11.7.11

Yang tak dapat dibeli

Adalah suatu keheningan, saat aku melihat sosok rupawan yang akhir-akhir ini terselip di sisa malam. Mungkin malam itu memang bukan kali pertama aku ternganga. Entah, diantaranya masih maya atau sedikit nyata. Bahkan, sebelum masuk ke ruang itu pun aku benarbenar tak memintanya pada Tuhan. Bukan karena aku sombong, tapi lebih kepada “tak mau terlalu menghiraukan” ini itu yang selalu mengganggu.

Memasukinya memang bukan semata-mata kehendakku, pasti ada campur tangan Tuhan yang Mahakaya dengan segala “stok” yang Ia punya. Kalau aku sih, rela-rela saja, apapun dan bagaimanapun rupa strukturnya.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...