Langsung ke konten utama

ADA Band and The 'My Boys' Story



Assalamualaikum. Hai you guys, gw kangen banget nulis, nulis apa pun. Empat hari ini, gw masih inget pulang ke kosan aja udah alhamdulillah banget, gimana nggak? Makan aja gw lupa, serius men, gw serius! Tapi, tenang aja, kalo KAMU, aku selalu inget kok, haha (*KAMU=SKRIPSHEET*) lo kira, KAMU-nya siapa coba? Pacar? Nggak punya ciiin.. gebetan? Ah, jauh banget dari Depok. Ya, ada sih, calon suami, tapi masih disimpen dan dijaga sama Allah J mulai nih, keluar dari tujuan awal! FINE!

Saat gw nulis ini, ADA BAND sedang bersama gw di suatu acara musik di salah satu stasiun tipi paporit eke. Nggak tanggung-tanggung, sang vokalis posisinya berhadapan langsung sama gw tanpa perantara atau makelar manapun. Bahkan, ini terhitung agak private karena emang hanya ada gw dan ADA BAND. Bisa lo bayangkan betapa terbangnya jiwa gw saat ini, ah—tak terdefinisikan. Sungguh, Pedro. Andai kau tahu, atau tempe, syukur-syukur ati-ampela sih, yang nggak gitu banyak lemaknya ß ini apa sih? Sakit jiwa lo ya?!

Lagu-lagu ADA BAND sempet ngehits saat gw SD-SMP-SMA lah kira-kira. Mulai dari radio di Tegal, konser dan acara di tipi, sampai audisi band antarkelas (LIBAS di SMA N 1 Tegal) pun cukup banyak yang bawain lagu-lagunya. Menurut gw—sori, dori, mori, stroberi ya kalo cukup subjektif—liriknya itu ada beberapa yang prosa liris (oke, kata ‘prosa liris’ gw temukan saat udah menimba ilmu di UI sih), dulu mungkin bahasa sederhananya: lagunya ngena banget, romantis, mellow (bukan mewek ya!), ringan-tapi-nggak-murahan, lalu liriknya nggak ‘ngobral’ apa-apa, kecuali ngobral cinta, haha! Becanda ding. Lalu, yang gw suka adalah ada lagu yang mengangkat tentang ibu, ayah, dan asmara—tentunya. Eaaa. Contohnya ini:

“masih jelas terlihat pesona ayumu,
masih jelas terasa getar dawai jiwamu..
inikah surga cinta yang banyak orang pertanyakan, (Surga Cinta)”

“mencoba bertahan sekuat hati, layaknya karang di hempasan ombak,
jalani hidup dalam buai belaka, serahkan cinta tulus di dalam takdir
tapi sampai kapankah kuharus menanggungnya.. (Manusia Bodoh)”

”Tuhan tolonglah sampaikan sejuta salamku untuknya,
kuterus berjanji tak’kan khianati pintanya,
ayah dengarlah betapa sesungguhnya kumencintaimu,
kan kubuktikan, kumampu penuhi maumu (Yang Terbaik Bagimu)”

Secuil dari sekian banyaknya lagu ADA BAND yang cukup akrab di telinga pemirsa mungkin ya, mungkin, karena gw hanya sebagai pengamat biasa, halah! Belum gw teliti lebih jauh berapa persentase yang aktif mendengarkan lagu-lagunya (*nggak usah sok-sok-an mau neliti deh, skripsi aja belum beres! Hiks hiks). Ini mengingatkan gw sama temen-temen-dan-ada-sebagian-yang-dulu-jadi-inceran-gw, haha. Dimas alias samid, Pandu alias sindu, Agus alias *dia apa ya aliasnya, lupa, serius! Ampun Gus,* trus ada Suryo a.k.a Yoyo alias doyok. Empat bersaudara ini, kalo era sekarang mungkin bisa dicurigai Catur Homo (karena ada empat), atau ganda putra dua pasang. Hahaha. Dulu sempet bikin band juga, biasalah ya band musiman. Harian bahkan. Ganti-ganti personel, ganti nama band juga. Beda acara, beda band deh pokoknya. Lucu sih, silakan ketawa. Nggak juga nggak papa, gw nggak akan bunuh diri terjun dari lantai 31 dari Grand Indonesia kok. Santai.

Ah, kalian apa kabar? Udah pada punya gandengan ya pasti? atau belum? yaudah sih, gampang. Masih ada yang setia menunggu untuk digandeng: truk, kereta, gerobak, gandeng aja, daripada nggak ada. Lumayan kan, daripada lumanyun.
*kalo gw dari tadi jayus, trus lo nggak ketawa-ketawa juga, muntah aja, biar gw ada kerjaan, gw rela kok kalo disuruh ngepel lantai/nyuciin baju lo. Maklum, semester tujuh mah kuliahnya dikit, jadi banyak waktu buat ngebabu*

Sumfah, ane kanjen banjet same ente-ente. Maen yuk! Semoga telepati ini sampai ke hati mereka ya, my beloved ‘boys’ used to, when we was closer *semoga nggak ada dosen/ahli bahasa Inggris liat kalimat tadi ya, aamiin*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan