Langsung ke konten utama

Another 'Kocak' at PLK UI

Dari judulnya, kira-kira saya mau cerita tentang apa nih? Tentang PLK UI lah pastinya. Hahaha. Tepatnya, koplak momen yang saya alami. Seperti apa? Yuk, mari!

Begini ceritanya, dua minggu yang lalu, saya diribetkan dengan urusan utang-piutang dengan beberapa orang. Sederhana kok, bukan prahara utang yang ada di sinetron. Kondisi saya saat itu adalah punya rekening BSM dan BNI, tapi saldonya cuma sekitar belasan ribu di BSM *ciyan*, dan ratusan ribu di BNI, sementara saya harus melakukan transaksi transfer antarbank yang jumlahnya lebih dari puluhan ribu. Jalan terakhir yang saya lakukan: sms ke orang-orang yang punya utang ke saya. Done, tapi ya tetep harus nunggu transferan. Memang harus superdupersabar. Satu lagi, saya itu paling nggak suka nagih utang. Cuma 10ribu, 20ribu, tapi namanya uang, ya tetep berguna dong. Apalagi di saat-saat ‘butuh banget’.

Di sisi lain, ATM BNI saya telah habis masa berlakunya—padahal ini yang bersaldo paling banyak. Otomatis nggak bisa diapa-apakan uangnya. Pergilah saya ke Bank BNI cabang UI Depok. Sampai sana, security-nya baik banget. Semua pertanyaan saya dijawab dengan jelas, juga solutif, sehingga saya nggak jadi ambil nomor antrean. Hahaha. Makasih banyak, Pak :D

Intinya, kalau mau perpanjang masa berlaku ATM, saya harus bawa buku tabungan dan KTP. Nah, masalahnya sekarang adalah buku tabungan saya entah di mana—bahkan ini udah dari tahun lalu, dan sampai sekarang belum ketemu. Anggap saja hilang. Jadi, security menyarankan saya agar ke PLK UI untuk melapor dan membuat surat kehilangan. Baiklah. Bersyukur nggak perlu repot ke kantor polisi. Meluncurlah saya ke PLK UI sore hari, sekitar pukul 17.00, kemudian percakapan pun dimulai.







Deuh, nggak tahan, seriusan. Keluar ruangan, masih nggak habis pikir, kenapa skill lawak beliau melebihi saya?! Biasanya saya bisa ‘skakmat-in’ orang. Sekalipun orang dewasa. Lah ini, malah saya diserang balik habis-habisan. Jadi nggak pede untuk daftar host ‘The Comment’. Ahhahahaaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Sedikit Tentang Nulis

Beberapa hari lalu, gw sempat mencoba memulai untuk menulis cerpen. Meskipun tema yang ditawarkan masih seputar cinta-patah hati, tetep aja, buat gw nulis cerpen itu butuh ide yang kaya, juga referensi yang cukup. Mungkin gini, nulis itu gampang, nulis apapun. Nulis cerpen juga bisa kok ngasal. Nah, kalo yang ngasal-ngasal mah gw bisa. Huahahaha. Yang butuh perjuangan itu nulis yang idealis, kaya ide, alurnya logis, dan enak dibaca. Walaupun gw udah kenyang teori-teori sastra, dalam hal ini nulis nggak banyak butuh teori. Ibaratnya, teori itu hanya menyumbang 5%. Justru 95% sisanya adalah kreativitas penulis dalam mengontrol dan mengolah, juga memilih kata yang tersedia di dalam otak kita. (*yang setuju, RT yaaa!) Huahahahaha.. Nggak semua penulis (‘orang yang menulis’) bisa langsung tarakdungces lancar bikin kalimat pertama di awal. Ada juga yang memang butuh mood bagus biar idenya mulus. Ada juga yang harus diputusin kekasihnya dulu, baru bisa ngalir nulisnya. Ehm, tapi gw buk