Jadi, waktu itu
keadaannya adalah riweuh: hujan, ponsel Fariz lowbat, nomor Ayu (panitia yang
dititipi tiket oleh Aul—temen gw) nggak bisa dihubungi. Ya sebenernya mah
simpel aja, cuma ya gitu, agak panik, hehehe. Sampai akhirnya, gw melibatkan
Afif—temen gw yang lain—untuk mastiin tiket gw baik-baik aja, dan aman. Setelah
muter-muter nyari jalan yang kira-kira nggak macet, sekitar pukul 18.50, kami
sampai di ITB. Alhamdulillah. Langsung cus ke Aula Barat, lalu ke tempat
penukaran tiket. Untungnya ada Inash, jadi gw nggak sungkan untuk tanya
lalalili, hihihi.
Pas lagi
ngambil tiket, ketemulah kami dengan Fariz. Nah, kan! Baguslah. Hmm, dan
sebenernya, sebelum gw mendatangi tempet nukar tiket, gw sempet mengenali salah
satu sosok yang berdiri menghadap timur, sebut saja Mawar, tapi karena satu dan
lain hal, gw abaikan. Setelah lama bertransaksi, barulah gw dipanggil. Ngobrol
bentar, lalu masuk ke Albar (Aula Barat).
Di dalam, kami
duduk deket anak-anak battery, waaah, akhirnya ketemu juga kita :D
Budi, Elsa,
Irin, Meka, Wahyu, dan lain-lain, tak lupa juga nyempil si Radit dan Dimas.
Awal-awal acara sih masih menikmati, lama-lama sibuk sendiri. Hahaha, namanya
juga anak muda.
Konser
berlangsung dari 19.00 s.d. 22.00, dengan jeda sebentar di tengah acara untuk
istirahat. FYI aja, gw jadi kangen brass band-an gara-gara dateng ke acara ini.
Begitu acara
kelar, foto-foto pun dimulai. Dari gaya sopan, sampai tak karuan. Biasa, anak
MB, apalagi kalo udah ketemu rekan akrab yang barengan. Pupus sudah nilai-nilai
kesopanan. Gw juga sempet ketemu anak-anak MBWG yang gw kenal, seru, kangennya
jadi terobati.
Malam semakin
larut, perut pun mengamuk. Lapar. Tadinya, kami berempat berniat untuk ‘ngalay’
dulu muter-muter Bandung sembari nunggu Subuh. Namun, karena ajakan geng
Battery untuk makan (dan karena katanya mau ditraktir Ditya-Dimas) haha,
luluhlah buat ikut gabung. Mureeeeh! So, kami cus ke Punclut, Ciumbeuleit
(*semoga bener tulisannya), tempat makan dengan view sebagian Bandung bersama
lampunya dari atas. Huwooow! Seperti biasa, teropong yang waktu itu gw beli di
Thailand kepake juga. Dingin, tapi nggak terlalu dingin. Makan, ngobrol,
bersenda gurau, sampai akhirnya ngebully
Ika dan Sigit, hahaha. ‘Puncak’ banget agenda yang satu itu.
Gw rasa, orang
lain yang makan di situ terganggu dengan berisiknya anak MBUI. As usual ya. Pukul tiga pagi baru
hengkang dari Punclut, wow bangetlah ini. Geng battery ke tempat Dimas dan
Isti, kami berempat lanjut jalan ke Jakarta—untuk selanjutnya memeriahkan final
GPMB di Istora. Yeah! Kami istirahat sebentar di rest area sembari nunggu Subuh. Beli kudapan buat sarapan, tidur di
mobil bentar, leyeh-leyeh, ngobrol dikit, 05.30 langsung lanjut perjalanan. Nikmat
banget, di tol jam segitu. Pas udah agak terang, sekitar 06.15, langit cerah
biru laut bikin kami lupa capeknya running
seharian kemarin.
Biar nggak
kepanjangan, nanti akan dilanjutkan di bagian ketiga. Oks!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar