Langsung ke konten utama

Welcome February!

Lega rasanya, tubuh sudah mulai menyesuaikan dengan kebiasaan yang nantinya akan saya jalani (lagi). Yap, full-time worker. Pagi tadi berhasil bangun pukul 03.40 sebelum alarm berbunyi, padahal hari ini hari Sabtu. Bahkan, semalam pun saya tidur sekitar pukul 12 malam. Saraf motoriknya deg-degan kali! Haha.

Setelah wisuda tahun 2012 lalu, saya baru sempat jadi full-time worker sekitar empat bulan di salah satu lembaga nasional di bawah Kementerian Pariwisata. Tepat setahun, sejak Februari 2013 saya menahbiskan diri sebagai freelancer, Februari tahun ini saya kembali mendeklarasikan diri sebagai full-time worker. Semoga betah.

Sebagai freelancer, tidak dimungkiri menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Bisa ngatur waktu kerja dan bisa memilih mau kerja di mana pun, tanpa harus riweuh dengan segala tuntutan office hour. Ya, kerja di mana pun di sini adalah bahwa saya mempunyai lebih dari satu macam pekerjaan. Ngedit, ngurus acara, sesekali liputan, dan ngajar bahasa Indonesia untuk orang asing. Keempat jenis ini memang tidak setiap bulan (pasti) ada, tapi rezeki datang dari tempat tak terduga tuh beneran ada. Tiba-tiba dihubungi orang Dewan Kesenian Jakarta lah buat ngurus acara besoknya, si ini minta gantiin ngajar muridnya karena berhalangan, atau dihubungi media untuk ngeliput konser jazz. Hihihi, seru ya!

Selain itu, nikmatnya menjadi freelancer adalah bisa ‘jajan’ di mana-mana. Jadi official di Thailand International Marching Band Championship, bantu-bantu di GPMB 2013, ke luar kota pas weekdays dalam rangka iseng karena ada promo tiket murah, atau ikut latihan teater untuk pementasan. Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukadzdzibaan :’)

Kenapa sih, saya memilih menjadi freelancer? Full-time worker kan duitnya bisa lebih banyak padahal. Memang ada benernya. Tapi, dulu saya tidak ingin menua di jalan. Sekali jalan menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam, belum siap-siapnya, shit happened nya, berdesakan di dalam kendaraan umum, mood yang naik turun akibat hambatan-hambatan tadi, dan faktor ketidakberuntungan lainnya di jalan. Gangguan kereta, jalan menuju kantor banjir, bahkan ada yang kantornya banjir sehingga terpaksa diliburkan, dan sebagainya. Saya hanya bisa melihat bulan di kamar tidur, tapi tidak untuk matahari. Karena saya harus sampai di kantor pukul 8 pagi. I Love Jakarta!

Nah, bulan Januari lalu saya pulang ke rumah sekitar dua pekan. Banyak sekali tetek bengek yang terlintas dalam otak. Tentang karir, dan masa depan. Berat tjuy! Yaaa, jodoh sih tak perlu ditanya. Setiap waktu saya selalu berdoa agar dipertemukan dengan lelaki terbaik menurutNya di saat yang tepat. Jadi, alhamdulillah bukan masalah. Iya, justru karirlah yang menguras energi paling besar. Orangtua saya terus mendoktrin agar saya merintis karir di rumah saja, dan meninggalkan Jakarta secepatnya. Hmm, sulit!

Motivasi terbesar saya untuk menjalani full-time worker lagi, tak lain dan tak bukan adalah travelling. Hahaha. Saya ingin lebih banyak melihat, mendengar dan merasakan apa-apa yang tidak ada di sekitar saya. Maka dari itu, tekad saya sudah bulat pemirsa! Anyway, ini pun status saya masih tetap freelance editor dan latihan teater untuk pementasan. Cuma nambah sebagai copywriter full time, berkantor di Jalan Raya Bogor. Karena faktor ‘kantor lebih dekat’ inilah yang sebenarnya mematahkan ambisi untuk tidak terus-terusan hanya menjadi freelancer. Doakan, semoga hari pertama dan seterusnya lancar, aamiin. Senin 3 Februari nanti, saya akan berkencan dengan pacar baru. Excited.

Welcome My February!

Komentar

Wiiih, agency apa Dha?
IdhaUmamah mengatakan…
Di ANT, Del
ngurus konten produk, garment dan merchandise, sama event juga :D

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk