Percakapan kita tentang masa depan
malam itu: biarkan kita berjalan di lintasannya masing-masing. Kau pada
jarakmu, dan aku pada rindumu. Kita telah sepakat membiarkan alam memilih,
sebelum pagi.
Kita tidak berdua, kita bertiga.
Bahkan mungkin berlima, atau
bertujuh—Tuhan dan malaikat-malaikat setia yang menyatu dalam tubuh.
Sebuah keputusan. Hasil pembicaraan
alam bawah sadar kita. Kemudian, kita bisa saja membungkusnya. Menyimpannya atau
melupakannya: sama saja. Di antara kita sudah kehabisan cerita.
Tiba-tiba kemarin, muncul kisah
tentang lintasan baru yang kaukenalkan padaku. Rasanya aku ingin menyusulmu,
mencoba menapaki suguhan lajurmu. Meskipun ini suatu ketakmungkinan yang
mungkin, tetap saja nihil.
Mungkin kita baru menyadari,
betapa sepinya kosong tanpa pesan. Semuanya seperti kematian. Kau, aku, udara,
dan pagi, beberapa minggu lalu lenyap, tanpa jeda. Namun, kau membangunkannya
lagi menjadi sebuah arti. Kembali menyapa misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar