20.6.13

Kau Pada Kertasku

Surat-suratmu yang dulu, kini menguap bersama angin.
Katanya, tak sehat kalau terlalu meretas masa lalu.

“ah, masa?”
“mengapa kau tak percaya saja?”

Sudahlah, ini bukan urusanmu lagi.
Tentunya, ingatan tentang goresan huruf-hurufmu pada kertas bergaris masih melekat.
Kau boleh saja tertawa hidup-hidup!

Tentang kekasih.
Tahbisan kata yang belum sempat kausampaikan.
Atau mungkin memang sepertinya sengaja dipendam.
Karena kita punya banyak alasan.
Untuk tak saling serang.

Untuknya.
Untuknya.
Jalan kecil pun punya jeda antardindingnya.
Ya, mungkin kau tak lebih tau dariku—lagi lagi tentang mungkin.
Karena aku tak terlalu percaya pada pasti.

Mei saja berani kau khianati,

Kasih.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...