Akhirnya, novel
yang satu ini udah di tangan gw lagi, setelah sekian lama mengelilingi rantai
manusia-manusia yang haus rasa. A Very Yuppy Wedding, novel pertama Ika Natassa, yang berhasil membius sisi
‘ke-macho-an’ gw. Huahaha, agak berlebihan, tapi yasudahlah, tak apa. Dari
judulnya cukup mewakili isinya, tentang apa? Tentang pernikahan. Ya.
Gaya naratifnya Ika
khas banget. Kompleksitas wanita karir di kota metropolitan. Namanya juga novel
Metropop. Namun, di sini gw tidak akan membahas panjang soal lebih dan
kurangnya Ika, justru indikasi setelah baca novel itu. Dahsyat.
Suatu saat nanti,
kita pasti akan mengalami proses menuju pernikahan. Nggak bisa dibayangkan akan
seribet dan sesibuk apa. Paling nggak, cukup untuk menoleransi dan mengantisipasi
lebih dini. Sedikit demi sedikit membuka pikiran, lama-lama patuh pada alam
bawah sadar bahwa pernikahan adalah bla-bla-bla.
Sampai pada
akhirnya gw googling adat-adat
pernikahan Jawa dan……
*titik-titik ini biarlah gw dan google yang tau* hahahaha. Gw selami pelan-pelan, tanya sana
sini sama orang yang menurut gw ‘mengerti’. Ah, jadi malu gini kan. Kemudian,
masih banyak lagi rencana terselubung menuju momen itu. Bukan, bukan ngoyo atau militan, ini hanya sekadar
pengetahuan, belajar dari pengalaman, dan mencoba menyesuaikan dengan zaman.
Kurang lebih begitu ibu-ibu, bapak-bapak. Jadi, bagi yang punya putra dan belum
berumah tangga, boleh itu tolong dipromosikan di #JombloUI setiap Sabtu malam.
Huahahaha. Becanda kok, santai.
Berdoalah untuk calon
masing-masing setiap hari setelah ibadah, di mana pun, kapan pun ya, biar tetap
terjalin ikatan batin—meskipun kita nggak tau siapa, di mana, dan kapan akan
dipertemukan. Hiaaaa. Oke. Kita akhiri saja dialog pernikahan dan beberapa fase
kehidupan lainnya. Kali lain kita sambung lagi ya :)
Salam senja, hari ini kamu muncul tiba-tiba,
seperti Sabtu kemarin, tanpa jeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar