2 September bukan tanggal penting gw rasa. Akan tetapi, entah kenapa gw belum lupa begitu saja. "Hanya sebuah goresan pada dinding nisan tak bertuan. Hari itu membuatku kelu. Sekujur tubuh terasa membara saat percikpercik api mulai menampakkan keganasannya. Malaikat Izrail mungkin menjadi teman setianya detik itu juga. Aku gusar gemetar meregang nyawa. Aaaaaaaaaaa!" Jam tangan digital gw udah di angka 08.05, mata kuliah Gender Dalam Sastra harusnya. Gw bolos aja apa ya? hmm, gw mikir itu setelah dapet sms dari temen gw tentang Dia. Gw telpon nomor Dia, nggak diangkat men! tambah panik deh gw. Nunggu bikun aja kali ya.. selang berapa detik, "Dia memanggil" tertera di layar hape gw. Gw angkat, dan anehnya yang kedengeran suara bapak-bapak. Jangan salah, bapak-bapak itu malah balik tanya dan ngasih info mengenai keberadaan dan keadaan Dia saat itu. Gw langsung mutusin bolos, ke stasiun UI, nunggu angkot 19 di Kober, dan capcus ke tempat suruhan bapak-bapak ta
semuanya terangkum dalam pandora emas penuh warna, penuh dengan koma, namun akan diakhiri dengan titik oleh Sang Sutradara.