Langsung ke konten utama

Dua Dunia dalam Satu Kehidupan

Sastra anak dan sastra dewasa. Dua jenis ruang lingkup di dunia nyata yang mutlak akan dialami oleh seorang manusia dalam fase hidupnya. Tidak dapat dimungkiri bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat karena saling memengaruhi satu sama lain. Hal ini menjadi sorotan mendasar yang harus diperhatikan ketika kedua fase ini dicitrakan ke dalam bentuk bacaan. Karakteristik umum atau kategori pengelompokan karya sastra biasanya dibagi berdasarkan bentuk dan isi suguhan. Pemahaman semacam ini dapat kita ketahui setelah mengenali genre setiap karya yang dihasilkan.

Perbedaan yang sangat mendasar: bentuk dan isi. Pada sastra anak biasanya ditemukan tampilan yang sederhana, permainan warna-warna cerah yang mendominasi, diksi yang tidak terlalu rumit, konflik yang ringan—tidak kompleks—juga penyelesaian kegelisahan diri sendiri yang dapat dengan mudah diatasi. Berbeda halnya dengan sastra dewasa. Ditilik dari bentuk dan isinya, sastra dewasa menggunakan bahasa yang agak rumit, juga konflik yang sangat kompleks. Kedua hal inilah yang memicu semakin dalamnya proses penyelesaian konflik yang harus dipecahkan oleh tokoh dalam karya sastra dewasa.

Pada hakikatnya, elemen-elemen yang telah ada pada setiap genre karya sastra menimbulkan pelabelan sebagai pencitraan dua dunia dengan pemosisian latar usia yang berbeda. Namun, di antara beberapa perbedaan tersebut, ada elemen yang memiliki kesamaan sifat antara sastra anak dengan sastra dewasa, sisi yang sangat mendasar dalam kehidupan: kegelisahan tentang pemertahanan hidup, juga tentang kematian. Kedua hal ini akan selalu hadir dalam sebuah karya sebagai pembelajaran fase-fase kehidupan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk