7.5.12

Ingin Masuk ITB

Usia bukan segalanya. Mungkin ini pembuka yang tepat. Biasanya, anak-anak SMA yang gw ajar, bisa gw tebak ‘isi otaknya’ dari cara berbicara, cara dia menyapa, berkomunikasi dengan gw, dan melalui cerita-ceritanya. Kemarin, ketika gw ngajar anak SMA di Bintaro, gw cukup ternganga. Baru kali ini gw bertemu murid secerdas dia. Hmm, singkat cerita, dia tau banyak tentang Indonesia. Mulai dari Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Megawati, Gusdur, SBY, bahkan dia juga tau banyak tentang Budiono, Jusuf Kalla, Sri Mulyani, dan para pejabat negara lainnya. Bukan hanya sekadar tau nama, jabatan di negara sebagai apa, tetapi juga sepak terjang setiap sosok, she knows them well. Wow!
Biasanya memang ‘ada sesi curhat/cerita-cerita' setelah kami belajar materi SNMPTN.  Nah, uniknya, dia punya cita-cita yang cukup mulia bagi Indonesia. Gw nggak akan mengumbar ‘apa cita-citanya’ di sini. Cukup gw, dia, dan Tuhan yang tau. Hihihi. Hmm, yaaa, bisa dibilang, mungkin ini ‘kode etik pengajar’ hahahaha. Oke, lanjut. Biasanya, saat anak-anak SMA ditanya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi mana, jawabannya bisa ditebak, berikut alasannya: misal, UI-Hubungan Internasional, karena ingin jadi diplomat; UI-Manajemen, karena disuruh Papa. Oh God! Baiklah, yang kedua ini biasanya adalah golongan orang berada sehingga si anak diarahkan untuk bisa melanjutkan bisnis orangtuanya. Gw selalu mencuci otak mereka dengan kata-kata: “jurusan apapun, asalkan kamu suka, dan tidak terpaksa.”
  Nah, saat gw bertanya kepada si murid gw—yang menurut gw cerdas ini—ingin masuk perguruan tinggi mana, dia tegas menjawab ‘ITB.’ Baiklah, ini bukan soal gw, tetapi soal murid gw. Oke ya, case closed! Ahahaha. *lokal banget becandanya, maaf ya, readers :P*
Hmm, dia ingin sekali masuk Teknik Industri ITB. Tenang, semuanya pasti mungkin, Tuhan tau mana yang kamu butuhkan kok :’) menurutnya, dia ingin lebih fokus belajar dan mendalami apa yang diminatinya. Toh, jurusan dan ITB juga merupakan langkah awal untuk mewujudkan cita-cita besarnya. Aaah.. semoga Tuhan memudahkan jalanmu ya, Dek! Aamiin.
Poin plus dari si anak ini, dia tidak hanya menguasai permasalahan Indonesia, tetapi juga bagaimana menghadapi karakter-karakter dan menyikapi sebuah argumen. Tingkat emosional yang stabil, cara berpikir yang matang, penuh pertimbangan, bukan seorang penilai, wawasan luas, diajak diskusi ngalor ngidul juga bisa. Baguslah, justru ini adalah modal untuk terjun ke dunia perkuliahan yang sesungguhnya.
Semoga kali lain kita bisa diskusi hal-hal yang lebih menarik lagi ya. Hihihi :D dan semoga gw bisa mengimbangi, hahaha *agak miris, ironis*

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...