Langsung ke konten utama

Cerita Teman Lama


Tiba-tiba, Annisa—temen baik gw—ngirim sesuatu ke facebook. Dia minta kontak gw. Dan langsung gw kasih tadi pagi. Siang ini, dia nge-line gw. Kami saling tanya tentang kabar masing-masing, kemudian berlanjut ngobras (ngobrol sampai puas, red.)

Annisa adalah temen baik gw sejak SMP. Pas SMP, kami dua tahun di kelas yang sama—kelas unggulan. Hahaha, pamer dikit. Setelah lulus SMP, kami berpisah. Berhubung gw tipe anak yang suka ikut-ikutan (termasuk dalam hal krusial memilih sekolah), dan karena temen-temen gw banyak yang daftar di SMA N 1 Tegal, jadilah gw di situ. 

Alhamdulillah diterima. Seneng banget sih pastinya.
Pertama, hampir sepertiga angkatan masuk ke situ; kedua, karena banyak yang udah gw kenal juga; ketiga, karena.. duh.. karena kata temen-temen gw, anak-anak SMA situ tsakeup-tsakeup. Kelasnya sih kelas unggulan pas SMP, tapi masuk SMA nya cuma karena alasan-alasan konyol macam ini. Ya itulah gw.

Bagi gw saat itu, nggak ada SMA selain SMA yang gw tuju. Harus masuk ke situ. Harus! Sama seperti gw masuk UI. Gw nggak merasa ada perguruan tinggi lain di Indonesia selain UI. Anaknya emang jumawa. Ya beginilah. Meski UI sempat menolak gw, gw tetep mau masuknya UI aja. Nggak ada yang lain. Titik.

Kembali ke atas.

Annisa baru meresmikan hubungannya dengan seorang pria beberapa bulan lalu. Trus gw gimana? Sedih? Iya. Seneng? Iya. Campur adoek banget sih pas tau ternyata udah lamaran. Alhamdulillah udah nemu pasangan yang bersedia diajak  hidup bareng kelak.

Karena gw dan Annisa berteman sangat baik, kami selalu berkomunikasi satu sama lain. Emang sih, sempet putus nyambung beberapa kali. Duile, kayak wifi di kantor gw sih itu. Ahahaha. Oh iya, Annisa memutuskan untuk melanjutkan jenjang SMA nya di Jogja. Cukup jauh kalau dari Tegal. Kira-kira butuh semingguan lah kalau ditempuh dengan sepeda.

Kuliah pun. Kami tak juga dipertemukan di jenjang ini. Annisa sempet bernasib sama kayak gw. Ditolak. Tapi, dia masih terus ngejar sampai akhirnya diterima. Fuh!

Nah, selama kami ngobras, topik-topik yang dibicarakan adalah topik hidayat. Hmm, bukan. Maksud gw topik savalas. Innalillahi, orangnya udah nggak ada, Dha! Oke, maksudnya topik cerita kami sangat acak. Mulai dari kesibukan sekarang, ngomongin gaji, urusan ngatur duit untuk diri sendiri dan urusan rumah tangga, sampai urusan johan. Ya, johan. Ikan benjol yang harganya sangat mahal itu.

Jodoh di tangan Tuhan a.k.a johan. Kayak nama artis deh ini, Annisa Johan, menantunya Presiden RI. Yak, silakan tutup tabnya. Pasti Anda sudah muak dan bosan dengan saya.

Annisa—temen gw, bukan menantunya Presiden—cerita kalau jodoh itu bisa nemu di mana aja. Hah, nemu? Iya, nemu. Bukan nama ikan yang belang-belang item-oranye itu kan? Iya, bukan.

Begini asal mulanya.

A   : “kangen Idhaaa..”
G   : “(ngirim stiker) kamu kapan free?”
A   : “akhir pekan ini free, soalnya akhir bulan ujian stase,”
G  : “sek sek, ngecek situs kereta api dulu, (beberapa menit kemudian) gile penuh semua,”

A   : “mendadak sih ya. Minggu depan gimana?”
G : “minggu depan rencananya mau ke Papandayan. Minggu depannya lagi ke Bandung. Hahaha.”
A   : “wuih asik bener!”
G   : “hmm, kamu kapan nikah?”
A   : “hahaha, tanggal ** ****ber,”
G   : “insya Allah aku pulang demi kamu deh :)”

A   : “kamu sih udah nemu tambatan hati belum, Dha?”
G  : “yang bikin hati tertambat sih udah ada. Cuma ya itu, orangnya nambat aku juga apa nggak.”
A   : “aseeeek. Cari lah Dha!”
G   : “lagi nggak pengen nyari, Nis.”

A  : “iya sih, jodoh mah nggak usah dicari. Nanti kalo udah saatnya, dateng ndiri. Jodoh biasanya nemunya nggak disangka-sangka. Siapa tau nanti ketemu orang di Semarang. Eh, mungkin Papandayan. Bisa juga di Bandung. 
G   : “aaaaamiiiin..”

A   : “sangat mungkin di perjalanan. Haha. Calon mertuaku, dia ketemu jodohnya di bis Cirebon—Jakarta. Aku ketemu calon suami gara-gara dijambret, trus mau bikin surat kehilangan di kantor polisi, malah disuruh ke reserse. Eh, si reserse nya jadi calon suamiku. Padahal aku antipolisi.”
G    : “(nyimak, ngemil tembok)

A  : “temenku dapet jodoh pas acara ESQ. Dan kamuuu, akan jadi ceritaku selanjutnya. Ciaelah.”
G     : “aaaaaaaaaaaaaak!”
A     : “temenku yang lain, dpt jodoh pas jalan-jalan ke Lombok, sesama backpacker.”
G     : “nah itu dia!”
A     : “jadi nggak sabar nunggu ceritanya Idha.”
G     : “(bingung ekspresi apa).”

Yak, begitulah kira-kira obrolan jomblo sibuk dengan teman lamanya-teman baiknya-yang-akan-menikah-tahun-ini. Semoga lancar persiapannya, aamiin :’)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan