Langsung ke konten utama

Menang Kuis



Bismillah,
You guys, whats up bre? Kangen nih, gatel karena gw punya banyak se-su-a-tu yang ingin eke bagi-bagi ke cemand-cemand cemuwah :*

Markimul sist! Berawal dari acara Stand Up Comedy Kompas TV yang bikin gw langsung jatuh bangun alias jatuh cintrong, di saat gw nonton acaranya di tipi, sempet kepikiran “Pengin deh nonton live-nya Stand Up di Usmar Ismail, entah kapan tapi ya?!@#$ Hmm, jauh bree..” btw, gw adalah orang yang nggak suka situasi Senayan dan sekitarnya. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena macica muhtar bambang kalong sorelam samsara malampir, ne. Malaysia basket deh eke, eym. *terjemahan dapat dilihat di kamus gaul ala Deby Sahertian* haha. Cuma nyelip aja pikiran macem gitu di otak kanan. Namun, detik berjalan berdampingan dengan jam, juga harimurti yang semakin cepat. Hingga tersisa tiga finalis—Ryan, Akbar, Ernest—gw udah pasrah alias nyerah alias terserah, mau nonton live atau nggak, yang penting gw bisa liat dari tipi mungil eke. Titik.

Malam itu, Ernest close mic. Hiks, “uwe cebel, huft”. So, final minggu depan tersisa Ryan dan Akbar. Malem besokannya—lupa, kapan—saat gw buka twitter, tibatiba Kompas TV ngadain sayembara, kaya Bobo ya? Haha. Iya, haha, nggak lucu tau! Langsung dah gw ikutan. Kebetulan banget malem itu sinyal internet dari henpina lagi agak-agak rada-rada gimana gitu, nggak kaya biasanya, lancar jaya makmur sejati tata tentrem kertaraharja. Gw pun nggak banyak berharap untuk menang, yaudah lah ya, just quiz. Beberapa hari setelahnya, saat gw buka replies twitter, ada mention dari Kompas Tv yang menyatakan kalo gw adalah salah satu pemenang yang berhak mendapatkan undangan nonton grandfinal Stand Up Comedy. Nyesss! Tibatiba gw mendadak lemes banget, bre. Sepicles. Subhanallah, Alhamdulillah. Campur aduk deh pokoknya.

Gw baru tau kalo grandfinal baru diadakan 14 Desember, itu pun di TTA-TMII, Rabu malam. Setelah melewati beberapa tahap yang cukup memusingkan (cailah gaya banget!), gw pun memutuskan untuk mengontak Mba Nadine, orang promo Kompas TV untuk menanyakan tentang cara ngambil undangan. Ea, ternyata undangannya harus diambil di lobby Kompas TV, di Palmerah. Jeduk! Jauh amiiir. Tanpa pandang bulu monyet, langsung googling deh gw. Namun, perjuangan gw mantengin mas-mas google yang nggak ganteng ini selama berjam-jam, sampe mata gw kaga bisa belo, rupanya mas google sedang tidak ingin menolong gw, bre. Cedih deh uwe. Hmm, setelah itu gw ambil tindakan tanggap darurat: sms orang-orang ah, Kompas di mana. Karena gw akan pergi sendiri, tanpa ditemani pacar *kayak punya aja lo, bre!* jadi gw harus banget memastikan siap mental—nyasar, salah turun kereta, salah angkot, salah turun kopaja—takutnya yang gw dapatkan adalah alamat palsu. Eaaa, nggak usah nyanyi!!! PLIS!

Alhamdulillah, sejam sebelum gw memutuskan untuk melancong *sok bencong lo! Eh?!* gw dapet informasi lengkap. YES! Gw yakin, nggak bakal nyasar. Soalnya gw dapet beberapa alternatif jawaban dari temen-temen gw. Mulai dari ngasih saran untuk naik kereta, angkot, ojek, bajaj, sampe jalan kaki, yang terakhir ini opsinya agak-agak rada tolil sih. (Tolil adalah sebutan untuk ketololan yang sedewa-dewanya tolol)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan