Sengaja tak kuisi apa pun. Di pengujung April ini, aku ingin sedikit
bercerita.
Tentang doa-doa yang lalai kuterbangkan di udara, lama—sudah sangat
lama.
Tentang dunia baru yang terlampau membuai—hingga jarang airmata
berderai.
Tentang rasa-berbeda yang sampai saat ini menyetia, entah apa
namanya—karena aku tak suka bila orang-orang menyebut istilahnya.
Buram. Tak jelas. Cemas. Ketiganya ada, dan selalu hadir di
persimpangan. Namun, nyaman. Mematikan.
Hidup tak lagi harus jeli memilah—seperti di sini. Bebas.
Jangan ditanya, aku sedang bercerita tentang apa! Terserah, mau kau
tafsirkan apa dan bagaimana.
Otakku, otakmu, dibesarkan dengan makanan yang berbeda; tumbuh di
lingkungan yang sama sekali tak sama. Jangan harap, otakku dan otakmu sepaham!
Tak semudah itu. Tuhan pun punya banyak alasan menciptakan perbedaan dua insan
sekandungan. Jadi, tak usah heran.
Aku sudah tak peduli lagi dengan statistik media ini. Pun, ketika
suatu saat aku mati—tak ada seorang pun yang akan mengenang tulisan tak bernama
ini: manusia—dengan segala pemikiran tentang dirinya.
Tadi kukatakan di awal, aku ingin sedikit bercerita: beginilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar