4.4.12

Sekadar Sapa


Bayangan-bayangan yang terlanjur melepuh di otak memang sulit dibinasakan. Faktanya, hari Minggu lalu, saat aku mencoba menuliskan beberapa huruf di layar abu-abu tak bertuan itu, memberanikan diri memanggil namamu, lalu memulai dialog-tak-penting yang mengudang tawa kecil, secara sadar telah berhasil menciptakan lajur peristiwa untuk memeriahkan hari-hari berikutnya. Terima kasih banyak, Senin dan Selasa. Aku harap, Rabu hingga Sabtu juga sanggup menciptakan kisah lain yang lebih hebat untuk sekadar dipuja rasa.

Kejadian ini bukan sekali seumur hidup, kita pun pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya, setahun lalu. Ya, hampir saja genap setahun lalu. Pertemuan yang masih bersarang dalam ingatan. Momen-momen ketaksengajaan, juga sedikit acara yang penuh rencana, masih sanggup kuhadirkan detik ini. Kalau begini caranya, aku tak mau amnesia. Rela membiarkan ‘kepenuhan’ memori di kepala. Jadi, apabila suatu saat nanti kaubutuh bukti, bisa langsung kubuka tanpa perlu sandi rahasia.

Berapa banyak lagi harus kusampaikan kata ‘terima kasih’?
Rasa-rasanya, aku lebih suka menyampaikannya lewat telepati, tentunya dalam hati saja, tak usah kuumbar di hadapan siapa-siapa. Entah, terasa lebih nikmat, tepat, dan bersahaja. Siang tadi, kami melakukannya, dan terbukti.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...