Langsung ke konten utama

Monday Anniversary

 “kita nggak akan pernah siap seratus persen untuk mulai melakukan sesuatu..

Pernah nggak, ragu-ragu mengambil suatu pekerjaan, padahal justru itu yang diinginkan selama ini? Saya mengalaminya beberapa kali, tak usahlah dihitung tepatnya, tidak penting. Dilema atas satu opsi yang ditawarkan, baik secara cuma-cuma ataupun dengan usaha sekuat-kuatnya. Siapa sih yang bikin kita dilema? Kita sendiri.

Dua minggu lalu, saya maju mundur gantiin posisi copywriter full time. Ragu karena memang belum siap full time, juga ragu karena tiap pulang kerja masih ada latihan teater sampai malam (sekitar pukul 10 atau 11). Satu lagi, kira-kira saya bakal kuat nggak nih ngerjain editan novel sepulang latihan teater, dan tetep bisa bangun pukul 3.30 pagi? Bukan soal capek, melainkan mental. Capek itu pasti. Kalau nggak mau capek, nggak usah hidup. Sederhana kok.

Well, nggak terasa sepekan sudah saya bolak-balik kantor-kosan. Alhamdulillah banget banyak kemudahan. Cuma butuh setengah jam sekali jalan pas office hour. Hitungannya sih saya nggak office hour (mainstream) juga. Biasanya sampai kantor pukul 10 atau setengah 11, bahkan hari ini pukul 11 baru duduk manis di kursi panas. Begitu pula jam pulang. Jarum jam baru menunjuk angka empat pun sudah bisa keluar kandang. Kalau mau bercinta hingga larut malam pun dipersilakan. Asalkan semua tenggat yang dijadwalkan selesai dikerjakan.

Bersyukur punya rekan kerja yang ‘seiman’. Hmm, maksudnya bisa diandalkan meskipun di meja kerja demen cekikikan. Nggak ada bos-bosan, atasan, bawahan, emang pakaian? Haha. Dan, rata-rata rekan kerja saya lelaki. Seneng deh karena nggak ribet, rempong ini-itu, fleksibel, dan selalu bisa diajak diskusi apa pun tanpa harus merasa tersinggung-an. Bicara soal rekan ‘seiman’, lumayan lengkap lah. Ada yang demen film India, jalan-jalan manasuka, bahkan pencinta musik jazz juga ada.

Semua itu nggak (selalu) membutuhkan seratus persen kesiapan. Iya, saya buktinya. Ah, makasih banyak udah dikasih beragam kemudahan. Semoga selalu tersedia kemudahan-kemudahan di pekan-pekan depan.

Akhirul kata, selamat sepekan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk