Langsung ke konten utama

Jalan Cinta dan Pergalauan Dunia: Elegi Mahasiswa Tingkat Akhir (#1)



Bismillah,

Dua mahasiswa tingkat akhir baru saja mengakhiri kelasnya, mata kuliah Filsafat Cinta, haha. Bukan, pemirsa! Tapi Filsafat Wayang. Pusing-pusing dikit, agak vertigo, perut udah mulai karnaval, mata ngantuk kriyep-kriyep, nguap-nguap dikit, muka kurang bahagia, demikian itu merupakan sedikit gambaran kondisi buruk mereka saat menuju kantin dengan langkah gontai. Mawar dan Melati tak sedikit pun berbincang, apalagi bergosip. Namun, secara spontan mereka menghentikan langkahnya, entah karena ihwal apa.

“TELAH HILANG IPOD TOUCH 8GB BERWARNA UNGU METALIK”
Mawar: ”gila, gila, segala gadget sering banget ilang, kemarin lepita, dua hari yang lalu henpina, beuh... ini mah dicuri sama orang paling”
Melati: ”cuuy, ya masa beruang madu yang ngambil, orang lah... eh, tapi iya juga yah sist, udah amat sangat sering sekali banget. Asal lo tau Maw, orang-orang yang barang berharganya ilang, mereka ada rasa sedih, kesel, atau mungkin marah, entah sama diri sendiri karena nggak bisa jaga tuh barang, atau sama orang yang ngambil tanpa izin, tapi gw justru sedih kalo barang berharga gw nggak diambil orang”
Mawar: ”jaaah! Aneh-aneh aja lo Ti, nyebut Ti, nyebuuuut..”
Melati: ”abisnya, hati gw doang yang belum dicuri nih, Maw” #eh
Mawar: ”ah! Kampraaay lo Ti”

Layaknya SMP (Setelah Makan Pulang), dua sejoli-sehati ini pada akhirnya memutuskan suatu keputusan yang biasanya tidak diputuskan: pulang. Kali ini, bukan petang yang mengantarkan mereka kembali ke peraduan, melainkan sang takdirlah yang memaksa mereka melangkah. Melati dan Mawar masih saja diam-tak saling berujar selama perjalanan menuju halte pemberhentian. Setelah kejadian tadi, entahlah, mereka diam-merenung tanpa arah, ataukah diam karena terlalu kenyang makan??

Hanya Mawar, Melati, Tuhan, dan alamlah yang tau jawabannya. 

Komentar

Budi Mulyawan mengatakan…
wedaan sekali ngeblog tulisane kaya dibrukna.heuheu. keep posting da :)
IdhaUmamah mengatakan…
hahaha,
iya keh, otake aku isine sampah kabeh.
kudu dibuang, eben ora dadi penyakit

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk