Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Mahasiswa Arkeologi

Judulnya ‘mengundang’ banget ya?! * untuk beberapa orang mungkin bakal, uhuk! Udah ah * Bukan gebetan gw kok, apalagi konsep-konsep ‘ dirty ’ yg lain. Tenang, ini bukan soal percintaan, perasmaraan, apalagi pernikahan. Huhuhu. Cus! Beberapa hari lalu, gw dengan sengaja bikin janji ketemuan dengan salah satu teman gw jurusan Arkeologi, sebut saja Bejo. Gw rasa orangnya nggak akan marah kalo liat tulisan ini karena doi gw sebut sebagai Bejo di sini. Hal ini semata-mata hanya untuk menjaga privasi dia dari oknum-oknum penjahat asmara atau yang biasa gw sebut dengan penjajah cinta, huahaha. Ada yang tergolong kaum penjajah cinta di sini? * ngacung nih gw * dih dih ngaku sendiri, PD bener. Meskipun hanya beberapa menit, pertemuan ini cukup berkualitas. Gw puas dengan si Bejo yang ramah melayani gw * eh tolong, puhlease, hilangkan pikiran-pikiran dirty ya, tuips, #cipokbasahdarimimin * pokoknya Bejo baik banget sampe mau mengajari gw bagaimana cara yang benar dan harus ngapain d

Stand Up UI

Girang banget! Beberapa hari lalu, entah oleh sebab apa—lupa—gw menemukan akun @Standup_UI di linimasa gw. Begitu liat, kaget, seneng, sumringah, dan benar-benar kelu. Ah! Dunia! Bisa banget kejutannya. Saat gw menemukan akun ini, tanpa basa-basi langsung gw follow . Gw kontak narahubungnya, lalu mulailah kami bercakap-cakap. Tau lah ya arahnya ke mana? Huahahaha * becanda *. Gw—yang memang Alhamdulillah diberi keahlian pandai ber-SKSD sama orang yang baru dikenal—langsung lancar-lancar aja ngobrol sama doi via pesan singkat. Mulai dari tanya-tanya yang serius hingga bercanda sampai level awal. untungnya baru level awal dan gw belum berniat menggali candaan lebih dalam. Hahaha. Nantilah, ada masanya pasti, iye nggak? Well, jujur sejujur-jujurnya jujur, gw sempet iri sama kampus sebelah (#nomention) karena di sana sudah sangat eksis dan jauh lebih awal memulai komunitas tersebut. Bahkan, beberapa hari yang lalu baru saja mengadakan acara yang YOI BANGET! * gw nggak ke san

Absurditas Rasa

sedari pagi, subuh sengaja tak kusalami biasanya aku hanya komatkamit baca mantra Tuhan tumben-tumbenan, sore tadi, senja juga tak kupamiti. : agak bosan. lalu, mendadak haru saat kausebut ingin menjemput ujung sudutku bukan, bukan untuk sekadar membuat lapang dada justru aku mulai merasa sesak. : agak tak enak. lama-lama, aku terjaga dalam gila di tubuhku pelan-pelan sadar. namun, cuma ada atmosfer rasa, sedikit demi sedikit tiada. : (mungkin belum terbiasa).  

Belum Serius?

Kapan kamu serius? Halo, Ers. Beberapa hari lalu, tercetus dari mulutmu bahwa kamu tidak seserius itu. Baiklah, terima kasih atas waktumu, berjam-jam meladeni orang yang mungkin—untukmu—terlalu serius. Aku memang terkenal serius sejak masih berkeliaran di kampung lahirku dulu. Entahlah sekarang, mungkin berbeda atau masih sama? Kalo kata Om Salam Super “ Why so serious? ”, tapi mbok sekali waktu ya serius itu perlu lho. Manusia masih terlampau sensitif sama perasaannya, apalagi perempuan. Tau kan? Mengelabui hati demi gengsi, ini juga termasuk perbuatan syaitan, sama saja dengan membohongi diri sendiri. Lebih pedih memang, tapi sesaat doang, sisanya terbayang-bayang. Gawat kan?                                                                                                                              

Mau Sepeda!

Bismillah, Haihow tuips, apa kabar? * basi banget, sumpah * ya abis gimana? Haha. Btw, hasrat gw sedang menggebu-gebu, pengin banget naik sepeda ke mana-mana. Seru kali ya, kalo week end sepedaan bareng . Ngampus pake sepeda, ke kosan temen genjot sepeda, dan ke tempat-tempat lain yang bisa dijangkau dengan sepeda. Sebenernya bisa-bisa aja TEGAL-DEPOK naik sepeda, tapi ya, butuh keberanian lebih aja. Inget kan tentang peristiwa Jalal yang naik sepeda dari PATI-DEPOK? Itu ih wow masya Allah banget! Kan UI udah ada sepeda kuning? Gampanglah, tinggal milih doang, mau yang mana! Milih wadukmu! Justru butuhnya di jam-jam yang lebih pagi dan lebih malam, makanya ini alasan yang cukup kuat, yang bikin pengin beli. Doakan saja, sedang dalam proses pemanjatan doa dan pengumpulan dana. Hihihi, aamiin. Kalo udah dijodohkan sama sepeda, insya Allah ada aja jalannya nanti kok. Dari mulai tanya temen, googling, searching, and hunting, finally connecting my mother to ask about

Dua Dunia dalam Satu Kehidupan

Sastra anak dan sastra dewasa. Dua jenis ruang lingkup di dunia nyata yang mutlak akan dialami oleh seorang manusia dalam fase hidupnya. Tidak dapat dimungkiri bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat karena saling memengaruhi satu sama lain. Hal ini menjadi sorotan mendasar yang harus diperhatikan ketika kedua fase ini dicitrakan ke dalam bentuk bacaan. Karakteristik umum atau kategori pengelompokan karya sastra biasanya dibagi berdasarkan bentuk dan isi suguhan. Pemahaman semacam ini dapat kita ketahui setelah mengenali genre setiap karya yang dihasilkan. Perbedaan yang sangat mendasar: bentuk dan isi. Pada sastra anak biasanya ditemukan tampilan yang sederhana, permainan warna-warna cerah yang mendominasi, diksi yang tidak terlalu rumit, konflik yang ringan—tidak kompleks—juga penyelesaian kegelisahan diri sendiri yang dapat dengan mudah diatasi. Berbeda halnya dengan sastra dewasa. Ditilik dari bentuk dan isinya, sastra dewasa menggunakan bahasa yang agak rumit, juga

Kita Bertemu Dingin, lalu Beku

Bolehkah aku mengirim beberapa larik lirik untukmu malam ini? Sekadar menepis benih-benih rindu yang mulai tumbuh tak beruang. Sederhana, sayang aja kalau terbuang. Mungkin kamu sudah memulai pengembaraan alam maya yang lain—yang hanya dipunya kamu dan Tuhan. Kalau nanti kamu tak sengaja menemuiku di persimpangan, aku tak mengharapkan disapa, apalagi dipanggil dengan nama. Cukup dengan melirik sedetik, setelah itu simpan saja dalam-dalam. Asalkan selalu ingat, di mana dulu rekaman itu kamu kenang. aku membeku dalam dingin tanpa kabut, sementara kau hanya bersitatap menghampiri pekat. meski gemetar, aku lantas menulis sebongkah namamu lembar demi lembar. dari jauh, kau hanya sesekali mencuri pendaran-pendaran aura tanpa harus kaubayar. lihat! Betapa riuhnya ketukan-ketukan kecil yang kita hadirkan saat itu, sayangnya, kita tak saling tahu. mungkin lebih baik kalau kita tunggu, semoga masih keburu.    …. …. ….                                                  

Dahsyatnya Media Sosial

Selamat malam, Malam ini gw akan berbagi uang, hahaha. Aamiin, kapan-kapan yak! Gw akan membagi cerita nyata ini ke teman-teman. Kali ini tentang media sosial. Yuhuuu! Salah satu tren yang sedang digemari khalayak, dari yang muda sampai yang berusaha muda :P Jadi begini, beberapa tahun lalu, kalo kita sempet denger info atau woro-woro yang sedang hebring tentang #KoinCintaBilqis , yaitu sebuah gerakan pengumpulan donasi untuk Bilqis. Waktu itu, masih menggunakan facebook karena twitter belum seramai sekarang—yang kayak pasar klewer, tiap detik ada aja pelanggannya. Usut punya usut, si Alanda Kariza ( Ryan’s girlfriend ), juga pernah menulis di blognya tentang Ibunya yang terkena sebuah kasus berat. Kalo ingin lebih lengkap, bisa baca blog Alanda di sini , atau blog   Cune , doi juga pernah mengulas soal ini. Anyway, gw nggak akan membahas kasus tersebut. Hakikatnya, yang akan gw bagi adalah pengalaman gw sendiri yang merasakan ‘ betapa mahadahsyatnya media sosial itu ’

Ada Hawa Lain

Bismillah, Oke, kali ini gw harus merapel beberapa hari yang sengaja-nggak-sengaja gw lewati sebegitu hambarnya hambar. Maaf ya, Min :| Akhir-akhir ini, seperti ada sesuatu dalam diri gw yang bukan hawa gw *nah, loh?!* dia terus-menerus memeluk erat sisi dan sudut yang ada dalam tubuh gw secara posesif. Halah! Haha. Aneh banget, tapi kenyataannya ya begitu adanya. Jadi, selama ini telah genap delapan hari ada hawa lain yang merasuk masuk diam-diam tanpa salam. Jujur, hal semacam ini membuat gw sangat nggak nyaman, sangat terganggu, dan benar-benar menyebar virus negative dengan mulus. Ah! Baiklah, beberapa hari ini anggap aja gw mengalah. Mengalah ya, bukan kalah *nggak mau rugi*. Maka dari itu, hari ini, mala mini, detik ini, gw akan berubah menjadi salah satu geng power ranger warna ungu. Tunggu kedatangan gw ya, para penggemar power ranger! *apa sih, nggak mutu* Kesimpulannya, saat lo merasakan hal yang sama kayak gw, tetaplah tenang, nikmati saja masa-masa resesi

Senja Kiriman (2)

Tanggal 18 Februari lalu, kali kedua menerima kiriman senja: Senja di Batas Kota dari dalam Kereta :)) cukup awesome lah ya kali ini, hihihi terima kasih, :)

Senja Kiriman :D

menurut si pengirim, katanya: Senja yang tertutup awan Hiakakakakak! Besok-besok aku juga mau ambil gambar senja: senja yang tertutup mendung, senja yang tertutup petang, senja yang belum muncul, sama senja terhalang genteng tetangga.  :P

Memilih Pilihan

Sebuah pilihan bukan untuk dikorbankan, tapi untuk dilanjutkan. Mengapa? Karena eh karena, merusak pikiran ..  (kalo itu tadi, liriknya Bang Haji Rhoma) :P Mari kita kaji! * serem, terdengar berat pembahasannya * padahal ini adalah hal yang sangat dekat dengan manusia. Hampir setiap hari, setiap jam, menit, bahkan detik pun kadang-kadang jadi korban pemaksaan dari sebuah ‘pilihan’. Bisa juga, kita memilih satu di antara beberapa hanya karena gengsi semata. Pernah? Bersyukurlah jika sampai sekarang pilihannya punya ‘jiwa’ di dalamnya, tapi istighfarlah jika memang belum menemukan yang sebenarnya ‘dicinta’. Apa pun keyakinannya, doa tetap diselipkan di sela-sela kesibukan, ya. Kita nggak akan pernah tau persis, akan seperti apa nantinya pilihan yang kita pilih itu. Berisiko? Tentu. Kalo ngutip kata-kata Cune “Selamat Mengangkasa”, memang lo tau, selama lo menuju angkasa akan ada apa aja? Tomorrow is mystery, dear . Kalo boleh gw bilang, proses menuju pilihan adalah sa

Episode Akhir

Seharusnya aku memanggilmu “Dek”, kamu tahu mengapa? Kita terpaut beberapa tahun. Kalau mau tertawa, tertawalah! Alam mungkin sedang menertawakan kita. Selamat! Bahkan, Tuhan juga. Entah aku yang terlalu serius, atau kamu yang selalu bermain dalam bara rindu. Peduli apa? Ini tentang kita, bukan tentang orang-orang kebanyakan. Karena, kebanyakan orang terlampau kenyang dengan yang namanya konspirasi, Dek. Kita nggak usah ikut-ikutan. Duh, rasanya aneh ya, dengan “Dek” nya ini. Kalau dipikir-pikir, belum rela jika hanya namamu yang kupanggil, karena kamu masih kecil. Ah! Ini semua rekayasa alam, rekayasa udara, rekayasa Mei tahun lalu. Lalu, kamu akan menyalahkan siapa? Aku? Kamu? Atau mereka?—yang tentunya telah mempertemukan kita, meskipun tanpa unsur sengaja. Apa kubilang? Jauh sebelum ini, jujur, kekhawatiranku semakin menjadi, Dek. Dulu, aku pernah bilang kan? Kamu suka main, begitu pun aku. Sayangnya, alur ‘main’ kita berbeda. Kamu masih betah lompat-lompat di tengah udara, s

THANKS :)

Bismillah, Pagi ini cerah ya, Alhamdulillah. Mendadak, tiba-tiba ingin sangat-sangat melankolis hari ini. Entah mengapa? Kepikiran aja di benak, dalam situasi yang seperti sekarang ini. Di dalam sepi. Fuh! Anyway, sesuai dengan judul di atas, hari ini gw bakal menulis terima kasih gw untuk beberapa ‘komplotan’ yang selalu bisa membuat gw lebih ‘hidup’. Mungkin memang nggak bisa semuanya, satu persatu gw tulis di sini, tapi setidaknya kertas-kertas yang nyumpel di otak bisa kebuang di tempat yang semestinya. Pertama, Gusti Allah . Syukur, nikmat, berkah, semua selalu menyelimuti saya di setiap sisi hidup, setiap detik hingga suatu hari nanti napas ini berhenti berdetak. Semoga selalu ‘ada saja’ yang mendampingi saya di kondisi apa pun. Aamiin. Maturnuwun Gusti. Kedua, keluarga. Ayah, Ibu, Azky . The great side of my life lah ini. Tiada tara, juga bandingnya. Terima kasih kesabarannya yang sangat luar biasa menghadapi a struggle woman ini. Seperlima abad sudah berada

Proyek Film Maker

Bismillah, Malam ini, gw bakal curhat! * girang * yihaaa! Gw bakal beberin, selama Januari gw ngapain aja, di mana, dan bagaimana. Tuh kan, gw cukup murah untuk berbagi. Gw nggak menginginkan pers tiba-tiba datang, lalu minta konferensi mendadak tentang gw, kan nggak enak. Jadi, mending gw yang inisiatif membeberkan diri. Hahaha. Cus eiym! Begini awalnya, SINTESA ceritanya ingin mencoba sesuatu yang baru, lebih tepatnya mantan Ketua SINTESA tahun lalu menggelontorkan seonggok ide * berat ye ciin *, doi pengin mempersembahkan sesuatu untuk anak-anak SMA, tapi apa? Akhirnya, setelah melewati proses mengingat-menimbang-memutuskan (jadian aja belom, trus kenapa udah putus aja?!), bahwa akan dilaksanakan sebuah proyek membuat film. Konsepnya dokumenter sederhana, sesederhana aku mencintaimu saat pandangan pertama, huahahhaa, maklum, ini malam Minggu, bunga kambojanya abis yang biasanya buat temen apel. Eeeh, kan, ke mana-mana deh ini. Lanjut! Jadi, proyek ini bisa kami sebut p

Kamu: Yang Hampir Memutuskan Mei

Hai, Mini :) Maaf— lagi-lagi aku selingkuh. Berlama-lama dengan kedua alat komunikasi handal itu, juga media sosial yang beberapa minggu baru kukenal. Ah, aku yakin kamu lebih tau, aku betah berlama-lama seperti ini karena apa, atau lebih tepatnya gara-gara (si)apa. Problema yang harus dikerucutkan adalah bahwa (si)apanya ini kebetulan nggak cuma satu. Hah! Hampir dua minggu sudah, sepi dari peradaban si a man who can we called —waktu itu namanya manggala apa cadatha ya?! Err, lupa. Yang pasti bukan mawar, bejo, atau tono. Dia—yang lebih dulu mengisi sela-sela rutinitasku dengan sejuta cara—yang selalu ‘maksa’ agar aku bisa meremin mata beberapa detik, lalu nipisin bibir, tanda bingung—nggak tau harus ngapain. Hahaha. Kesimpulan yang antiklimaks, sodara-sodara! Lagian, ngecek laman Kamu, Min, tiap hari, tapi nggak berani ninggalin jejak buat kita. Nggak berani apa belum berani ya, Min? yeah, mari mencoba positif lah. Ibaratnya, aku itu deterjen warna. Cuma karena aku