25.2.13

Masih (tentang) Pilihan

Pilihan. Kata benda yang kadang membingungkan bukan?
Bisa dibilang, ada yang (terpaksa) harus dijadikan korban. Dalam hal ini, gw persempit menjadi dua hal yang sama kuat kita inginkan. Apalagi kalau sebelumnya sempat mendarah daging menjelma impian.

Betapa gw sendiri, baru sadar. Sejak mengawali pendidikan dini, hingga bangku kuliah, nyaris tanpa pilihan. Semuanya sejalan. Entah kekuatan Tuhan yang mana, buah kekhusyukan puja-puji semesta yang terencana.

Buat gw, fase memilih adalah salah satu fase tersulit. Apalagi untuk orang yang pemikir. Ternyata, banyak pertimbangan juga kadang tidak terlalu membantu pemecahan masalah.
*oke, bahasan ini mulai absurd*

Katakanlah, ada fase sekolah, fase karir, fase berumah tangga, dan fase-fase lain sesuai kebutuhan tiap manusia. Pilihan menentukan jalan. Jalan mana yang harus dilewati: halus, terjal, licin, hingga jenis jalan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan berbentuk seperti apa.

Perasaan takut, khawatir, memang wajar. Namun, apabila besaran perasaannya jauh lebih tinggi, mungkin akan sedikit sulit beradaptasi. Hal ini juga punya pengaruh terhadap permulaan dalam menjalani fase berikutnya. Jadi, siap-siap saja. Siap jiwa dan raga. 

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...