11.5.13

motivasi kadang datang tanpa diundang

Contohnya:
Setelah—secara nggak sengaja—ketemu temen baru, yang adalah temennya temen gw. Hidup supersehat. Nggak nanggung-nanggung sehatnya—iya, nggak kayak gw, yang nanggung.

Seru, seneng rasanya punya temen yang bisa diajak berbagi mengenai kesehatan. Dalam kamus hidup gw, nggak tebersit untuk mengamini “mumpung masih muda, nikmati aja makanan yang ada—apapun”. No! gw pernah bilang kan, kalau apa yang ada di diri kita sekarang adalah investasi masa depan. Abstrak memang. Nggak semua orang bisa mengamini pernyataan itu, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Satu hal yang gw salut dari dia adalah kekonsistenan dan stabilitas atas rutinitas yang dia lakukan. Lagi-lagi konsisten. Jadi inget MB—yasudahlah, haha.

Gw—yang beberapa hari ini telah melakukan ‘dosa’ karena menjadi seorang ‘omnivora’—akhirnya sadar bahwa gw harus cepat-cepat kembali ke rutinitas awal gw agar tetap sehat. Terdengar nggak penting dan klasik. Penuh klise. Atau ‘yaelah Dha, gitu doang, jangan lebay deh’.

Kami sempet cerita-cerita tentang makanan apa aja yang dimakan sehari-hari selama ini. Hingga pada akhirnya menghasilkan satu kesimpulan bahwa makanan sehat itu ‘kadang’ mahal/lebih mahal dari makanan ‘kotor’ (red.).

Contoh kasat matanya adalah, makanan macem roti gandum, selai kacang, yoghurt, susu rendah lemak, dan makanan pendukung lainnya—yang bisa jadi variasi biar nggak bosen—memang lebih mahal dari yang lain. Yaaa, kecuali sayur-sayuran, telur, tempe, dan tahu. Buah-buahan pun kadang mahal. Pasalnya, dalam satu hari, makan normal itu harusnya bisa sampai 5 atau 6 kali, atas asas ‘makanlah setelah lapar-berhenti makan sebelum kenyang’. Sebaliknya, kebiasaan sebagian besar orang adalah makan sebelum lapar dan nggak akan berhenti sebelum kenyang. CMIIW.

Jadi, di artikel ini, sebenernya gw mau ngomongin apa sih? Hahaha. Nyebrang sana nyebrang sini. Gapapalah, nyampahnya semoga bermanfaat. Syukur-syukur bisa membuka mata.

Atas pertemuan itulah, motivasi gw hidup kembali. Hahaha. Maka dari itu, bagi temen-temen yang masih nanggung kayak gw, mari tuntaskan! Totalitas. Dan, bagi temen-temen yang masih ragu, ‘buat apa sih hidup sehat nyiksa gitu?’, ya terserah aja. Gw lebih memilih menyelamatkan masa tua gw nantinya, daripada harus telentang di rumah sakit dan menjalankan berbagai macam terapi/minum obat karena kebanyakan penyakit. Bebas milih kok :’)

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...