5.2.14

Migrain

Bagi penderita sakit kepala, nyeri mendadak saat kita sedang berkegiatan adalah hal yang paling mengganggu. Apa yang dilakukan jadi kurang maksimal. Bukan menyalahkan datangnya si nyeri, dan menjadikan alasan utama untuk menghindar dari pekerjaan, melainkan ‘harus banget ya, nyerinya pas gw lagi butuh energy full yang mikirnya mesti pake otak?’ pekerjaan apa pun dipikir pake otak sih, tapi porsinya aja yang beda-beda.

Sakit kepala mendadak sudah lama saya alami. Mungkin migrain. Nah, migrain ini selalu datang setelah tubuh dan otak saya diberdayakan sepenuhnya dari pagi hingga larut malam. Padahal, saya bukan omnivora alias pemakan segala makanan, apa pun jenisnya. Asupan makanan saya nggak neko-neko. MSG dari snack-snack angin rasa surga dunia pun bisa dihitung jari, setahun hanya berapa kali. Selalu minum air putih cukup dan jarang sekali minum air berwarna, seperti kopi, teh, bahkan soda pun nggak sama sekali, juga minuman kemasan berpengawet. Paling banter, saya cuma mengonsumsi sari kacang hijau, yoghurt, mogu-mogu kelapa atau tipco.

Saat nyeri menyerang, saya sangat menghindari yang namanya minum obat pereda. Kecuali dengan sangat terpaksa karena harus tetep ON pada deadline kerjaan. Banyak yang menyarankan bahwa sebaiknya diperiksa ke dokter. Duh, please! Memang, dengan begitu kemungkinan tahu penyakitnya akan lebih mudah, tapi di sisi lain ada rasa takut, parno. Ujung-ujungnya dikasih kapsul paling. Lagi-lagi obat. Mending minum jamu deh, sepahit apa pun. Tapi jamunya dicampur madu, hahaha.

Dugaan sementara dari saya pribadi sih sederhana. Karena mata saya lelah berakomodasi penuh dan uratnya terlalu tegang. Ini bisa ngaruh ke saraf otak belakang, makanya bikin sakit kepala atau migrain. Obatnya ya, tidur. Kalo kebetulan punya waktu untuk tidur. Kalo nggak? Nah, kan. Repot juga. Selama ini solusinya: makan coklat, diolesi minyak angin, dan melakukan posisi rukuk atau sujud (bisa jadi karena aliran darah ke otak berkurang). Kadang ampuh juga.

Akhirnya, saya beli dumbbell. Hahaha. Nggak ada korelasinya ya? Ada kok. Dumbbell-nya berguna banget biar tiap saat bisa olahraga, meskipun di dalam kamar. Sesuai kebutuhan, juga keniatan. Setidaknya, memaksa tubuh untuk rutin bergerak dan berkeringat. Semoga ini hanya sakit kepala biasa. Semoga sakit kepala selama ini memang karena mata minus saya terlalu lelah. Dan, semoga nggak datang di saat-saat otak butuh diperes. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...