Langsung ke konten utama

Migrain

Bagi penderita sakit kepala, nyeri mendadak saat kita sedang berkegiatan adalah hal yang paling mengganggu. Apa yang dilakukan jadi kurang maksimal. Bukan menyalahkan datangnya si nyeri, dan menjadikan alasan utama untuk menghindar dari pekerjaan, melainkan ‘harus banget ya, nyerinya pas gw lagi butuh energy full yang mikirnya mesti pake otak?’ pekerjaan apa pun dipikir pake otak sih, tapi porsinya aja yang beda-beda.

Sakit kepala mendadak sudah lama saya alami. Mungkin migrain. Nah, migrain ini selalu datang setelah tubuh dan otak saya diberdayakan sepenuhnya dari pagi hingga larut malam. Padahal, saya bukan omnivora alias pemakan segala makanan, apa pun jenisnya. Asupan makanan saya nggak neko-neko. MSG dari snack-snack angin rasa surga dunia pun bisa dihitung jari, setahun hanya berapa kali. Selalu minum air putih cukup dan jarang sekali minum air berwarna, seperti kopi, teh, bahkan soda pun nggak sama sekali, juga minuman kemasan berpengawet. Paling banter, saya cuma mengonsumsi sari kacang hijau, yoghurt, mogu-mogu kelapa atau tipco.

Saat nyeri menyerang, saya sangat menghindari yang namanya minum obat pereda. Kecuali dengan sangat terpaksa karena harus tetep ON pada deadline kerjaan. Banyak yang menyarankan bahwa sebaiknya diperiksa ke dokter. Duh, please! Memang, dengan begitu kemungkinan tahu penyakitnya akan lebih mudah, tapi di sisi lain ada rasa takut, parno. Ujung-ujungnya dikasih kapsul paling. Lagi-lagi obat. Mending minum jamu deh, sepahit apa pun. Tapi jamunya dicampur madu, hahaha.

Dugaan sementara dari saya pribadi sih sederhana. Karena mata saya lelah berakomodasi penuh dan uratnya terlalu tegang. Ini bisa ngaruh ke saraf otak belakang, makanya bikin sakit kepala atau migrain. Obatnya ya, tidur. Kalo kebetulan punya waktu untuk tidur. Kalo nggak? Nah, kan. Repot juga. Selama ini solusinya: makan coklat, diolesi minyak angin, dan melakukan posisi rukuk atau sujud (bisa jadi karena aliran darah ke otak berkurang). Kadang ampuh juga.

Akhirnya, saya beli dumbbell. Hahaha. Nggak ada korelasinya ya? Ada kok. Dumbbell-nya berguna banget biar tiap saat bisa olahraga, meskipun di dalam kamar. Sesuai kebutuhan, juga keniatan. Setidaknya, memaksa tubuh untuk rutin bergerak dan berkeringat. Semoga ini hanya sakit kepala biasa. Semoga sakit kepala selama ini memang karena mata minus saya terlalu lelah. Dan, semoga nggak datang di saat-saat otak butuh diperes. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk