Langsung ke konten utama

Mau Sepeda!


Bismillah,

Haihow tuips, apa kabar? *basi banget, sumpah* ya abis gimana? Haha.
Btw, hasrat gw sedang menggebu-gebu, pengin banget naik sepeda ke mana-mana.
Seru kali ya, kalo week end sepedaan bareng. Ngampus pake sepeda, ke kosan temen genjot sepeda, dan ke tempat-tempat lain yang bisa dijangkau dengan sepeda.

Sebenernya bisa-bisa aja TEGAL-DEPOK naik sepeda, tapi ya, butuh keberanian lebih aja. Inget kan tentang peristiwa Jalal yang naik sepeda dari PATI-DEPOK? Itu ih wow masya Allah banget!
Kan UI udah ada sepeda kuning? Gampanglah, tinggal milih doang, mau yang mana!
Milih wadukmu! Justru butuhnya di jam-jam yang lebih pagi dan lebih malam, makanya ini alasan yang cukup kuat, yang bikin pengin beli. Doakan saja, sedang dalam proses pemanjatan doa dan pengumpulan dana. Hihihi, aamiin. Kalo udah dijodohkan sama sepeda, insya Allah ada aja jalannya nanti kok.

Dari mulai tanya temen, googling, searching, and hunting, finally connecting my mother to ask about it. Meskipun udah gede, tetep aja segalanya harus berawal dari restu orangtua. Iye nggak?

Mengapa sepeda? Bukan iP*d, iP*d, Blackb**ry, atau SL* yang sedang ngetren saat ini? Gw nggak bisa jawab pertanyaan ini. Terlanjur cinta. Susah buat ngomong alasannya, karena kalo gw pake alasan, saat alasan gw ini udah bukan ‘alasan’ suatu hari nanti, cinta gw pada sepeda bukan dari hati, tapi karena ‘alasan’. Aiiih.. *apaan sih?*

Banyak keuntungannya: ramah lingkungan, sehat—bisa membakar kalori, irit, dan bisa sembari mencium udara setiap musim, juga menyelisik tiap sudut kehidupan. Hahaha, liris amat ya. Kalo kata Ibu gw: “Kowe iki wis semester akhir, mbok tembe njaluk tur kepengin piye? Dudu awit ndisit kuliah mlebu toh, Nduk?” cinta, siapa yang menduga, Bu? :)))))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk