Langsung ke konten utama

Bubur Sumsum dan Es Kelapa Muda

Duh, Gusti.. kula nyuwun ngapunten dhumateng panjenengan.

Bukan apa-apa yang membuat gw tiba-tiba terpikir “bubur sumsum & es kelapa muda“, melainkan karena salah satu saraf di bagian otak yang memberikan sinyal itu lewat indera. Entah, bukan juga karena udah deket bulan penuh berkah. Di selasela sibuknya seorang PO—mondar-mandir kesana-kemari lari sana-lari sini—masih sempet mencari informasi di mana gw bisa membeli kedua jajanan itu. Sekilas nggak penting, mirip orang sinting (red.) malem-malem dalam kemelut gerimis masih belum menyerah memburu di pinggiran-pinggiran jalan—yang kadang semu.


Untungnya, di tahun 2011 ini, media maya dan jejaring sosial lumayan membantu. Iseng-iseng—tapi tetap berharap dapat balesan twit dari orang-orang—ngetwit “mohon info: bubur sumsum di sekitar Margonda, di mana ya? thanks“, berujung manis. Salah seorang temen jurusan gw, yang biasa dipanggil ’aa’ itu membalas twit gw, yang isinya “depan Gramed“. Wow! Alhamdulillah, gw langsung ke sana.

Harap-harap cemas tetep ada, lha wong malem-malem gini kok nyari bubur sumsum sama es kelapa tho? Optimis, pasti masih ada. Daaan, jeng jeng jeng eng ing eeng... masih ada sodara-sodara! *tepuk tangan-tepuk kaki* keduanya gw dapatkan semudah membalikan telapak kaki ibu, huahahahha :D *astaghfirullaahal ’adziim*

Alhamdulillah, senyum simpul kali ini bener-bener sumringaaaah. Dan, setelah diinget-inget ya, gw belum makan dari tadi bangun tidur sampe sekitar 20.00, padahal lagi nggak puasa. Yassalaam, makan aja lupa, apalagi mikirin cari pasangan. *ooops! abaikan*

Yuk yak yuuuk! Cus! Udah dapet dua-duanya, marilah kita pulang dengan hati riang. Meskipun tadi cukup menantang, gw tetep merasa menang. Selalu, always. Yeay!

As I knew, nikmat batin itu adalah bagaimana cara melayani diri sendiri dengan baik dan benar. Bukan cuma EYD yang harus baik dan benar, ahhaha. Namun, ini juga harus masuk pertimbangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan