17.7.13

Demi Waisak

Ini bukan garapan baru saingan “Demi Ucok” agar menang di FFI. Sama sekali bukan. Mei lalu, akhirnya saya, Della, dan Vieza berangkat ke Jogja. Kami bertiga saja. Sebelumnya, sekitar Maret/April secara tidak disengaja melihat tweet Atha dan Diego—IKSI 09—tentang Perayaan Waisak di Jogja. Daripada mati penasaran, dikliklah link tsb, dan jadi keterusan deh pengin tahu lebih lanjut 5W1H Waisak itu. Hahaha. Berhubung saya punya stok temen yang murahan kalau diajak jalan, saya langsung menghubungi doi plus ngasih tahu linknya, siapa tahu berminat. Selang berapa lama, tanpa basa-basi, dia pun mengiyakan. Mureeee!

Setelah gugling sana-sini, ketemulah saya dengan jodoh. Hahaha, bukan. Maksudnya, saya nemu salah satu perkumpulan pejalan yang kebetulan mau ngurus ini itu untuk Trip Waisak di fesbuk. Ada rundown sederhana plus total cost. Wuih! Saya langsung invite Uswah, biar gampang. Pertama, karena saya nggak tahu apa-apa tentang Pelepasan Lampion dan Perayaan Waisak—meskipun udah berusaha tanya; gugling. Kedua, saya first-timer ke acara dan perayaannya, khawatir ribet dan sebagainya, jadi ya nggak ada salahnya gabung ke grup para pejalan itu. Ketiga, pengin tahu aja gimana rasanya ikut grup traveler. Toh barangkali bisa nambah temen dan jaringan.

Nah, ternyata temen saya yang murahan ini—sebut saja Uswah—ngajak beberapa orang lagi untuk gabung. Salah dua yang nyantol ya si Della dan Vieza ini. Segala reribetan pun disiapkan masing-masing, mulai dari sms si Mbaknya, transfer ini itu, sampai akhirnya Uswah memutuskan berangkat ke Banyuwangi. Yap. Ayahnya sakit, jadi Uswah pulang ke rumah. Pun bukan tepat bentrok di hari H, setidaknya Uswah akan merasa lebih tenang tetap di rumah atau di Jakarta sembari berdoa untuk kepulihan Ayahnya, alih-alih bertamasya menuruti ego semula.

Baiklah, bertiga juga tak masalah. Anyway, duo maut temen saya memang mau nggak mau harus bolos latihan marching band sih, huahahaha. Nggak apa, dosa sehari. Buat saya pribadi, jadi berangkat ke Jogja adalah salah satu kebahagiaan. Karena, Jogja-lah satu-satunya saksi bisu bahwa saya pernah memuja gebetan yang sekarang beristri; beranak; dan telah mengabdikan dirinya di salah satu rumah sakit. Dududu. Kali terakhir berkunjung ke sana kalau tak salah sekitar 2009/2010. Itu pun main-main nggak penting. Pengin tahu wujud Jogja yang sekarang, entah. Rindu ternyata cuma sesederhana itu rupanya.

Trip Waisak ini rencananya hanya 2D2N, tapi saya berniat lebih lama di Jogja karena ada keperluan: ke UGM dan jalan-jalan, plus nengok MB-MB latihan. Seperti apa perjalanan 2D2N kami? Insya Allah saya lanjutkan di tulisan berikutnya ya.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...