21.2.13

Trip IBBC (2)

Taraaa! Jumpa lagi dengan geng Bandung. Kali ini gw bakal ngelanjutin sambungan cerita trip Jakarta-Bandung-Jakarta atau trip IBBC. Maaf ya pemirsa, nunda episode duanya kelamaan.

Jadi, waktu itu keadaannya adalah riweuh: hujan, ponsel Fariz lowbat, nomor Ayu (panitia yang dititipi tiket oleh Aul—temen gw) nggak bisa dihubungi. Ya sebenernya mah simpel aja, cuma ya gitu, agak panik, hehehe. Sampai akhirnya, gw melibatkan Afif—temen gw yang lain—untuk mastiin tiket gw baik-baik aja, dan aman. Setelah muter-muter nyari jalan yang kira-kira nggak macet, sekitar pukul 18.50, kami sampai di ITB. Alhamdulillah. Langsung cus ke Aula Barat, lalu ke tempat penukaran tiket. Untungnya ada Inash, jadi gw nggak sungkan untuk tanya lalalili, hihihi.

Pas lagi ngambil tiket, ketemulah kami dengan Fariz. Nah, kan! Baguslah. Hmm, dan sebenernya, sebelum gw mendatangi tempet nukar tiket, gw sempet mengenali salah satu sosok yang berdiri menghadap timur, sebut saja Mawar, tapi karena satu dan lain hal, gw abaikan. Setelah lama bertransaksi, barulah gw dipanggil. Ngobrol bentar, lalu masuk ke Albar (Aula Barat).

Di dalam, kami duduk deket anak-anak battery, waaah, akhirnya ketemu juga kita :D
Budi, Elsa, Irin, Meka, Wahyu, dan lain-lain, tak lupa juga nyempil si Radit dan Dimas. Awal-awal acara sih masih menikmati, lama-lama sibuk sendiri. Hahaha, namanya juga anak muda.

Konser berlangsung dari 19.00 s.d. 22.00, dengan jeda sebentar di tengah acara untuk istirahat. FYI aja, gw jadi kangen brass band-an gara-gara dateng ke acara ini.

Begitu acara kelar, foto-foto pun dimulai. Dari gaya sopan, sampai tak karuan. Biasa, anak MB, apalagi kalo udah ketemu rekan akrab yang barengan. Pupus sudah nilai-nilai kesopanan. Gw juga sempet ketemu anak-anak MBWG yang gw kenal, seru, kangennya jadi terobati.


Malam semakin larut, perut pun mengamuk. Lapar. Tadinya, kami berempat berniat untuk ‘ngalay’ dulu muter-muter Bandung sembari nunggu Subuh. Namun, karena ajakan geng Battery untuk makan (dan karena katanya mau ditraktir Ditya-Dimas) haha, luluhlah buat ikut gabung. Mureeeeh! So, kami cus ke Punclut, Ciumbeuleit (*semoga bener tulisannya), tempat makan dengan view sebagian Bandung bersama lampunya dari atas. Huwooow! Seperti biasa, teropong yang waktu itu gw beli di Thailand kepake juga. Dingin, tapi nggak terlalu dingin. Makan, ngobrol, bersenda gurau, sampai akhirnya ngebully Ika dan Sigit, hahaha. ‘Puncak’ banget agenda yang satu itu.

Gw rasa, orang lain yang makan di situ terganggu dengan berisiknya anak MBUI. As usual ya. Pukul tiga pagi baru hengkang dari Punclut, wow bangetlah ini. Geng battery ke tempat Dimas dan Isti, kami berempat lanjut jalan ke Jakarta—untuk selanjutnya memeriahkan final GPMB di Istora. Yeah! Kami istirahat sebentar di rest area sembari nunggu Subuh. Beli kudapan buat sarapan, tidur di mobil bentar, leyeh-leyeh, ngobrol dikit, 05.30 langsung lanjut perjalanan. Nikmat banget, di tol jam segitu. Pas udah agak terang, sekitar 06.15, langit cerah biru laut bikin kami lupa capeknya running seharian kemarin.

Biar nggak kepanjangan, nanti akan dilanjutkan di bagian ketiga. Oks!

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...