Langsung ke konten utama

Sedikit Kehebringan SEA GAMES

Bismillah,


Hmm, sebenernya nih ya, niatan awalnya itu adalah ngerjain tugas, men! Tapi, apa daya, nyatanya nulis ‘feature’ lebih menggoda, hahaha. Kali ini, gw mau cerita tentang yang lagi hebring-hebringnya dibahas, entah di dumay maupun duta (dunia maya-dunia nyata, pen.) hayo apa hayo? Mampukah anda menebak wahai pembaca? Ataukah hanya perkiraan belaka?
**NB: ini bacanya harus pake intonasi infotainment yang itu ya.. yang itu loh, yang ini nih: ‘akan kami kupas setajam.. ’ jayus ya? Huft! Yang ketawa, eke doain semoga jodohnya deket, yang nggak ketawa, eke doain juga semoga segera dikirimkan pendamping hidup—ini sama aja ya?!

Mari fokus! Begini bro, sist, seperti yang kita tau, bulan ini lagi ada SEA GAMES. Seringnya, kebanyakan, pada umumnya, biasanya, pertandingan sepak bola dan bulu tangkis lah yang muncul di tipi kita, iye nggak? Mengapa oh mengapa? Tau lah ya jawabannya apa, situ pernah sekolah kan? Harusnya sih tau *ngajak ribut*. Berhubung gw lebih menyukai bulu tangkis nih, jadi gw ikutin tuh pertandingan. Mulai dari tunggal putra; putri, ganda putra; putri, ganda campuran; sampai ganda yang nggak dicampur karena belum punya pasangan. JLEB, #apadehdha! Lanjuuut..

Kalo nonton dari tipi, yang gw rasakan adalah gregetan, men! Banyak komen, dan kadang melakukan hal-hal yang agak aneh sendirian. Misal, saat partai tunggal putra, sebut saja si ganteng nan cool dan seksi, a.k.a Simon Santoso, atau aa momon lawan THA/MAS, ada aja gitu yang secara sadar nggak sadar—gw perbuat. Pas skornya sama-sama 20, gw nunduk-merem-nutup idung pake kuping, eh bukan, nutup kuping pake tangan maksudnya, sembari komat-kamit baca mantra (nggakmaudenger-nggakmauliat-nggakmaudenger-nggakmauliat), ucapkan sebanyak 2011 kali, niscaya aman, percaya deh. *ya eyalah, itu pertandingan udah kelar duluan sebelum kita kelar baca mantra*, trus nih ya, kalo tertinggal beberapa poin, misalnya INA-MAL 3-7 gitu, ini mulut komat-kamitnya lain: kamu pasti bisa Yang, positif, positif, all iz well beibh, sambil gigit bibir, dan telapak tangan saling tangkup-berdoa. Untungnya ini nggak lebay, dulu pas masih SD—zaman agak jahiliyah—saat Taufik Hidayat disandingkan dengan Lin Dan atau Bao Cun Lai, trus angkanya kejar-kejaran/ketinggalan banyak, gw sampai nadzar puasa boo! Bukannya mau riya, tapi menyadarkan diri sendiri, syukur-syukur orang lain, agar tidak melakukan perbuatan konyol macem ini, guys.

Sekarang, kalo dipikir-pikir, saat lo melakukan hal-hal macem itu, nutupmata-nutupkuping-bacamantra-sampai puasa, hanya demi orang lain di tipi, yang dianya aja nggak kenal lo gitu, bukan siapa-siapa lo juga, ketemu langsung sama dia juga kemungkinannya hanya nol koma sekian persen—karena dulu eke kagak di Jakarta, dan lain-lain lah pokoknya. Btw, mengapa gw jadi kesel sama si ‘lo’ ini ya? Padahal kan gw yang melakukan, hahahha. Kini, semakin dewasa, akan lebih pas jika kita bisa lebih bijak. Yaa, pengungkapan-pengungkapan rasa nasionalis cukup dengan berdoa, transfer energi positif dari jauh, memang sebaiknya dilakukan tanpa berlebihan (sambil smiles wisely).

Kemarin, pas gw nonton partai ganda putri—dan belum beruntung—karena THA lebih unggul 1 poin, nggak sengaja liat beberapa penonton yang duduk paling depan: ada yang nangis kejer, ngosek di lantai, pegangan kepala sampai ngeglesor-glesor di lantai juga ada. Boleh kok tenggang rasa, tepa selira istilahnya, tapi bukankah akan lebih baik kalo kita—sebagai penonton—justru memberi dukungan moril di saat atlet-atlet belum berhasil. Yaaa, apa kek, yel-yel yang bisa bikin semangat lagi. Soalnya, yel-yel penyemangat lebih terdengar kenceng kalo INA lagi di puncak/menuju menang. Kenapa eh kenapa? Karena oh karena, yakinlah, atlet yang belum berhasil memenangkan pertandingan, udah punya tekanan dan beban tersendiri oleh ihwal yang lain, baik besar atau kecil saat kenyataannya ’gw kalah’. Secara ya, energi yang kita keluarkan saat ngosek, sedih, dengan transfer energi positif berupa apapun, kadarnya setara, men! Pilih yang mana? Udah gede kan? Tau mana yang harus dipilih, eaaa kalo nggak tau, gampang sih, ketik REG(spasi)BINGUNG, kirim ke hatinya.. *au ah terang!*

Markisud! Mari kita sudahi. Saatnya nugas, wahai mahasiswa tingkat akhir.. (kaboooooor!)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk