Lebih baik aku menyimpanmu dalam bagasi waktu, seperti aku menyimpan tulisantulisanku pada lorong biru, meskipun napas ini selalu merindukan rasa yang tak kunjung pilu, daripada aku harus memberi ruang pada elemen lain untuk sekadar merasakan cintamu.
Aku belum ingin mengenalkan sosokmu pada dunia-yang-masih-sensitif-dan-penuh-pecundang itu. Ini namanya tak sudi. Sungguh.
Biarkan hanya napasku yang selalu menyelami aroma tubuhmu. Bahkan selama ini kau tak pernah mengeluhkan apa pun, dan meminta lebih bukan? Yang cukup itu, ya, yang sejauh ini telah berhasil kita ciptakan. Kau dan aku sama-sama menyajikan kenyamanan dalam diri masing-masing. Menjalar ke setiap tubuh, lalu selebihnya semu. Hanya itu.
Kau tidak terlihat sedang membuatku cemburu, begitu pula aku. Hakikatnya, kita melakukan sesuatu—yang tak bisa dirasakan bersama—saat itu juga, jadi untuk apa masih mengharapkan kebohongan-kebohongan lalu, dan menjadikannya sebuah nafsu?
2 komentar:
Kau dan aku sama-sama menyajikan kenyamanan dalam diri masing-masing. Hanya dalam diri masing-masing. Memang semua ada masanya, karena hidup ini terus berputar. Sehingga, mengetahui bahwa kamu tidak lagi bersamaku, adalah (harusnya) sesuatu yang biasa. Tapi, kenapa yang dihasilkan jauh berbeda?
#kenapa mendadak puitis?
eh, bukannya kalo lo itu 'kalian dan aku', bukan 'kau dan aku'..
;P
Posting Komentar