Bayangan-bayangan
yang terlanjur melepuh di otak memang sulit dibinasakan. Faktanya, hari Minggu
lalu, saat aku mencoba menuliskan beberapa huruf di layar abu-abu tak bertuan
itu, memberanikan diri memanggil namamu, lalu memulai dialog-tak-penting yang mengudang
tawa kecil, secara sadar telah berhasil menciptakan lajur peristiwa untuk
memeriahkan hari-hari berikutnya. Terima kasih banyak, Senin dan Selasa. Aku
harap, Rabu hingga Sabtu juga sanggup menciptakan kisah lain yang lebih hebat
untuk sekadar dipuja rasa.
Kejadian ini bukan
sekali seumur hidup, kita pun pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya,
setahun lalu. Ya, hampir saja genap setahun lalu. Pertemuan yang masih
bersarang dalam ingatan. Momen-momen ketaksengajaan, juga sedikit acara yang
penuh rencana, masih sanggup kuhadirkan detik ini. Kalau begini caranya, aku
tak mau amnesia. Rela membiarkan ‘kepenuhan’ memori di kepala. Jadi, apabila
suatu saat nanti kaubutuh bukti, bisa langsung kubuka tanpa perlu sandi
rahasia.
Berapa banyak lagi
harus kusampaikan kata ‘terima kasih’?
Rasa-rasanya, aku
lebih suka menyampaikannya lewat telepati, tentunya dalam hati saja, tak usah
kuumbar di hadapan siapa-siapa. Entah, terasa lebih nikmat, tepat, dan
bersahaja. Siang tadi, kami
melakukannya, dan terbukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar