16.6.13

Kau Harus Dengar!

Sudah saya katakan sebelumnya, dunia semakin bising; semua orang ingin didengar; setiap orang (kadang) ingin dirinya dianggap penting pada koloni-koloni masing-masing. Entah, lebih baik kita sama berdoa supaya tanah, air, juga udara tak ikut-ikutan pening. Manusia mana yang tak murka?

Saban yang bernyawa punya rasa. Haus puji, dan puja. Terlena; lupa; lupa yang sangat lama, sedikit-sedikit hati jadi beku—bahkan tak terasa.

Terasing, benar-benar hanya perlu muncul atas nama diri sendiri—tanpa orang lain. Belum sudi, katanya.

Pelan-pelan sadar, bahwa Tuhan sengaja memberi dua telinga: agar manusia lebih banyak mendengar; berpikir dengan mendengar; bertindak dengan mendengar; melihat dengan mendengar; meraba dengan mendengar; memahami sesuatu dengan mendengar; peka sekitar dengan mendengar. Padahal, kau tak perlu susah-susah untuk mendengar. Sederhana. Tak butuh biaya tambahan untuk lebih mendengar.

Listen more, learn more.
Padahal, firman Tuhan sangat jelas tertulis di kitab-kitab. Dia hanya memberi satu mulut pada manusia. Satu saja racaunya tak berguna, apalagi dua; tiga?!

Manusia-manusia yang penuh keluhan penyesalan, kapan kau berhenti menyesal? Ketika sudah tak bernyawa lagi? Ketika nurani telah mati? Atau, setelah kau bangun dari khayalan-khayalan tak bertuan yang kau imani?

Pupus.
Dunia (benar-benar) akan mati perlahan.
Tanpa manusia yang mau menurunkan derajat keegoannya yang telanjur tumbuh subur.
Karena, hidup bukan sekadar kelakar panjang-lebar, melainkan tentang sadar—arti mendengar.

Kau boleh saja ada di pihak lawan—yang lebih suka mengeluarkan stok tumpukan kata.
Namun, kau juga harus tahu bahwa—pada hakikatnya—Tuhan tak pernah banyak bicara; Dia mendengar. Tak ada Maha Berbicara; Maha Berkata, yang ada hanya Maha Mendengar.

Memahami skenario dari Sutradara sebelum memilih peran, dan menjadi lakon sandiwara kehidupan: kewajiban—adalah ihwal—yang kau pun tak perlu tahu apa sebab sehingga diwajibkan—yang sepatutnya dijalankan.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...