Langsung ke konten utama

The Black One

Sudah lama kita bersama, berapa tahun ya kira-kira? Kalau tak salah, sekitar empat tahun. Persis selepas SMA, kau mulai dekat. Sulit rasanya pisah barang sehari-duahari. Seperti ada yang kurang kalau “ada aku tanpa kamu.” Empat tahun, bukan waktu yang singkat. Setia ke mana-mana, saat kuliah, latihan marching band, jalan-jalan ke Bandung, ke manapun.

Sampai-sampai, beberapa orang bertanya, “kenapa sih kamu selalu nempel terus? Macam nggak ada yang lain aja, Dha!” Lalu aku jawab, “kalau aku nyaman, kenapa nggak?!” Kemudian, di waktu yang lain, ada pula yang sedikit mengeluhkan, “ganti kenapa, Dha? Bosen tau, itu-itu mulu!

Saat itu, aku mulai belajar menerima, mengikhlaskan apa-apa yang terlontar. Bodo amat lah! Ini hidup saya! Hingga akhirnya, ada satu kesempatan yang memaksa untuk melepasnya, menggantinya dengan yang lain, yang lebih berwarna—katanya. Aku pun melakukan hal demikian. Pujian? Tentu banyak berdatangan dari mulut orang-orang yang selama ini mengeluhkan. Namun, yang masih mengganjal adalah lelaki itu—yang sekarang entah ada di mana. Oknum yang satu ini dengan sangat berani mengatakan hal sebaliknya. Begini katanya, “aku nggak suka, kamu nggak garang lagi kalau begini.” Aku kalah!

Keesokan harinya, aku langsung kembali pada yang lama. Kembali mengenakan warna hitam sebagai penutup mahkota, alih-alih mengenakan warna merah muda yang mendatangkan banyak pujian dan disukai orang-orang. Ya, meskipun sudah ratusan kali nasihat “berganti warna” ini menghujamku, mau gimana lagi. Aku lebih percaya pada lelaki yang lebih suka melihatku terlihat garang. Nyatanya, aku lebih (ditakdirkan) memilihmu, The Black One. Terima kasih juga, hai lelaki! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk