1.2.14

Welcome February!

Lega rasanya, tubuh sudah mulai menyesuaikan dengan kebiasaan yang nantinya akan saya jalani (lagi). Yap, full-time worker. Pagi tadi berhasil bangun pukul 03.40 sebelum alarm berbunyi, padahal hari ini hari Sabtu. Bahkan, semalam pun saya tidur sekitar pukul 12 malam. Saraf motoriknya deg-degan kali! Haha.

Setelah wisuda tahun 2012 lalu, saya baru sempat jadi full-time worker sekitar empat bulan di salah satu lembaga nasional di bawah Kementerian Pariwisata. Tepat setahun, sejak Februari 2013 saya menahbiskan diri sebagai freelancer, Februari tahun ini saya kembali mendeklarasikan diri sebagai full-time worker. Semoga betah.

Sebagai freelancer, tidak dimungkiri menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Bisa ngatur waktu kerja dan bisa memilih mau kerja di mana pun, tanpa harus riweuh dengan segala tuntutan office hour. Ya, kerja di mana pun di sini adalah bahwa saya mempunyai lebih dari satu macam pekerjaan. Ngedit, ngurus acara, sesekali liputan, dan ngajar bahasa Indonesia untuk orang asing. Keempat jenis ini memang tidak setiap bulan (pasti) ada, tapi rezeki datang dari tempat tak terduga tuh beneran ada. Tiba-tiba dihubungi orang Dewan Kesenian Jakarta lah buat ngurus acara besoknya, si ini minta gantiin ngajar muridnya karena berhalangan, atau dihubungi media untuk ngeliput konser jazz. Hihihi, seru ya!

Selain itu, nikmatnya menjadi freelancer adalah bisa ‘jajan’ di mana-mana. Jadi official di Thailand International Marching Band Championship, bantu-bantu di GPMB 2013, ke luar kota pas weekdays dalam rangka iseng karena ada promo tiket murah, atau ikut latihan teater untuk pementasan. Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukadzdzibaan :’)

Kenapa sih, saya memilih menjadi freelancer? Full-time worker kan duitnya bisa lebih banyak padahal. Memang ada benernya. Tapi, dulu saya tidak ingin menua di jalan. Sekali jalan menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam, belum siap-siapnya, shit happened nya, berdesakan di dalam kendaraan umum, mood yang naik turun akibat hambatan-hambatan tadi, dan faktor ketidakberuntungan lainnya di jalan. Gangguan kereta, jalan menuju kantor banjir, bahkan ada yang kantornya banjir sehingga terpaksa diliburkan, dan sebagainya. Saya hanya bisa melihat bulan di kamar tidur, tapi tidak untuk matahari. Karena saya harus sampai di kantor pukul 8 pagi. I Love Jakarta!

Nah, bulan Januari lalu saya pulang ke rumah sekitar dua pekan. Banyak sekali tetek bengek yang terlintas dalam otak. Tentang karir, dan masa depan. Berat tjuy! Yaaa, jodoh sih tak perlu ditanya. Setiap waktu saya selalu berdoa agar dipertemukan dengan lelaki terbaik menurutNya di saat yang tepat. Jadi, alhamdulillah bukan masalah. Iya, justru karirlah yang menguras energi paling besar. Orangtua saya terus mendoktrin agar saya merintis karir di rumah saja, dan meninggalkan Jakarta secepatnya. Hmm, sulit!

Motivasi terbesar saya untuk menjalani full-time worker lagi, tak lain dan tak bukan adalah travelling. Hahaha. Saya ingin lebih banyak melihat, mendengar dan merasakan apa-apa yang tidak ada di sekitar saya. Maka dari itu, tekad saya sudah bulat pemirsa! Anyway, ini pun status saya masih tetap freelance editor dan latihan teater untuk pementasan. Cuma nambah sebagai copywriter full time, berkantor di Jalan Raya Bogor. Karena faktor ‘kantor lebih dekat’ inilah yang sebenarnya mematahkan ambisi untuk tidak terus-terusan hanya menjadi freelancer. Doakan, semoga hari pertama dan seterusnya lancar, aamiin. Senin 3 Februari nanti, saya akan berkencan dengan pacar baru. Excited.

Welcome My February!

2 komentar:

fidella anandhita savitri mengatakan...

Wiiih, agency apa Dha?

IdhaUmamah mengatakan...

Di ANT, Del
ngurus konten produk, garment dan merchandise, sama event juga :D

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...