Langsung ke konten utama

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm


Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia..

Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan,

“para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi.

Tuhan menjawab,

“Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,”

“tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab,

“malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,”

Si bayi pun kembali bertanya,

“dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?”

“malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab.

Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi,

“hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yang akan melindungi hamba?”

Tuhan menjawab,

“malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan nyawanya sekalipun.”

Si bayi melanjutkan pertanyaannya,

“tetapi Tuhan, hamba akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi?”

Dan Tuhan pun menjawab,

“malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada disisimu.”

Saat itu, surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak dengan lirih bertanya,

“Tuhan… jika hamba harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti??”

Tuhan pun menjawab,

“kamu dapat memanggil malaikatmu, IBU. . . .! “

Kenanglah ibu yang selalu menyayangimu,

Untuk ibu yang selalu meneteskan airmata ketika kau pergi. . .

Ingatkah engkau ketika ibumu rela tidur tanpa selimut, demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut yang membalut tubuhmu . . . ?

Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu?

Dan ingatkah engkau ketika airmata ibu menetes karna ia melihat engkau terbaring sakit?

Sesekali, jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan. . .
Kembalilah, memohon maaf pada ibumu yang slalu rindu akan senyumanmu. . .

Jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang, ketika ibumu telah tiada. . .

Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu rumahmu, tak ada lagi senyuman indah seorang ibu, tanda bahagia,

Yang ada hanyalah kamar kosong tiada penghuninya, yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya. . .

Tak ada lagi, dan tak akan ada lagi yang meneteskan airmata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya,

Kembalilah segera. . . !

Peluklah ibumu yang slalu menyayangimu,

Ciumlah kaki ibu yang slalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya. . .

Kenanglah semua cinta dan kasih sayang ibu selamanya. . .



prosa liris ini pernah gw bacain waktu pelantikan JUPUL (pasukan tujuh puluh) alias paskibra SMAN 1 Tegal, pukul 23.45 kira-kira. Jadi, ceritanya dulu gw anak osis, anak proschisa (prosperity choir of smansa) alias paduan suara, yang diminta nyenyong (bahasa gaul, debby s.) dan bacain prosa liris ini pas malam pelantikan. Alurnya adalah ketika mereka abis dikasih wejangan keras oleh para senior dan alumninya dengan keadaan mata tertutup dan gelap gulita, si proschisa ini, ucuk-ucuk datang, yang sebelumnya gw bacain dulu tuh prosa, setelah gw selesai baca, lagu Bunda-Melly Goeslaw langsung menyeruak menyiram kesenduan mereka..
huhh, sweet, kalo inget pernah ada di bagian itu.
apa kabar JUPUL, proschisa, dan osisku??
miss you all the time,

Komentar

Muhammad Fahmi Umar mengatakan…
Alhamdulillah baik kak :)
Aku jg pasukan JUPUL loh kak :D pasukan 17 :)
tahun 2012. Emg nnti ada pelantikanny yah kak?
IdhaUmamah mengatakan…
halo Fahmi, salam kenal ya :)
makasih banget udah mampir..

wow! selamat datang di JUPUL SMANSA,
biasanya ada kok Mi, lbh tepatnya pengukuhan sebelum pengibaran 17 Agustus.
Rizki Riastuti mengatakan…
kak idha, aku mantan anggota jupul 2010 lhoh, aku bandulnya pasukan 17 B, pas pengukuhan aku juga denger kata-kata itu kok kak. itu dari tahun berapa yah kak?
IdhaUmamah mengatakan…
Halo Ki :))
wuidih, jupulers juga ya.
hmm, kalo nggak slh inget, dari pas aku bacain ini kali pertama, jadi dipake seterusnya deh akhirnya.
tapi emang karena prosa liris ini sangat menyentuh.. bisa bikin mewek. haha.
Rizki Riastuti mengatakan…
ini prosanya kakak yang buat yah? emang, gawe ati nggrentes kak

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M