2 September bukan tanggal penting gw rasa. Akan tetapi, entah kenapa gw belum lupa begitu saja.
"Hanya sebuah goresan pada dinding nisan tak bertuan. Hari itu membuatku kelu. Sekujur tubuh terasa membara saat percikpercik api mulai menampakkan keganasannya. Malaikat Izrail mungkin menjadi teman setianya detik itu juga. Aku gusar gemetar meregang nyawa. Aaaaaaaaaaa!"
Jam tangan digital gw udah di angka 08.05, mata kuliah Gender Dalam Sastra harusnya. Gw bolos aja apa ya? hmm, gw mikir itu setelah dapet sms dari temen gw tentang Dia. Gw telpon nomor Dia, nggak diangkat men! tambah panik deh gw. Nunggu bikun aja kali ya.. selang berapa detik, "Dia memanggil" tertera di layar hape gw. Gw angkat, dan anehnya yang kedengeran suara bapak-bapak. Jangan salah, bapak-bapak itu malah balik tanya dan ngasih info mengenai keberadaan dan keadaan Dia saat itu. Gw langsung mutusin bolos, ke stasiun UI, nunggu angkot 19 di Kober, dan capcus ke tempat suruhan bapak-bapak tadi. Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlas, Ayat Kursi, semua gw baca. Gw nggak ngobrol apa-apa, padahal ada temen yang nemenin gw di angkot sedari tadi.
Begitu sampe di salah satu rumah sakit di sebuah daerah, gw bingung.
"Semua orang di sana hanya diam tak memutar kata. Ada apa di sana? Tolol semuanya! tak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaanku dengan gamblang. Gila kalian! aku marah. Jauh-jauh aku memupuk rasa gemetar di rusuk kananku selama perjalanan itu, kalian tak tau kan? betapa sulit kupenjarakan neuron-neoron negatif keluar dari tiangtiang besinya. Semua kosong. Tuhan, orang-orang di sini gagu.."