Langsung ke konten utama

Kartu Pos

Gila aja lo, 2013 masih aja kirim-kiriman kartu pos!
Adakah yang pernah dihujat begitu? Santai, kamu tidak sendirian, saya juga salah satu korban. Anyway, bagi saya sih, kartu pos adalah salah satu media konvensional yang cukup setia hingga kini. Mungkin sebagian besar manusia meninggalkannya, tapi tidak demikian halnya pada kartu pos. Dia masih hidup, khusus menemani segelintir manusia-manusia yang nggak mau move-on dari klasiknya zaman. Bukannya kami tidak melek teknologi, kami hanya mencoba mempertahankan budaya yang telah ada. Setidaknya, sampai anak-cucu kami bisa ikut mengenal kartu pos. Selembar kertas penuh kata yang bisa mewakili ide—yang tentunya ingin kita sampaikan melalui ‘cara lain’.

Nah, dulu saya sempet nulis juga kok tentang kartu pos. Ceritanya mau sok-sok-an kirim kartu pos penyemangat gitu deh ke salah satu laki-laki spesial. Huahahaha. Cuma ya itu, nggak nyampe ternyata. Nyasar kali kartu posnya. Yaaaa, belum jodoh. Itulah risikonya.

Beberapa minggu lalu, saya cukup beruntung karena dikirimi kartu pos dari seseorang di twitter. Saya nggak kenal dia intinya. Lah, trus tahu dari mana? Saya tahu dari twitter @uswahabibah, di linikalanya ada RT-an dari akun @EHESTI. Usut punya usut, setelah saya telusuri linikala doi, saya tertarik. Tertarik gimana maksudnya? Hmm, begini, si @EHESTI ini lagi di luar negeri—saya juga nggak tahu sih doi lagi ada di negara mana tepatnya—sempet beberapa kali menawarkan kepada followers, ada yang mau dikirimi kartu pos nggak. Kebetulan, @EHESTI masih punya kartu pos dari beberapa negara, seperti Polandia, Austria, Czech, Hungaria, dan sebagainya—ada juga tawaran kartu pos dari Indonesia waktu itu. Saya iseng tanya, masih boleh dikirimi atau nggak, ternyata boleh. Aaaah, senang! Trus iseng tanya lagi—kali ini agak ngelunjak—boleh 3 kartu pos nggak, ternyata boleh lagi. Huahahaha. Makasih, Kak @EHESTI.

Oh iya, si @EHESTI ternyata alumni Sastra Jepang UI ’03. Identitas ini diketahui setelah @uswahabibah nimbrung dalam percakapan twitter saya dan @EHESTI. Uswah nggak terima karena saya manggil @EHESTI dengan embel-embel ‘Kak’. Perlu dicatat bahwa Uswah lebih tua dari @EHESTI, doi anak 2001, men. Sedangkan, saya aja kalau manggil Uswah nggak pakai ‘Kak’, ini juniornya dia malah saya panggil ‘Kak’. Nyahahaha. Masalahnya, kalau jadi ‘Kak Uswah’ tuh terkesan manis anaknya, nggak rela saya!

Berikut kartu pos yang dikirim dan beberapa nukilan yang ditulis oleh @EHESTI:
penampakan 3 kartu pos
(tampak depan) Birkenau - Polandia
(tampak belakang)
(tampak depan) Vienna
(tampak belakang)
(tampak depan) Budapest - Hungaria
(tampak belakang)

Komentar

Unknown mengatakan…
Kartu pos dengan gambar yang cantik dan indah.

salam kenal and May God bless us

setiawan - www.js-kintamoney.blogspot.com

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M