Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Lalu?

Saat kata bukan lagi bagian dari kita, juga perpanjangan kilometer memaksa untuk mempersempit ruang sapa, entah celah mana lagi yang harus kita coba? Siapa sangka akan (menuju) akhir seperti ini?

Suatu Ketika di Pemberhentian Pertama

Pada terik siang setahun lalu, kau benar-benar nyata terduduk di depanku. Penuh percaya diri menyebutkan nama, juga identitas lain yang menurutmu orang lain perlu tahu. Namun, jika pada akhirnya aku amnesia, sama sekali bukan karena sengaja. Bukan salah mata, bila saat itu belum sadar ada kau di sana. Bukan salah telinga, bila tak ingat seperti apa kau bersuara. Bukan pula salah hati, jika pertemuan kala itu belum menautkan naluri diri. Lalu , salah siapa? … … … Tuhan tak pernah keliru mempertemukan kita lewat waktu-waktu tertentu. Secara kasat mata, ada kemudahan bertemu. Namun, frekuensi kita mungkin berbeda. Belum waktunya. Hal-hal yang dekat, justru tercekat. Sebaliknya, yang jauhlah, yang kadang ditunggu-tunggu. Benar begitu? Kemudian, bahwa Tuhan punya agenda khusus, siapa yang tahu? barulah setelah itu kita sadar: di situlah saat yang tepat, sama-sama sadar bahwa dulu kau pernah benar-benar hadir dihadapanku. Ya, itu dulu. Kalaupun sekarang belum terulang, cuma

.....

Aku memilih berbaring di kasur daripada lama-lama menguak kenangan yang lantas hancur. Tidak sesakit sakaratul maut, karena cuma paku dan baut yang lebih tau seperti apa rasanya tercerabut.  Tak pelak, lagilagi tembok kamar yang selalu kujadikan pacar. Tempat beradu airmata yang menderas, memeras rupa yang sebenarnya fana. Bedanya, yang ini jauh lebih setia ketimbang makhluk yang menamai dirinya manusia. Bernyawa, tapi tak punya kuasa.

Terperangkap Rindu

Sadarkah kau bahwa ada kata bernama rindu? Jangan hitung lagi jaraknya, biarkan kau dan aku sama-sama menampung gejolak yang kian hari kian besar gelombangnya. Tak ada yang mampu mengawali dialog dalam sandiwara kita. Selama ini hanya berpura-pura janggal dan kaku. Entah, sampai kapan? Bahkan, tinggal jawab saja, gagap. Aku memang mencintai sastra, begitu mudahnya ia menyelinap, menyergap, lalu menjadi uap dalam udara yang pengap. Tidak demikian padamu. Tidak sesederhana itu. 

Pemecatan Beberapa Dekan UI

Malam kemarin, buka liniwaktu twitter, dan nggak sengaja baca percakapan Qitul dengan Edy tentang pemecatan Dekan FIB, Bambang Wibawarta.  Saya cukup kaget karena pernyataan tersebut pastilah menjadi pertanyaan, khususnya bagi saya pribadi. Usut punya usut, Qitul pun mengamini bahwa berita itu benar adanya. Nah, daripada penasaran, saya pun mengecek liniwaktu beberapa teman, dan akhirnya menemukan akun Ketua BEM FIB: @Mayaaini . Setelah itu, dia menyarankan agar saya mencari tahu lewat liniwaktu @mwauium , agar tidak simpang siur, berikut twit infonya. 1. pada tanggal 27 Juli 2012, sesuai kesepakatan di paripurna, MWA mengirim surat kpd mendikbud utk meminta Rektor melakukan pemilihan Dekan 2. Pemilihan Dekan tersebut hanya untuk Dekan yang sudah habis masa jabatannya.  # RektorUIkita 3. Fyi, hampir semua Dekan di UI sudah habis masa jabatan. kecuali Dekan Fpsikologi dan Dekan Fasilkom.  # RektorUIkita 4. Dekan-dekan yang s

Sebuah Posisi

Selamat malam, semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan. Setelah kemarin-kemarin berselamat ria karena telah menyandang status alumni UI, rasa-rasanya kok ya, ada yang kurang. Merasa belum pantas lulus, apalagi dengan sengaja membubuhkan titel S. Hum di belakang nama lengkap. Ah, sudahlah, namanya juga permainan hidup. Selalu merasa ‘kurang’ dan ‘belum’ terhadap sesuatu. Bersyukur tentunya, sebab mensyukuri apapun merupakan salah satu kewajiban makhluk Tuhan. Namun, di luar itu semua, pastinya selalu ada keinginan dan target pribadi, baik secara idealis, maupun realistis. Mulai dari membangun diri, membangun mimpi, hingga membangun negeri. Wuih, terdengar berat dan ngeri. Namanya juga ‘membangun’, tidak lantas langsung cepat berdiri. Mungkin setengah sadar terlebih dahulu, lalu setengah bangun, kemudian duduk-duduk, lambat laun berproses sampai akhirnya benar-benar berdiri. Tidur, duduk, jongkok, dan berdiri adalah sebuah pilihan yang pasti. Oleh karena itu, mari kit