4.5.12

...


Rindu selalu saja membawaku pada titik temu. Apakah aku hanya boleh menemuimu pada saat-saat tidurku? Khusus rinduku ini benar-benar tak mengenal waktu: ketika matahari muncul, menegaskan teriknya di tengah, lalu perlahan menyelinap, hingga saat larut menjemput. Pengecut sepertiku tak perlu kaurisaukan. Mungkin suatu saat nanti, aku akan memberanikan diri menyampaikan rinduku padamu. Namun, sementara waktu, biarkan hujan dan kabut yang mengirim rindu lewat malam: untukmu. Ya, tentunya sengaja kusiapkan untukmu, bukan untuk orang lain atau siapapun. 

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...