12.6.13

Tentang Malam Yang Kalut


Sebelum terpejam, aku terbiasa diterkam. Pikiran-pikiran busuk lari tanpa tujuan.
Juga gagasan-gagasan manis menjanjikan tak hentinya selesai.
Otak cuma menghadirkan rentetan data yang telanjur disimpan.
Apalagi tentang kenangan, tak sedikitpun berantakan. Masih rapi.
Meski saat ini tak lagi menyatu seperti dulu.

Obituari dan tragedi sekadar saksi, saksi bahwa selama perjalanan menuju rimba raya sempat tersendat.
Mampir sejenak di pemberhentian.

Kemudian, tak berapa lama melanjutkan untuk pulang diam-diam—mungkin saja.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...