23.6.12

Yang Hilang, Kini Kembali

Percakapan kita tentang masa depan malam itu: biarkan kita berjalan di lintasannya masing-masing. Kau pada jarakmu, dan aku pada rindumu. Kita telah sepakat membiarkan alam memilih, sebelum pagi.

Kita tidak berdua, kita bertiga.
Bahkan mungkin berlima, atau bertujuh—Tuhan dan malaikat-malaikat setia yang menyatu dalam tubuh.

Sebuah keputusan. Hasil pembicaraan alam bawah sadar kita. Kemudian, kita bisa saja membungkusnya. Menyimpannya atau melupakannya: sama saja. Di antara kita sudah kehabisan cerita.

Tiba-tiba kemarin, muncul kisah tentang lintasan baru yang kaukenalkan padaku. Rasanya aku ingin menyusulmu, mencoba menapaki suguhan lajurmu. Meskipun ini suatu ketakmungkinan yang mungkin, tetap saja nihil.

Mungkin kita baru menyadari, betapa sepinya kosong tanpa pesan. Semuanya seperti kematian. Kau, aku, udara, dan pagi, beberapa minggu lalu lenyap, tanpa jeda. Namun, kau membangunkannya lagi menjadi sebuah arti. Kembali menyapa misteri. 

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...