18.12.13

Another Geminian

Beberapa minggu yang lalu, saya dikasih tes psikologi oleh Della. Bermula dari obrolan tentang zodiak dan kaitannya dengan karakter, akhirnya saya penasaran. Yaaa meskipun harus dua kali ngerjain tesnya—karena kesalahan yang tidak disadari—setidaknya pas baca soal aja udah tahu, kita bakal milih yang mana.

Gara-gara itu, saya jadi inget status seorang teman—yang juga Gemini—mengatakan kalau dia udah lama nggak dikasih surprise saat ulang tahun. Dan betapa beruntung orang-orang yang di hari ulang tahunnya dihadiahi kejutan oleh keluarganya dan/atau teman-temannya. Mulai dari kejutan yang manis, romantis, hingga kejutan ala anak SD: diceplok telor dan tepung. Bahkan kadang lebih heboh dari itu, misalnya diikat di tiang/pohon, ditutup matanya, sampai dilucuti pakaiannya. Well, kesemuanya itu adalah pilihan, tergantung bagaimana niatnya. Setiap orang punya unforgettable surprise dalam hidupnya.

Nah, ini yang kemudian membuat saya mikir cetek. Tuh, kan, Gemini itu memang suka diberi perhatian—ya walaupun sebagian besar orang juga akan suka kalau diperhatikan sih. Tapi yang membedakan di sini adalah momen ‘betapa pentingnya surprise itu buat gw’. Dan mungkin jadi berpikiran kalau nggak ada yang ngasih surprise pas ulang tahun, merasa ‘apa temen-temen gw nggak ada yang sayang sama gw?’ atau ‘keberadaan gw nggak terlalu penting dan berpengaruh ya?’. Lagi-lagi tentang pengakuan keberadaan sih ya, tidak bisa dimungkiri.

Gini deh, temen-temen kita yang meluangkan waktunya—di tengah kesibukan mereka—hanya untuk menyiapkan surprise tuh menurut saya priceless.

Saya pribadi pernah beberapa kali diberi ‘treatment’ pas ulang tahun. Kejutan termanis sewaktu kelas 6 SD: dilempari tepung di tengah lapangan sekolah setelah bel pulang (bahkan anak-anak kelas 3, 4, 5 juga ikutan). Lah terus, di bagian mana manisnya? Eits, sabar, belum kelar. Selama dilempari tepung, saya nunduk dan tetep berdiri tanpa perlawanan. Ya ini sih karena saya nggak bisa liat apa-apa, kan tepungnya masuk juga ke mata. Lambat laun, tepung mereka habis. Berakhir sudah babak pertama. Tiba-tiba, ada anak cowo yang ngasih selamat ulang tahun dari belakang tempat saya berdiri. Nggak hanya itu, dia juga ngasih saya bingkisan, plus notes kecil yang ditengahnya terselip pulpen. Karena saya masih ribet membersihkan tepung di seragam, jadi saya cuma bilang terima kasih. Kadonya saya masukkan tas, lalu pulang ke rumah.

Sampai di kamar, saya buka. Bingkisan tadi berisi kotak musik warna merah muda berbentuk gitar. Dan yang paling mengagetkan adalah notesnya. Di bagian tengah notes sengaja diselipkan pulpen, mungkin biar saya bisa langsung baca apa yang tertulis di situ. Ternyata.. dia suka sama saya! “aku cinta kamu” dalam berbagai bahasa. Rupanya kalimat itulah yang tertulis di notes. Hahaha. Gusti Nu Agung. Aya-aya wae barudak jaman baheula.

Kalau dipikir-pikir, geli juga ya. Baiklah, lupakan sejenak kejadian di atas. Kejutan selanjutnya yang masih membekas adalah di bulan Mei tahun 2010, waktu saya masih jadi kompas (komandan pasukan) MBUI. Setelah apel pulang, PO GPMB memanggil dan mengajak saya berdiskusi. Biasalah, tanya-tanya tentang latihan, kondisi pasukan, dan lain-lain. Yaudah dong ya, saya cerita dengan serius. Di tengah keseriusan saya yang lagi cerita nih, tiba-tiba ada segerombol cowo menciduk dan memboyong saya ke pohon. Alamak! Ini skenario siapa sih? Habislah saya dilucuti. Hmm, maksudnya sepatu, topi, jaket, kacamata, ponsel, dan barang berharga yang nempel di badan saya dilucuti untuk diamankan. Dengan sekuat tenaga berontak, nendang-nendang, teriak keras-keras,  minta tolong, tapi percuma aja sih. Toh, manusia se-MB malam itu kongkalikong -__-‘

Karena mereka tidak berhasil mengikat saya di pohon, jadilah paduan telor tepung dan air—yang entah tidak diketahui jenisnya—segera diguyur ke seluruh badan. Tetep kena juga akhirnya. Nasib. Saya sempet marah, bahkan ngamuk sampai tidak ada seorang pun berani mendekat. Wuahaha. Setelah beberapa saat, sekitar setengah jam saya dirayu, diracuni kata-kata manis, emosi pun mereda. Cuma mereda ya, bukan menghilang. Eee, saya malah dikasih kue mahal. Kuenya sempet saya lempar, tapi untung dusnya kuat. Jadi kuenya masih bisa dimakan, meskipun bentuknya berantakan.

Saya memang masih ‘ngambek’ sampai hari latihan berikutnya. Nggak tau marah kenapa. Kesel aja. Tapi dibalik kemarahan saya, sejujurnya saya tahu kalau kalian sayang sama saya. Hahaha. Pede! Thanks for those crazy surprise anyway, especially lowbrass. Oh.. dan para lelaki yang sukarela menciduk saya dari belakang. Gila emang!

Di awal tulisan ini, teman saya memang lebih dulu merindukan kejutan. Tapi sekarang, justru saya yang ketularan. Tos dulu lah sesama Geminian!

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...