rencana. Nyatanya, saat aku ke utara, kau justru berbalik ke selatan karena segudang alasan. Betapa pun indahnya perpisahan yang dulu tak sempat diabadikan, kali ini aku benar-benar tak ingin dipertemukan. Aku tau, setelah itu pasti akan ada perpisahan. Lebih baik kita memelihara jarak, agar tetap saling setia. 

Bukan Penyakit yang Ber-prestige

Bismillah, Malam Sabtu pada ke mana nih sist-sist, dan bre-bre? Nongkrong di angkringan, atau pada jongkok-jongkok di tepi jembatan, sembari meneriakkan yel-yel kesayangan “kyuuu.. kyuuu..” huahahaha. Prestige, gengsi, saywor (saywor itu tulisannya kayak gimana ya? Say: ngomong, atau panggilan sayang, wor: nama orang? Ngaco!!) rupanya hal itu nggak hanya berlaku saat ada kompetisi, konser, atau acara-acara apa pun yang bernilai tinggi dan memunculkan gengsi. Inget ya, GENGSI, bukan GENGGES! Nah, yang namanya penyakit juga ada, bre. Coba tebak penyakit apa yang nggak ada prestige -nya sama sekali? Ya! Seratus untuk anda, boleh pulang duluan à lelucon klasik, nggak lucu! Sehari bisa 7—8 kali bolak-balik kamar besar (kalo kamar kecil kan biasanya buat Pepsi, alias pipis, kalo kamar besar..) ya itulah pokoknya. Kalo lo pas lagi ngendon dan ngerem di kosan/rumah mah masih aman lagi, coba saat lo berada di tempat selain kosan/rumah. Misalnya di kampus, kalo lagi di kelas, izin

Tentang Keseimbangan Tubuh

Bismillah, Pemirsa, udah hampir di penghujung Desember nih. Apa kabar wish list 2011? Mari sejenak tengoklah ke belakang! Yuhuu. By the way , minggu-minggu kemarin itu, gw merasakan beberapa hal aneh. Yes! Seaneh muka lo yang lagi baca, hahaha. *becanda, pemirsa, piss ya* hmm, misalnya kalo lagi jalan kaki, nggak ada angin topan, angin beliung, nggak ada hujan es atau hujan salju, tapi lo jatuh. Kaki lo mendadak lemes, kayak nggak kuat jalan kaki, trus mendadak cenat-cenut (yang ini nggak ada SM*SH nya kok, sungguh!) dan tulang kering/betis lo terasa nyeri. Uwe nda nerti agy dec eang inih?! Masih bisa baca tulisan yg tadi kan? Masih lah, kan aku dan kamu sama-sama anak gehul dekade 90-an. Korban friendsterisasi dan eM-I-eR-Ci, hihi. Sebenarnya kalo gw selisik lebih jauh, jauuh, sangat jauh sampai tak terhitung lagi berapa ratus kilometer jarak yang tak bosan-bosannya memisahkan kita, juga yang selalu menciptakan rindu di atas rasa, apalagi di sela-selanya. Eaaa. Pulangkan

Menang Kuis

Bismillah, You guys, whats up bre ? Kangen nih, gatel karena gw punya banyak se-su-a-tu yang ingin eke bagi-bagi ke cemand-cemand cemuwah :* Markimul sist! Berawal dari acara Stand Up Comedy Kompas TV yang bikin gw langsung jatuh bangun alias jatuh cintrong, di saat gw nonton acaranya di tipi, sempet kepikiran “Pengin deh nonton live-nya Stand Up di Usmar Ismail, entah kapan tapi ya?!@#$ Hmm, jauh bree..” btw, gw adalah orang yang nggak suka situasi Senayan dan sekitarnya. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena macica muhtar bambang kalong sorelam samsara malampir, ne. Malaysia basket deh eke, eym. *terjemahan dapat dilihat di kamus gaul ala Deby Sahertian* haha. Cuma nyelip aja pikiran macem gitu di otak kanan. Namun, detik berjalan berdampingan dengan jam, juga harimurti yang semakin cepat. Hingga tersisa tiga finalis—Ryan, Akbar, Ernest—gw udah pasrah alias nyerah alias terserah, mau nonton live atau nggak, yang penting gw bisa liat dari tipi mungil eke. Titik. Malam itu,

Ryan-Ernest-Daned

Bismillah, Hei how? Fine, Dear. Kali ini gw akan merunut perjalanan gw dari awal tentang finalis yang gw sukai, beserta alasannya. (ini mirip soal ujian essay ya!) Cerita singkatnya, haha. Belum apa-apa, udah main singkat-singkat aja. Eya pokoknya kalo pengin kronologis lengkapnya beserta ekspresi yang tiada duanya, langsung janjian untuk ketemu eke aja. *ini maap ya, banyak COT-nya,* .:Ryan:. Yang bikin gw suka adalah—selain emang mukanya lumayan, let see, lumayan, nggak cakep-cakep amat ya—leluconnya nggak klasik, oke, ini masalah selera sih, klasik nggak klasik. Di luar dari alasan itu, dia tau bagaimana caranya mengungkapkan hal kecil, yang nggak dipikirin orang-orang, dia pikirin, dia bikin deh tuh materinya buat stand up. Lalu, dia selalu menyajikan humor segar-fresh from the kulkas, peristiwanya dekat dengan masyarakat, sering kita alami (kita: manusia, hewan, hantu, benda-benda mati, ataupun hal-hal tak benda, red). Satu lagi, yang menjadi ciri khasnya adalah art

ADA Band and The 'My Boys' Story

Assalamualaikum. Hai you guys, gw kangen banget nulis, nulis apa pun. Empat hari ini, gw masih inget pulang ke kosan aja udah alhamdulillah banget, gimana nggak? Makan aja gw lupa, serius men, gw serius! Tapi, tenang aja, kalo KAMU, aku selalu inget kok, haha (*KAMU=SKRIPSHEET*) lo kira, KAMU-nya siapa coba? Pacar? Nggak punya ciiin.. gebetan? Ah, jauh banget dari Depok. Ya, ada sih, calon suami, tapi masih disimpen dan dijaga sama Allah J mulai nih, keluar dari tujuan awal! FINE! Saat gw nulis ini, ADA BAND sedang bersama gw di suatu acara musik di salah satu stasiun tipi paporit eke. Nggak tanggung-tanggung, sang vokalis posisinya berhadapan langsung sama gw tanpa perantara atau makelar manapun. Bahkan, ini terhitung agak private karena emang hanya ada gw dan ADA BAND. Bisa lo bayangkan betapa terbangnya jiwa gw saat ini, ah—tak terdefinisikan. Sungguh, Pedro. Andai kau tahu, atau tempe, syukur-syukur ati-ampela sih, yang nggak gitu banyak lemaknya ß ini apa sih? Sakit jiwa

Dari Kailasa Untuk Cadatha (5)

"Ya Tuhan, aku sedang tak ingin memandangnya, menyapanya, apalagi berbincang dengannya, meski hanya sedetik dalam nyawa maya. Aku lebih memilih pura-pura tak tau-tak melihat-dan seperti orang asing saja, dia di mataku, saat ini." Namun, Tuhan belum mau mengabulkan permintaan yang satu ini, lagi-lagi aku berusaha mengintip bayangan gagah di sebelah kananku—jujur saja, aku merasa dia semakin dekat dalam sandiwara-hati-khusus-malam-ini. Rasanya ingin sekali mengakhiri peran semacam ini, tapi malam mencegat kami untuk saling menghentikan waktu—walau sejenak. Ya, pertemuan kami dini tadi: aku sama sekali tak pernah berdoa agar aku dipertemukan seperti ini—padahal sudah menjadi bulanbulanan keinginanku, berharap sesuatu yang membuat kami dekat—tetap saja aku benarbenar tidak menginginkan kejadian ini—lagi. Terima kasih, kau telah menciptakan adegan yang tidak aku inginkan—tapi aku berharap darimu, dengan adegan lain yang lebih romantis dari dini tadi. Sampai detik ini

ILU-IMU-INU

         Kedua unit kesayangan gw memang tidak pernah memanfaatkan properti yang besarnya segede alam raya semesta antariksa tatasurya lalalala ini untuk mendukung performance mereka saat tampil di panggung mana pun. Mulai dari panggung gembira, panggung nestapa, sampai panggung sandiwara, kami sambangi. Sungguh, jatuh cinta itu ya seperti ini. Gila. Bahkan, gw sendiri aja nggak tau kalo lagi ngomong tentang hal apa—macem ini. Namun demikian, mereka tetep dapet juara, berapa pun. Yang terpenting, mereka masih juara di hati dan jiwa gw.  #eaaaa ini bukan gombal, sodara, sodara! INI SERIUS!! SEKIAN. TERIMA KASIH. **kalo kata Om Sudjiwo Tedjo: juri adalah wakil Tuhan :) By the way, maap benjet kalo judulnya agak-agak bikin migrain seharian, muntah bulanan, sama galau tahunan.

Dari Kailasa Untuk Manggala (4)

(d) Kalau kamu memang sudah ingin menjauh, sah-sah saja. Toh kita belum menyepakati apa pun sejak pertama ketemu dulu. Tapi aku juga belum tau, seandainya kita sama-sama saling menyimpan rasa. Membiarkan hati kita melayang di udara menempuh ratusan kilometer tanpa lelah, apalagi keluh. Aku tak pernah sekalipun mendengarnya mengaduh. Baguslah kalau begitu.  

Dari Kailasa Untuk Manggala (3)

(c) Tadi pagi kamu muncul di TL-ku, dan lagi-lagi aku sama sekali belum berani memulai perbincangan—setelah beberapa minggu kita tak saling bicara. Sepertinya kamu sedang tak enak badan, jadi aku terpaksa—dengan sedikit kepasrahan—mengirim pesan singkat ke kamu lebih dulu. 2 menit, 5 menit, 7 menit, aku belum melihat balasan dari kamu. Oke, i’ll waiting your reply until the end, when my ZTE die.

Dari Kailasa Untuk Manggala (2)

(b) Kemarin malam, aku berniat menyapa kamu duluan lewat sms, sekadar mau ngasih semangat karena kamu udah mulai ujian. Nyatanya, aku nggak sanggup megang ponsel, bahkan mengomandoi saraf motorik saja aku benar-benar nggak sanggup. Justru keringat dingin yang mengucur di dahiku. 

Masih Terngiang

Bismillah, Hari keenam Desember nih. Banyak banget yang ada di CPU gw, tapi pelan-pelan gw cicil pindahin ke flash disk atau hard disk kok nanti. Anyway , sampai saat gw menuliskan ini di sini, lagu yang dibawakan finalis-finalis Bipop UI Sabtu lalu masih terngiang-ngiang. Terlepas dari kekecewaan gw dari segala apa pun yang ada di sana saat itu dan setelahnya, ada satu hal yang ingin gw bagi. Pernah nggak sih, lo jadi suka atau ber- humming-humming -ria sepanjang lebih dari 3x24 jam sama sebuah lagu, atau bahkan hanya sepenggal syair? Hmm, atau mungkin sampai googling lirik lagunya dan mengunduh lagu itu? Trus, lo simpen di gadget mana pun yang bisa lo dengerin saat lo merasa butuh untuk ngedengerin itu? Yah, entah ngilangin bad mood , sekadar menemani di saat-saat lo menunggu bikun, atau menunggu seseorang. * eits, kalo nungguin yang ini, nggak cuma lumutan, kemungkinan efek sampingnya bisa sakit hati or sakit jiwa kalo kelamaan, haha! Sabtu lalu itu, gw udah kay

'Puas'

Bismillah, Alhamdulillah yah, udah hari kelima Desember. Masih ada 25 hari lagi untuk mengejar wish list yang tersisa sebelum 2011 ini mengakhiri usianya. Semoga segalanya lancar ya tweeps J aamiin. Hari ini seimbang, seneng banget kalo kaya gini. Ceritanya, Senin kemarin gw merasa kalo gw adalah salah satu orang terbego di kelas Ibrani, karena malamnya begadang demi hal-hal yang—nggak bisa gw ungkapkan di sini—hehe, maaf ya ngeselin. Untuk membayar itu semua, week end minggu kemarin, gw habiskan untuk membabat abis soal-soal Ibrani. Beuh! Sok gaya-gayaan banget kan gw, tapi demi memperbaiki reputasi gw di depan dosen, dan ingin membuktikan bahwa gw serius belajar Ibrani, gw utak-atik tuh soal sekitar sepuluh halaman. Sampe kepala udah hampir berubah jadi kelapa, gw begadang pun karena si Ibrani ini. Pas masuk kelas tadi, jangan ditanya deh gw jumawanya kaya apa. Temen-temen yang lain pada ngobrol, gw langsung buka hasil kerjaan gw semalam suntuk. Cadas nggak tuh, bray?! Ha