Pada terik
siang setahun lalu, kau benar-benar nyata terduduk di depanku. Penuh percaya
diri menyebutkan nama, juga identitas lain yang menurutmu orang lain perlu
tahu. Namun, jika pada akhirnya aku amnesia, sama sekali bukan karena sengaja.
Bukan salah mata, bila saat itu belum sadar ada kau di sana. Bukan salah
telinga, bila tak ingat seperti apa kau bersuara. Bukan pula salah hati, jika
pertemuan kala itu belum menautkan naluri diri.
Lalu , salah
siapa?
… … …
Tuhan tak
pernah keliru mempertemukan kita lewat waktu-waktu tertentu. Secara kasat mata,
ada kemudahan bertemu. Namun, frekuensi kita mungkin berbeda. Belum waktunya.
Hal-hal yang
dekat, justru tercekat. Sebaliknya, yang jauhlah, yang kadang ditunggu-tunggu.
Benar begitu? Kemudian, bahwa Tuhan punya agenda khusus, siapa yang tahu?
barulah setelah itu kita sadar: di situlah saat yang tepat, sama-sama sadar
bahwa dulu kau pernah benar-benar hadir dihadapanku. Ya, itu dulu. Kalaupun
sekarang belum terulang, cuma doa jalan satu-satunya agar kita tenang.
Sekian.
Komentar