Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Selintas Percakapan

DH 1         : "RC meninggal hari ini.." DH 2         : "Iya tau kok.." DH 1         : "Ya gw juga tau sih kalo lo tau" DH 2         : "Gw juga tau klo lo tau gw tau" ……………………………………………………………

Excited

Berawal dari ketemu pas pelepasan GPMB XXVIII di Gor POPKI, gw dan salah satu orang—sebut saja N—sempat cerita banyak soal kehidupan luar kampus. Termasuk di salah satu unit membanggakan itu. Entah apa yang membuat N mengawali curhatannya ke gw. Begitu menggebu dia bercerita. Katanya, dia sangat mencintai kegiatannya. Namun, yang namanya cinta, tetep aja menyakitkan. Penolakan demi penolakan sering N alami selama dia di sana. N terus bercerita tak ada habisnya. Bahkan, nggak ada waktu yang tersedia untuk gw bicara. Jadilah gw hanya angguk-angguk kepala, setia memerhatikan ucapannya. Sampai pada akhirnya N menyetop sendiri obrolannya, dia mempersilakan gw angkat bicara. Hah? Padahal udah lama tutup buku kalo soal itu. Karena si N agak-agak mengintimidasi gw secara nggak langsung, luluhlah gw memulai cerita seperti dia pertama tadi membuka luka * oops * Intinya kurang lebih sama. Hahaha. Abisnya males juga klarifikasi macem-macem di sini. Toh udah pada tahu semua lah. A

Monday Anniversary

 “ kita nggak akan pernah siap seratus persen untuk mulai melakukan sesuatu.. ” Pernah nggak, ragu-ragu mengambil suatu pekerjaan, padahal justru itu yang diinginkan selama ini? Saya mengalaminya beberapa kali, tak usahlah dihitung tepatnya, tidak penting. Dilema atas satu opsi yang ditawarkan, baik secara cuma-cuma ataupun dengan usaha sekuat-kuatnya. Siapa sih yang bikin kita dilema? Kita sendiri. Dua minggu lalu, saya maju mundur gantiin posisi copywriter full time . Ragu karena memang belum siap full time , juga ragu karena tiap pulang kerja masih ada latihan teater sampai malam (sekitar pukul 10 atau 11). Satu lagi, kira-kira saya bakal kuat nggak nih ngerjain editan novel sepulang latihan teater, dan tetep bisa bangun pukul 3.30 pagi? Bukan soal capek, melainkan mental. Capek itu pasti. Kalau nggak mau capek, nggak usah hidup. Sederhana kok. Well , nggak terasa sepekan sudah saya bolak-balik kantor-kosan. Alhamdulillah banget banyak kemudahan. Cuma butuh setengah jam

Migrain

Bagi penderita sakit kepala, nyeri mendadak saat kita sedang berkegiatan adalah hal yang paling mengganggu. Apa yang dilakukan jadi kurang maksimal. Bukan menyalahkan datangnya si nyeri, dan menjadikan alasan utama untuk menghindar dari pekerjaan, melainkan ‘ harus banget ya, nyerinya pas gw lagi butuh energy full yang mikirnya mesti pake otak? ’ pekerjaan apa pun dipikir pake otak sih, tapi porsinya aja yang beda-beda. Sakit kepala mendadak sudah lama saya alami. Mungkin migrain. Nah, migrain ini selalu datang setelah tubuh dan otak saya diberdayakan sepenuhnya dari pagi hingga larut malam. Padahal, saya bukan omnivora alias pemakan segala makanan, apa pun jenisnya. Asupan makanan saya nggak neko-neko. MSG dari snack-snack angin rasa surga dunia pun bisa dihitung jari, setahun hanya berapa kali. Selalu minum air putih cukup dan jarang sekali minum air berwarna, seperti kopi, teh, bahkan soda pun nggak sama sekali, juga minuman kemasan berpengawet. Paling banter, saya cuma mengo

Welcome February!

Lega rasanya, tubuh sudah mulai menyesuaikan dengan kebiasaan yang nantinya akan saya jalani (lagi). Yap, full-time worker . Pagi tadi berhasil bangun pukul 03.40 sebelum alarm berbunyi, padahal hari ini hari Sabtu. Bahkan, semalam pun saya tidur sekitar pukul 12 malam. Saraf motoriknya deg-degan kali! Haha. Setelah wisuda tahun 2012 lalu, saya baru sempat jadi full-time worker sekitar empat bulan di salah satu lembaga nasional di bawah Kementerian Pariwisata. Tepat setahun, sejak Februari 2013 saya menahbiskan diri sebagai freelancer , Februari tahun ini saya kembali mendeklarasikan diri sebagai full-time worker . Semoga betah. Sebagai freelancer , tidak dimungkiri menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Bisa ngatur waktu kerja dan bisa memilih mau kerja di mana pun, tanpa harus riweuh dengan segala tuntutan office hour . Ya, kerja di mana pun di sini adalah bahwa saya mempunyai lebih dari satu macam pekerjaan. Ngedit, ngurus acara, sesekali liputan, dan ngajar bahasa Ind

Manusia Bersinggung Bumi

Kami tak pernah meminta untuk dilahirkan. Tiba-tiba saja sudah seperlima abad lebih di muka bumi. Jangankan khusyuk mengabdi, kami sadar bahwa eksistensi untuk tetap hidup dan tumbuh pun baru-baru ini, tidak dari dulu. Jadi, tak usah menuntut macam-macam. Cuma langit yang tahu segalanya tentang kita. Dia yang menaungi rahim perempuan bersama makhluk kecil tak bernama. Dia pula yang mendengar gelegar tangis tak berdaya saat kita kali pertama ada. Jadi, tak pantas kau merasa besar.  Sayang, kematian selalu menunda kedatangannya. Mungkin, masih ada urusan yang belum diselesaikan. O, atau jangan-jangan kesal. Karenanya, ia selalu memberi kejutan pada orang-orang yang tiba waktunya untuk pulang.