Langsung ke konten utama

Sepintas Boleh Dibilang "ilham"

Ceritanya, pas gw lagi sibuk-sibuknya nonton televisi (nonton tv kok sibuk?!), jadi inget pas ospek “matanya jangan blanja, Dek!” huakakakakak, ngakak guling-guling di aspal kalo inget tuh. Err, bukan ini yang mau gw ceritain, guys.. ampun, terdistrak. Okey, lets start!

Tiba-tiba tebersit “ngapain ya, gw setelah kuliah nanti? gw berguna nggak ya?” jadi deg-degan, khawatir, dan parno deh pokoknya. Apalagi pas buka internet, ada si Eda yang bertanya-tanya juga—yang intinya “2 tahun ini gw kuliah udah ngapain aja ya?” maklum, doi baru pulang dari PIMNAS Makassar. Bahkan, beberapa kakak kelas gw sempet nulis “luruh ilmu duwur-duwur, sekolah adoh-adoh maring luar negeri, ari ora ngabdi nggo tempat asal yaa pada bae goroh” kurang lebih begitu. Hmm, Eda jangan minta translate ya!

Kebetulan, kakak kelas gw punya komunitas pas SMA, namanya MHC (Mission House Community). Mereka sedang menggagas konsep toko kopi (coffee shop), haha, aneh ya jadi toko kopi. Kedai kopi lebih pantes sepertinya. Lanjuut! Menimbang dari situ juga, gw jadi mikir, gw nggak mau kerja di Jakarta deh rasanya. Gw cuma pengin mengabdi buat tempat asal gw, tapi gw ngapain ya?

Hamm, hemm, nyesss! Gerai bacaan aja apa ya? Konsepnya mirip perpustakaan, ada buku yang bisa dipinjem, disewakan, dan juga bisa dijual dengan berbagai interval harga. Trus, gw pengin ada beberapa ruang belajar yang nyaman, cozy gitu deh buat anak-anak SMA kalo pengin belajar kelompok. Apalagi ya? Boleh juga dikasih menu makanan ringan untuk menemani belajar kalo lagi laper. Oke! Konsep kasar udah ada, teknis pelaksanaan dan detail konsep sambil jalan bisalah nanti. Dana, gw bisa kok nyari sponsor untuk mendukung pembiayaan gerai itu. Mulai dari biaya pembangunan sampai dengan biaya perawatan sehari-hari, insya Allah bisa—Gusti Allah mboten sare (Goenawan Muhamad, dalam novel Pengakuan Pariyem).
Aaaah! Rasanya pengin segera merealisasikan proyek besar ini. Lagi-lagi, proyek ini nonprofit. Balik lagi ke tujuan awal gw, pengin membantu tempat asal gw biar lebih maju. Sasaran gw tentulah siswa SD sampai dengan SMA. Pengin banget membuka wawasan mereka dengan membaca. Gusti Allah aja menurunkan Al-Alaq kepada Kanjeng Nabi, iqra’! iqra’! yoweslah, berarti dhewek iki dikongkon maca, amarga maca kuwi paling utama.

Konten buku yang akan gw sediakan adalah seputar sastra dan pengetahuan umum. Mengapa sastra? Sastra ibarat ruh, nyawa. Bekal hidup sepanjang masa. Ilmu dunia dan akhirat, ada di sastra kok, tenang aja. Buka mata, hati, telinga. Hidup tak lagi harus bangga hanya karena eksakta, tapi bangga karena peka terhadap rasa. Itu yang pengin gw tanamkan. Bukan berarti melarang atau menurunkan derajat ilmu nonsastra, melainkan hanya ingin mengajak, merangkul orang-orang untuk menemui pangkal dan ujung kehidupan dalam setiap lembaran. Beuh!

Insya Allah bisa. Apa sih yang nggak mungkin di dunia ini? Apa sih yang nggak bermasalah di dunia ini ? tinggal bagaimana kita menerima dan menanggapi setiap kejadian di antara ruji kehidupan. Iye nggak ?
Gw juga udah ada bayangan kok, kira-kira siapa aja orang-orang dibalik layar yang ingin gw ajak. Hohoho.. btw, kalo salah satu dari pembaca, gw hubungin, berarti siap-siap ya ! siap-siap untuk membangun bangsa. Oke !
:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan