Setiap selesai bercakap-cakap dengannya, selalu ada perasaan berdosa. Padahal, saya hanya mengangkat telepon. Sebatas menjalankan kewajiban yang mungkin tidak wajib hukumnya. Angkat telepon. Itu saja. Tidak lebih. Entah mengapa, jangan tanya saya.
Cuma ada perasaan takut yang terus saja berselimut. Saya bingung.
Begitu pula sehabis berbalas pesan singkat—yang tak penting itu. Pasti ada sesuatu yang memaksa saya mengasosiasikan dengan sesuatu yang lain di sana—yang jauh dari pulau ini. Sungguh, saya benar-benar khawatir.
Seperti hampir melanggar ‘perjanjian besar’ atas diri sendiri. Mirip rasa bersalah. Bukan hanya sekian detik atau beberapa menit, melainkan hari-hari berikutnya juga masih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar