Bagaimana aku
lega bernapas, jika tak ada satu pun sore yang memberikan ruangnya?
Bahkan, aku
tetap setia menunggu malam, meski ia belum tentu datang.
Bagaimana bisa,
aku setega itu pada dingin, jika memang panas lebih ingin memilikinya?
Sedangkan aku,
aku hanya bongkahan es yang keburu cair sebelum kau tuang.
Lalu,
bagaimana jadinya, jika aku terlalu pagi menyalami kabut, sementara ia masih ragu
membalasnya?
Padahal, aku
dan dia selalu punya waktu beberapa menit sebelum subuh tiba. Menurutku, itu
cukup bagi kami saling meredam sunyi.
kehabisan Januari tahun ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar