Kapan kamu serius?
Halo, Ers.
Beberapa hari lalu,
tercetus dari mulutmu bahwa kamu tidak seserius itu. Baiklah, terima kasih atas
waktumu, berjam-jam meladeni orang yang mungkin—untukmu—terlalu serius. Aku memang
terkenal serius sejak masih berkeliaran di kampung lahirku dulu. Entahlah sekarang,
mungkin berbeda atau masih sama?
Kalo kata Om Salam
Super “Why so serious?”, tapi mbok sekali waktu ya serius itu perlu
lho. Manusia masih terlampau sensitif sama perasaannya, apalagi perempuan. Tau kan?
Mengelabui hati
demi gengsi, ini juga termasuk perbuatan syaitan, sama saja dengan membohongi
diri sendiri. Lebih pedih memang, tapi sesaat doang, sisanya terbayang-bayang. Gawat
kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar