Cadatha: apa yang kau rasakan tadi?
Kailasa: a..aku..tadi?
Cadatha: ya, tadi.
Kailasa: aku bersyukur karena tak ada aral melintang,
Cadatha: syukurlah. Aku tak sempat menengok sejenak tadi, maaf.
Kailasa: tak apa, aku mengerti.
Cadatha: terima kasih, Sa.
Kailasa: bagaimana kabar nyambut gawemu, Mas? Lancar?
Cadatha: (senyum) aku kira, semua masih baik-baik saja, bahkan aku mungkin sebentar lagi akan melanglang buana.
Kailasa: baguslah kalau memang begitu adanya, Mas.
Cadatha: (senyum—tetap memesona)
Kailasa: …………
Aku bercerita panjang lebar dengannya, tanpa batas. Tuhan, kau tak sedang menidurkanku, bukan? Bukannya aku tak percaya dengan-Mu, tapi aku hanya berjaga-jaga agar aku tak terlalu khawatir jika ini memang belum nyata. Namun, rangkaian singkat-tapi-tak-juga-panjang tadi benar-benar hadir di depan asa yang selama ini membatasi. Terima kasih karena telah memberib warna hari ini—di antara hitam-abuabu sejak pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar