Langsung ke konten utama

Trip IBBC (2)

Taraaa! Jumpa lagi dengan geng Bandung. Kali ini gw bakal ngelanjutin sambungan cerita trip Jakarta-Bandung-Jakarta atau trip IBBC. Maaf ya pemirsa, nunda episode duanya kelamaan.

Jadi, waktu itu keadaannya adalah riweuh: hujan, ponsel Fariz lowbat, nomor Ayu (panitia yang dititipi tiket oleh Aul—temen gw) nggak bisa dihubungi. Ya sebenernya mah simpel aja, cuma ya gitu, agak panik, hehehe. Sampai akhirnya, gw melibatkan Afif—temen gw yang lain—untuk mastiin tiket gw baik-baik aja, dan aman. Setelah muter-muter nyari jalan yang kira-kira nggak macet, sekitar pukul 18.50, kami sampai di ITB. Alhamdulillah. Langsung cus ke Aula Barat, lalu ke tempat penukaran tiket. Untungnya ada Inash, jadi gw nggak sungkan untuk tanya lalalili, hihihi.

Pas lagi ngambil tiket, ketemulah kami dengan Fariz. Nah, kan! Baguslah. Hmm, dan sebenernya, sebelum gw mendatangi tempet nukar tiket, gw sempet mengenali salah satu sosok yang berdiri menghadap timur, sebut saja Mawar, tapi karena satu dan lain hal, gw abaikan. Setelah lama bertransaksi, barulah gw dipanggil. Ngobrol bentar, lalu masuk ke Albar (Aula Barat).

Di dalam, kami duduk deket anak-anak battery, waaah, akhirnya ketemu juga kita :D
Budi, Elsa, Irin, Meka, Wahyu, dan lain-lain, tak lupa juga nyempil si Radit dan Dimas. Awal-awal acara sih masih menikmati, lama-lama sibuk sendiri. Hahaha, namanya juga anak muda.

Konser berlangsung dari 19.00 s.d. 22.00, dengan jeda sebentar di tengah acara untuk istirahat. FYI aja, gw jadi kangen brass band-an gara-gara dateng ke acara ini.

Begitu acara kelar, foto-foto pun dimulai. Dari gaya sopan, sampai tak karuan. Biasa, anak MB, apalagi kalo udah ketemu rekan akrab yang barengan. Pupus sudah nilai-nilai kesopanan. Gw juga sempet ketemu anak-anak MBWG yang gw kenal, seru, kangennya jadi terobati.


Malam semakin larut, perut pun mengamuk. Lapar. Tadinya, kami berempat berniat untuk ‘ngalay’ dulu muter-muter Bandung sembari nunggu Subuh. Namun, karena ajakan geng Battery untuk makan (dan karena katanya mau ditraktir Ditya-Dimas) haha, luluhlah buat ikut gabung. Mureeeeh! So, kami cus ke Punclut, Ciumbeuleit (*semoga bener tulisannya), tempat makan dengan view sebagian Bandung bersama lampunya dari atas. Huwooow! Seperti biasa, teropong yang waktu itu gw beli di Thailand kepake juga. Dingin, tapi nggak terlalu dingin. Makan, ngobrol, bersenda gurau, sampai akhirnya ngebully Ika dan Sigit, hahaha. ‘Puncak’ banget agenda yang satu itu.

Gw rasa, orang lain yang makan di situ terganggu dengan berisiknya anak MBUI. As usual ya. Pukul tiga pagi baru hengkang dari Punclut, wow bangetlah ini. Geng battery ke tempat Dimas dan Isti, kami berempat lanjut jalan ke Jakarta—untuk selanjutnya memeriahkan final GPMB di Istora. Yeah! Kami istirahat sebentar di rest area sembari nunggu Subuh. Beli kudapan buat sarapan, tidur di mobil bentar, leyeh-leyeh, ngobrol dikit, 05.30 langsung lanjut perjalanan. Nikmat banget, di tol jam segitu. Pas udah agak terang, sekitar 06.15, langit cerah biru laut bikin kami lupa capeknya running seharian kemarin.

Biar nggak kepanjangan, nanti akan dilanjutkan di bagian ketiga. Oks!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M