Bukan perpisahan namanya, jika tak menghadirkan tangis. Dia sengaja menyediakan ruang kosong itu agar kau dan aku saling menatap: saling beradu memainkan peran yang ingin kita ciptakan; saling beradu mempercepat setiap detak hidup—yang sebenarnya masih panjang; juga saling menyelami untuk mencari rasa yang mungkin masih bersembunyi.
Aku—yang belum lupa dengan gemetarnya tubuh menjelang kisah sore itu; yang masih meminta agar udara tak kejam menghunus jantungku; yang jelasjelas kelu; yang belum berani menemani malam; apalagi bercinta dengan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar