Sadarkah kau
bahwa ada kata bernama rindu?
Jangan hitung
lagi jaraknya, biarkan kau dan aku sama-sama menampung gejolak yang kian hari
kian besar gelombangnya.
Tak ada yang
mampu mengawali dialog dalam sandiwara kita. Selama ini hanya berpura-pura
janggal dan kaku. Entah, sampai kapan? Bahkan, tinggal jawab saja, gagap.
Aku memang
mencintai sastra, begitu mudahnya ia menyelinap, menyergap, lalu menjadi uap
dalam udara yang pengap. Tidak demikian padamu. Tidak sesederhana itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar