Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013
Matahari boleh saja tenggelam, tapi rindu kita jangan —Idha Umamah Bulan lalu, tak ada pertemuan. Kata-kata sederhana pun tak muncul di percakapan. Kurang tau apa sebab. Tak lain dan tak bukan, sekadar karena terkesiap jarak. Sengaja tanpa perayaan. Kau bilang, “di lain waktu saja menyingkap jedanya” … Seketika itu pula aku mendadak mati. Bukan mati suri, aku benar-benar mati. __________________________________________ Kemudian, tiba-tiba sadar; bangun. Menciptakan lajur baru yang beberapa hari lalu kuabaikan. Tak berapa lama, datang pula kejutan-kejutan. Itu pasti dari rindu! Ya, Rindu.
“ motivasi kadang datang tanpa diundang ” Contohnya: Setelah—secara nggak sengaja—ketemu temen baru, yang adalah temennya temen gw. Hidup supersehat. Nggak nanggung-nanggung sehatnya—iya, nggak kayak gw, yang nanggung. Seru, seneng rasanya punya temen yang bisa diajak berbagi mengenai kesehatan. Dalam kamus hidup gw, nggak tebersit untuk mengamini “mumpung masih muda, nikmati aja makanan yang ada—apapun”. No! gw pernah bilang kan, kalau apa yang ada di diri kita sekarang adalah investasi masa depan. Abstrak memang. Nggak semua orang bisa mengamini pernyataan itu, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang gw salut dari dia adalah kekonsistenan dan stabilitas atas rutinitas yang dia lakukan. Lagi-lagi konsisten. Jadi inget MB—yasudahlah, haha. Gw—yang beberapa hari ini telah melakukan ‘dosa’ karena menjadi seorang ‘omnivora’—akhirnya sadar bahwa gw harus cepat-cepat kembali ke rutinitas awal gw agar tetap sehat. Terdengar nggak penting dan k

Tentang Kartu Pos Yang Belum Kau Terima

November 2012 lalu, sebelum berangkat ke Thailand untuk ikut kompetisi marching band di Ubon Ratchathani, gw iseng-iseng kirim kartu pos. Ceritanya, waktu itu, KOMPAS punya acara Kompasianival di Gandaria City. Cukup beragam, ada stand up comedy show—yang adalah GePamungkas. Lalu, ada juga bazaar. Nah, di salah satu booth bazaar di sana, ada booth CardToPost. Wah, apakah ini? Sila tengok lebih jauh tentang CardToPost di sini . Gw dan beberapa teman, tertarik untuk tanya-tanya lebih lanjut, hingga akhirnya ditawari bikin kartu pos sendiri. Ya, komunitas CardToPost yang menyediakan kartu posnya, kemudian kami yang menghiasnya dengan gambar dan kata. Nanti, mereka yang ngirim ke alamat tujuan secara kolektif. Intinya, yang datang hanya perlu ngehias-hias kartu pos, nulis ucapan, bayar biaya perangko, selesai. Akhirnya, gw memutuskan untuk ngirim satu kartu pos itu ke sahabat gw yang ada di luar Jakarta. Kebetulan, beberapa malam sebelumnya, dia sempat cerita tentang tingka

TOEFL

Nggak terasa, udah Mei aja  *telat Dhaaa, telaaat!* Biar lambat asal selamat, itu sih kata peribahasa. Gw mau cerita sedikit tentang peristiwa—yang tanggal 4 Mei lalu, gw alami. Di LBI FIB UI tepatnya. Sabtu lalu gw abis TOEFL. (*hah, udah? Gitu doang?) Bukan TOEFL-nya yang membuat gw menulis ini, melainkan suasana saat TOEFL. Iya, gw akui, udah lama banget nggak ‘masuk kelas’. Beda banget rasanya. Di dalam kelas, gw nggak bawa buku-buku yang berbau bahasa Inggris, gw nggak mau belajar pas hari H. Justru, buku bacaan yang gw bawa adalah Pemberontakan Untung 1684 . Kembali ke suasana. Iya, suasana kelas. Kok tiba-tiba gw sangat amat rindu sekali banget ya, entah rindu kenapa. Nggak setiap rasa butuh alasan kan? Rindu ya, rindu aja, nggak pakai alasan apa-apa. Manusiawi. Pas sekolah, pengin kuliah. Pas kuliah, pengin segera lulus. Pas lulus, pengin balik kuliah. Begitulah, siklus yang payah—yang mau nggak mau harus kita alami dan rasakan. Gw jadi mikir, gimana nanti